Chapter 9

“Indah, kau tahu aku dari keluarga yang broken home, aku tidak percaya cinta, aku banyak mempermainkan banyak wanita dan kasarnya aku hanya memanfaatkan mereka, memerasnya hanya untuk memenuhi segala kebutuhanku dan…” ucapannya dipotong oleh Indah

“Dhani, setiap orang pasti punya kesalahan, punya masa lalu yang suram, sekarang kamu masih punya kesempatan untuk berubah Dhan, aku bersyukur karena kamu tidak menyerah untuk dirimu, kamu saat ini sudah hebat, mandiri, pekerja keras kamu tidak mesti melakukan itu lagi. Karir kamu saat ini sudah sangat menjamin hidupmu Dhan”.

Andai Dhani tahu perasaan Indah, kesedihan Indah selama ini, mungkin dia tidak perlu merasa rendah diri. Bahkan untuk Indah, Dhani adalah sosok sempurna yang tidak mungkin mencari wanita yang cacat fisik seperti dirinya, tidak hanya cacat fisik tapi tanpa keharmonisan keluarga, kedua orang tua Dhani nyata telah hancur tapi apa bedanya dengan keluarga Indah yang nampak begitu harmonis dalam sebuah bingkai foto tapi tidak dengan dunia nyata sebenarnya yang mereka saling mengabaikan dan egois mementingkan diri mereka sendiri.

Indah bahkan dulunya tidak berniat sama sekali ada namanya di dunia ini, cukuplah orang-orang tahu tentang sampul usang tapi bukan Indah Widjaja.

Tiupan angin yang lembut, membuat rambut Indah terlambai cantik, dengan tatapan dhani yang teduh, menambah suasana sedikit romantis. Dhani memandang Indah begitu takjub sedangkan Indah tidak pernah menyangka bisa sedekat ini dengan lelaki yang selama ini dia intip dibalik teropong dan jendela kamarnya.

“Indah, maukah kau menjadi kekasihku?” ucap Dhani

“Indah, maukah kau bersama menjalajahi dunia ini bersamaku?

“Maukah kau menerima segala kekuranganku?

“Maukah kau kelak menua bersamaku? Aku akan berusaha memantaskan diri untukmu Ndah”.

Indah diam dengan mata yang berkaca-kaca.

“Ndah….”

Indah sesaat terdiam membuat Dhani harap-harap cemas tapi Dhani siap mendengar jawaban Indah, di terima dan di tolak membuat Dhani sudah siap menerimanya, apapun itu.

“Dhan, kamu mau tahu alasan dibalik nama Sampul Usang itu kan?”

Dhani mengangguk.

“sampul usang yang sebenarnya buku, buku diary pertama yang aku masih simpan sampai detik ini, saat usiaku berusia 15 tahun. Buku yang sama sepertiku tanpa topeng, lembarannya, garis kertasnya semua nampak segar, tapi sampulnya tetap usang. Itu aku Dhan, walau usia masih terbilang muda tapi aslinya hidupku usang, tak ada apa-apa selain tulisanku pada buku itu, sejak kecil aku tak bisa menjadi yang aku inginkan, menerima kasih sayang layaknya anak pada umumnya, sekedar ditanya bagaimana hariku, keadaanku, bagaimana makan dan tidurku, itu tidak sama sekali, aku bahkan merasa menjadi anak yang terbuang. Papaku politikus dan Mama seorang mentri, kamu pasti mengenal mereka, kegiatan mereka selalu di liput semua media tanpa aku tentunya.”

Dhani diam dan sedikit kaget mendengar pengakuan Indah, karena selama ini Indah tidak pernah menyinggung anggota keluarganya, Dhani hanya berpikir bahwa Indah adalah anak seorang pengusaha tapi nyatanya dia seorang anak yang kedua orang tuanya sangat terkenal di Negaranya dalam ranah politik.

“papa dan mama saat bertemu hanya untuk saling menyalahkan atas apa yang terjadi padaku, mereka menganggap sakitku aib, mempermalukan nama keluarga, membuat mereka menyembunyikan identitasku dengan sangat rapat, bahkan mereka lebih memilih untuk tidak memiliki anak dalam wawancaranya.” Air mata Indah bercucuran.

