"Mak, ini beneran bukan bang Udin, 'kan, ya?" tanyaku ke Emak, sengaja memastikan sebelum pergi ketemu sama calon. Harus pastikan dulu kebenaran daripada pergi eh malah zonk.
"Iye, Emak yakin seratus persen lu bakalan suka. Dah, pegi sana! Mak ngantuk mau tidur dulu."
Brakh!
Pintu rumah dibanting depan mata. Aku sampai istighfar saking kagetnya. Sampai mikir yang punya rumah ini siapa? Aku kan, tapi kenapa aku diperlakukan emak layaknya tetangga yang ngajakin ghibah.
Dasar emak. Semaunya aja.
Sudahlah. Mungkin emak memang capek. Dia sampai rumah saat subuh tadi dan maksa aku ketemu laki-laki di sebuah kedai kopi. Alamatnya sudah aku kantongi, plus pekerjaan dan lain-lain.
Kata emak calon yang mau dia kenalin ini adalah pegawai negeri yang mengajar di salah satu SMA bergengsi yang ada di sini. Di sini dia tinggal sendiri dan orang tuanya di Jakarta. Ya, sebelas dua belas sama aku lah. Bedanya dia PNS aku hanya kaum rebahan.
Namanya Emak samarkan. Yang emak bilang cuman ibunya ini teman lama Emak. Dan kata emak, si cowok ini juga cari calon istri. Semua dikasih tau sama Emak. Plus minus, tapi kebanyakan plus. Gak tau itu plus beneran apa cuma fatamorgana biar aku percaya. Emakku kan emang rada-rada.
Foto dan nama disamarkan. Emak bilang biar jadi kejutan. Katanya cari aja yang paling ganteng di sana. Cowoknya tinggi, putih, cool, vibe orang kantoran. Doi pakai kemeja warna hitam dan pasti ngenalin aku. Katanya fotoku dah di kasih.
Tadinya mau protes, tapi … saat lihat tanduknya keluar, niat protes aku pending. Nanti aja kalau pas ketemu dan ternyata dia gak sesuai ekspektasi. Baru deh ngamuk. Jarang-jarang kan ngamuk didengerin.
Tapi aku sih gak yang muluk-muluk cari calon suami. Yang penting penyayang, setia, berpegang teguh sama agama dan mapan.
Soal tampang, ya … urusan sekianlah. Lagian mau sampai kapan makan ganteng. Toh, nanti usia empat puluh bakalan keriput juga. Perut bakalan buncit juga.
Aku putuskan ke garasi dan keluarkan motor. Mengendarainya melewati panasnya siang. Tumben, padahal baru jam sembilan. Panas menyengat banget.
Sampailah aku ke sebuah kedai kopi merangkap jualan roti. Lumayan ramai. Aku pernah ke sini. Kalau gak salah dua bulan lalu saat cari ide menulis. Dan ya, ideku lancar saat lihat abang-abang barista.
"Bang, pesen latte sama black forest, ya?" pintaku.
Setelahnya duduk sendiri dekat jendela kaca. Alasannya ya karena gampang mengawasi pengunjung baik di dalam maupun luar. Dan di dalam gak ada tuh laki-laki ganteng pakai kemeja hitam. Itu artinya si target belum datang.
[Mak, belum datang orangnya] Kukirim pesan ke Emak.
[Bentar lagi. Jangan bawel. Ingat, ini jodoh terakhir. Kalau kagak cocok juga, lu kawin noh ama Udin]
Apes bener. Udin lagi Udin lagi. Dasar Emak!
Ajaib, setelah dapat pesan dari Emak aku pun melihat mobil terparkir dan keluar laki-laki bermasker pakai kemeja hitam.
Perasaanku ow, jangan ditanya. Berdegup kencang banget. Dari fisik dia lumayan tinggi, kurus, dan rambutnya rapi. Khas pegawai negeri.
Doi masuk dan langsung natap aku. Aku tentu grogi apalagi dia langsung mendekati.
"Gadis anaknya Mak Harum?" tanyanya.
Tunggu! Kenapa suaranya terdengar gak asing?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Merry Dara santika
pasti ini edo yang di jdohin sama emaknya nie
2023-04-09
2