Chapter 8

“Wah Nak Indah kamu sangat cantik! Bi Siti sangat bahagia karena akhirnya Nak Indah ingin membuka diri mengenal dunia luar, Bibi yakin, Nak Dhani pasti klepek-klepek liat Nak Indah hari ini” jelas Bi Siti

Indah mengenakan dress yang lengannya menampakan sedikit bahu putih yang mulusnya, ujung rambut rool V shape layer, pipi dengan sedikit blush on, bulu mata dengan sedikit sentuhan eyeliner, tidak lupa kalung dengan permata kelinci yang kecil, Indah terlihat sangat cantik layaknya baby doll.

Seperti biasa, kaki yang di tutupi dengan craft branded senada dengan dress Indah.

“Kali ini Bibi nggak ikut yaa, takut gangguin yang lagi nge-date hehe” ledek Bi Siti

“ha? Nge-date? Bibi tau dari mana sih kata itu?”

“Hehe itu, ibu-ibu komplek neng yang suka gosipin anak orang”

“ibu-ibu jaman sekarang makin modern ya Bi, aku aja tau kata itu pas nonton drama di Tv”

“hehehe ya gitulah…” timpal Indah

"*nge-date itu harus ngapain sih Bi?"

"hahaha mana Bibi tau toh Neng, bibi dulu lansung di nikahin aja ngga ada gitu-gituan"

"masa sih Bi? Berarti dulu Bibi ngga cinta gitu?"

"hahaha awalnya ngga, lama-lama cinta, sekarang Bibi liat lebih ribet, lama prosesnya. Udah nak Indah cepat berangkat*".

Mang dadang sopir pribadi Indah telah menunggu untuk mengantar Indah di Restauran yang telah dijanjikan. Indah mengenakan Mobil yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, yang membuat Indah tidak merepotkan orang lain untuk memindahkannya dikursi roda.

Mobil yang otomatis memberi ruang untuk kursi roda Indah yang rodanya bisa diatur menggunakan tombol elektrik yang Indah kendalikan.

Kursi roda Indah melaju melintasi tiap ruangan dengan pelayan memberi hormat karena mereka tahu, Indah adalah pelanggan VIP selama ini. Ruangan terbuka, Indah sangat terpukau dengan style Dhani hari itu, begitupun dengan Dhani.

Dhani dengan style yang simpel tapi terlihat memukau, Dhani memang terlihat cocok dengan warna baju yang sedikit gelap, kemeja yang polos dengan melipat lengan untuk memperlihatkan otot lengannya, baju yang sedikit memperlihatkan area leher dengan dua kancing baju yang tak tertaut.

Indah masuk dengan menebar aroma jasmine segar diruangan itu, Dhani yang menciumnya berusaha untuk tetap tenang dibalik kekagumannya, Dhani merasa ingin lebih lama lagi menatapnya tapi Indah sudah berada tepat di hadapannya.

“Maaf terlambat”

“Ah tidak masalah, hanya 10 menit, 1 jam pun tidak masalah” timpal Dhani

Indah membalasnya dengan senyuman yang sangat manis, Dhani kembali duduk tepat dihadapan Indah.

“Bi Siti mana?” tanya Dhani beralasan

“oh itu, bibi tidak bisa ikut, Bibi sedang sibuk ngerjain sesuatu”

“Terus bagaimana denganmu Ndah?

“Aku bisa tanpa Bi Siti, kursi roda ini hanya modal pencet tombol” tungkasnya

“Ndah, kamu sangat cantik hari ini” ucap Dhani tanpa berkedip.

Indah yang mendapatkan kalimat itu, berdegup tak karuan, Indah pun membalas Dhani dengan memujinya dan membuat mereka saling terkekeh.

Untuk Dhani, Indah masih memiliki banyak rahasia yang belum bisa Dhani pecahkan, walaupun mereka selama beberapa bulan ini saling chatingan tapi Dhani masih penasaran dengan banyak hal, tapi itu tidak masalah Dhani tetap merasa nyaman dan hangat saat bersama Indah.

Sejauh pengalaman Dhani tentang wanita, ada beberapa yang pernah dekat dengannya juga memiliki cacat fisik, walau tak sampai menggunakan kursi roda, tapi mereka sangat jauh berbeda dengan Indah, mereka sangat sombong dan suka memerintah, tak segan-segan mereka memamerkan harta benda di depan Dhani yang menurut Dhani itu sebagai kebodohan untuk menutupi kekurangannya.