Dhani yang melihat itu spontan menghapus air mata Indah, dua hati serasa saling menemukan chemistry, Dhani merasa hidup Indah tidak jauh berbeda dengan hidupnya, ayahnya menelantarkan Dhani bersama kedua saudaranya, membuatnya menjadi seorang pencuri cilik hingga dewasa suka memeras orang-orang yang menyukainya untuk bertahan hidup.

“Tapi aku bersyukur, aku dibentuk untuk menjadi orang yang lebih tegar dan kuat”

Kalimat Indah yang membuat Dhani spontan memeluk Indah dan mengusap kepalanya, ada mata yang tengah bening disana, begitupun Indah yang tangisnya tak terbendung lagi. Mereka saling memeluk, meluahkan kepenatan karena melewati banyak hal berat dalam kehidupan mereka.

Rasanya melegakan berterus terang tentang masa lalu pada seseorang yang kita anggap menjadi orang terdekat dan berharap menjadi pelabuhan terakhir. Keduanya merasakan cinta yang dalam untuk menjadi pelabuhan terakhir. Tidak perlu bersembunyi dari kenyataan masa lalu yang suram untukmenjadi sebuah cacatan kehidupan yang akan diperbaiki nantinya agar menjadi kisah yang happy ending.

“Indah, bagaimana dengan jawabanmu” tanya Dhani teduh.

Jawabannya ada dirumahku, ikutlah pulang bersamaku Dhan, jawab Indah dengan tersenyum manis.

...****...

Malam pukul 20.00 pm mobil BMW edisi terbaru tengah meluncur keluar dari Restaurant Harmoni Square. Butuh tiga puluh menit untuk tiba dikediaman Indah, Dhani tercengang saat mobil memasuki kawasan rumah dengan luas 800 m2. Dibalik tembok yang menjulang tinggi Dhani tidak pernah melihat ada apa dan seperti apa dibalik pagar tinggi itu, hanya da atap bangunan yang terlihat, kali ini Dhani melihat sebuah bangunan megah bergaya Eropa klasik dengan sebuah taman baca, bungalow dan kolam renang.

“jadi benar, ini adalah kediaman Indah yang tidak jauh dengan kosanku di Gang sana, apakah beberapa bulan ini dia sudah mengenalku?” seperti biasa, otak Dhani yang jenius layaknya detektif tengah aktif.

Tapi Dhani tetap berusaha tenang dan tidak mengeluarkan pertanyaan apapun, hanya dia gemas dengan tingkah Indah yang sedari tadi senyum-senyum sendiri.

Mobil terhenti, seperti biasa sudah ada Bi Siti membuka pintu, menyambut kedatangan Indah, tapi kali ini berbeda, Bi Siti nampak syok melihat Indah keluar mobil tidak dengan kursi roda melainkan dalam gendongan Dhani.

“Bi, kursi rodanya tidak berfungsi” ucap Indah malu-malu

“Iya deh, hm hm ehm roman-romannya beda nih”

“Bi, apasih”

“Eh nak Dhani, silahkan masuk” ucap Bi Siti

“Bi, tolong bawa beberapa cemilan ke kamarku” ucap Indah

“Siapp atuh….”

“Dhan, tolong bawa aku ke kamarku” pinta Indah yang dibalas anggukan oleh Dhani.

“clik”

Pintu kamar Indah terbuka hanya menggunakan sensor jempol indah, semua lampu menyala berurutan, kamar yang elegan, tertata rapi, tidak begitu megah tepatnya nyaman dengan fasilitas lengkap, semua menggunakan sensor dan remot membuat Dhani takjub.

Dhani juga melihat beberapa foto yang terpajang pose Indah yang begitu ceria, pose indah tertawa, foto Indah saat kecil dengan rambut kepang, Dhani tahu bahwa Indah memiliki sisi ceria juga.

Dhani meletakkan Indah disebuah kursi santai yang ukurannya bisa dijadikan untuk tempat tidur.

“Dhani aku ingin menunjukan sesuatu….”

Indah menekan tombol remot kemudian sebuah foto tampil dibalik dinding tepat berada didepan Dhani, itu foto gambar dirinya yang sedang tersenyum dengan style yang casual saat ingin berangkat ke kantor.

Terpopuler

Comments

Ayu Diah

Ayu Diah

aku,suka kalimat ini

2023-04-18

0

Ayu Diah

Ayu Diah

😇😇😇

2023-04-18

0

Ummu Kalsum

Ummu Kalsum

indahji banyak memang buku diarix 🤣

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!