Indah cacat fisik tapi dia sangat cerdas, sopan, bersahaja dan sangat menghargai orang lain walaupun dia memiliki kekayaan yang berlimpah.

Keadaan orang tua Dhani membuatnya tidak mempercayai cinta sama sekali, tapi melihat Indah, Dhani sadar bahwa akan ada waktu dia akan menentukan satu orang yang bediri disampingnya, menemaninya menua dan keadaannya harus jauh berbeda dengan keadaan kedua orangtuanya.

...“Here I am with a strange man and I need him like a heart needs beat, the feeling that I had never felt before”...

“kamu nulis apa Ndah?”

“Ah, nggak ada cuma sekedar catatan kecil” balas Indah dengan memasukan kembali buku yang sangat kecil itu dalam tasnya.

Dhani dengan telaten menyiapkan beberapa appitizer di depan Indah, membuat Indah semakin jatuh cinta dengan Dhani yang membuatnya merasa sangat di prioritaskan dan sangat dihargai.

“Ndah, aku boleh nanya sesuatu ngga?”

“Boleh”

“Sebenarnya apa makna sampul usang itu? Kenapa harus menggunakan nama sampul usang, kenapa bukan nama kamu aja, nama kamu bagus”

“kamu penasaran banget ya dengan nama itu?" Balas Indah dengan senyuman

“Aku merasa kita udah dekat, aku juga udah baca beberapa karyamu dan yah, hanya itu yang membuatku bertanya, apa makna sampul usang itu”

“nanti aku akan memberitahumu disaat yang tepat” timpal Indah

Dhani merasa senang dengan jawaban Indah, Dhani sudah membulatkan tekad untuk menyatakan cinta saat itu dengan menyiapkan sebuket bunga yang sangat cantik, di suatu tempat.

“Ndah, setelah makan maukah kau ikut bersamaku?”

“Kemana? Sekarang sudah hampir menjelang petang Dhan”

“tidak jauh, di balkon gedung ini”

“hmm…Baiklah”

Setelah mereka berbincang banyak hal, mereka memutuskan untuk menuju balkon Hotel sesuai yang dijanjikan Dhani, tapi tiba-tiba kursi roda Indah tidak berfungsi.

“Maaf Dhan, kursi rodaku tak bisa bergerak, mungkin Bi Siti lupa nge-charge, aku akan menelfon Mang Dadang dulu”

“untuk apa Ndah?

“Untuk bantuin aku ke balkon Dhan”

Tanpa aba-aba, Dhani lansung menggendong Indah dengan bride style, Indah yang kaget hanya bisa diam dengan berusaha menetralkan detak jantungnya, tangan kanan Indah melingkar di pundak Dhani, sedangkan tangan kirinya menyentuh dada bidang Dhani.

Saat mereka berjalan melewati beberapa lorong dan memasuki Lift, semua mata tertuju pada mereka, terlihat sangat begitu serasi. Tentunya kaki Ndah tidak terlihat karena masih dengan balutan scraft yang menutupinya.

“Maafkan aku Dhan, aku merepotkanmu”

“Tidak sama sekali Indah”

“Apakah aku berat”

“Tidak, kamu seringan kapas”

Mereka berdua terkekeh.

Di balkon, Dhani meletakkan Indah dengan hati-hari dikursi yang menyuguhkan pemandangan taman sangat cantik, tiba-tiba Dhani datang dengan membawa sebuket bunga yang sangat cantik, indah yang melihatnya sangat bahagia, senyum dengan menampilkan jejeran gigi putih yang rapi, untuk pertama kali baginya membuat Indah sangat tersanjung.

Kecantikan Indah bertambah, saat angin menerpa rambutnya yang melambai,

“Indah, aku ingin ngomong sesuatu” ucap Dhani

Indah hanya mengangguk dengan senyum masih bertengger di wajahnya yang teduh.

Terpopuler

Comments

☠༄༅⃟𝐐🧡 𝐌ɪ𝐌ɪᵇᵒʳⁿᵉᵒ㋛ᵗⓂ

☠༄༅⃟𝐐🧡 𝐌ɪ𝐌ɪᵇᵒʳⁿᵉᵒ㋛ᵗⓂ

bicaralah Dhani, tapi tolong jangan pernah kau sakiti hati nya Indah..

2023-04-24

0

Ummu Kalsum

Ummu Kalsum

lebih cantik saya dr pada indah 😂😂

2023-04-14

0

AymindU

AymindU

pasti dhani mau nembak indah, eehh menyatakan perasaan. kalo nembak di dor dong ya😅🤭

2023-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!