tetangga lucknut

"Jangan ngada-ngada, deh. Di mana-mana yang ekspres itu cuma ekspedisi, bukan suami," balas Edo disertai dengkusan kecil.

Ada gelenyar gak enak menyelimuti hati setelah mendengar penolakannya ini. Padahal aku berharap banyak dibantu. Eh, malah dinyinyir. Temen apaan macam ini.

Aku pun menafakuri kaki. Bingung cari solusi. Emak pasti gak bakalan mau dengar. Aku tau Emak, dia ini baik, tapi selalu pegang apa yang dia bilang. Kalau A ya harus A. Gak bisa itu A berubah jadi A kuadrat atau A derajat. Bisa terpelanting segala panci dan kawan-kawannya.

Tapi walau gitu dia tetap orang tua yang aku sayang. Dia mendidik kami dengan baik. Makanya apa yang dia mau selalu aku turuti, tapi nikah ekspres begini rasanya agak ngaanu.

"Emangnya kenapa buru-buru, sih? Bukannya selama ini kamu fine fine aja ya sendirian?" lanjut Edo.

"Ya, aku sih fine. Tapi Emak. Dia mana mau tau apa isi hati anaknya ini," balasku. Bibir sengaja dimanyun dua senti.

Aku pun berdiri melihat lekat manik bola mata cokelat Edo. Penuh harap. Berharap banget dia bantuin. Dia dewasa, pasti circle dia dewasa juga, mapan dan siap nikah. Aku butuh modelan laki begitu saat ini.

"Bantu aku ya, Do." Aku memelas lagi 

"Ya tapi kenapa harus aku?" Edo bersedekap dada. Kini dia ikutan manyun.

"Ya karena cuma kamu temen aku di sini." Mata sengaja aku buat  berkedip. Berharap Edo mengabulkan.

Namun, lagi-lagi respon Edo hanya dengkusan.

"Ada maunya baru dianggap temen. Coba kalo kagak. Begh ...."

"Jangan perhitungan ngapa? Situasi aku urgent tau. Kalo gak bawa calon suami, Emak bakalan terima lamarannya Udin, si duda juragan kambing," paparku seraya menggoyang-goyang pagar, lalu kedip kedip.

"Mau yah? Bantuin. Cariin cowok. Gak kaya juga gak apa-apa. Yang penting dia cukup. Cukup keren, cukup mapan, cukup tampan, cukup punya rumah dua lantai, cukup mobil satu dan cukup dengan aku seorang yang jadi wanitanya. Bisa?"

"Jiah ... itu sih cukup. Cukup mustahil buat perempuan modelan kek kamu!"

Asem benar!

"Edo, tega ya. Kagak ada empati-empatinya sama temen," kesalku.

Eh, dianya cuma berdengkus doang. Nyebelin parah. 

 "Lagian kenapa kagak terima aja sih si duda itu. Mayan kan. Gak perlu bergadang demi kerjaan."

"Ya ogah. Tua-tua begini level laki aku setara dengan Suga BTS. Udin mah cuma segininya Suga," ucapku seraya menunjukkan ujung kuku. Tampak meremehkan memang, tapi aku gak mau kawin sama Udin yang suka jelalatan. Ganjen, genit. Bisa jadi aku dimadu nanti.

Ogah!

"Ya elah. udah tua masih aja ngehalu," decak Edo.

"Ya jelaslah. Halu itu pekerjaan aku, Do. Kalo kagak halu kagak dapat duit," jelasku lagi.

Udah mulai sewot aku. Kesal asli. Bukannya bantuin dia malah nyerempet ke kerjaan. Kalo gak nulis aku gak dapat duit. Mau kerja kantoran juga gak mungkin. Aku cuma tamatan SMA. Banter paling jadi OG.

Bukan maksud ngerendahin OG, ya, Bukan!

OG juga menghasilkan. Kan yang penting halal.

Masalahnya aku gak akan kuat jadi OG. Naik turun tangga di rumah ini aja uda gempor ini kaki. Mana bisa kerja. Umur gak mungkin bisa dibohongi. Sendi udah pada ngilu.

"Tapi karena halu lo kagak dapat laki," sahut Edo lagi. Sahutan yang beneran nyes! Aku sampai terdiam. Serasa tertembak mati.

"Jadi lo gak mau bantuin?" lirihku, sengaja membuat-buat suara pelan, biar terdengar merajuk. Biar dia mau bantu.

Entahlah, perasaan aku makin kacau setelah disindir Edo. Selama hidup ini aku hanya mengenal Irka. Irka cowok pertama sekaligus orang pertama yang menorehkan luka. Setelah bertahun-tahun berusaha lepas dari bayang Irka, aku pun menerima Rasya, taunya malah kembali merasakan hal yang sama walau cara mereka nyakitin agak berbeda.

"Beneran nggak mau bantu?" lirihku lagi.

"Kagak," jawab Edo telak, "lagian temen aku gak ada yang jomblo. Yang jomblo cuma aku."

Yah, kalau gitu gak ada harapan.

"Eh, ada. Ada satu laki-laki. Dia perfect. Tampan, pekerja keras, trus setia. Makanya gak nikah sampe sekarang. Mau aku kenalin?"

Bak mendapat angin segar di tengah gurun pasir, aku pun mengulas senyum terkembang. Lantas, spontan mengangguk antusias.

"Aku mau. Cepetan kenalin."

Tapi aneh, bukannya menjawab Edo malah senyum-senyum sendiri. Aku pindai wajah Edo dengan mata menyipit kerena baru ingat sikap usil Edo selama ini. Pria ini begitu sering mengerjai. Mendadak aku jadi gak yakin sama dengan ucapan dia barusan.

"Nah! Nah! Itu mata gitu amat. Mau dikenalin apa kagak?" tanya Edo lagi. Penuh penekanan hingga aku kembali mengangguk. Takut Edo berubah pikiran.

Hiks! Gini amat nyari laki.

"Tapi bukan aki-aki, 'kan?" selidikku lagi.

Edo berdecak, lalu kembali berdengkus. "Ya udah kalau nggak percaya. Aku kagak rugi. Aku pergi"

Loh loh loh.

"Lah mau ke mana?" Panik, cepat-cepat aku mencekal lengan Edo. "Iya iya, aku percaya. Cepetan kenalin."

"Ya udah," jawab Edo enteng. Santai, dia ulurkan tangan ke aku.

"Mau ngapain? Minta duit?" tanyaku. Bingung sumpah.

Eh, dianya malah noyor kepalaku. Asem tenan.

"Edo!"

"Apa!" Teriaknya juga.

Ish, nyebelin banget.

"Ngapain main pukul-pukul, sih?"

"Ya karena kamu oon. Emang muka aku ini tampang orang susah?"

Ya, dia bukan orang susah. Meskipun pengangguran kelas kakap, cowok ini sebenarnya punya banyak kontrakan warisan bapak sia yang nangkring di mana ada tanah yang menganggur. Sudah seperti tuan Takur. Bahkan, rumah yang sekarang aku ditempati ini merupakan rumah kontrakan punya Edo dulu, sebelum aku beli. Aku sudah tinggal di sini kurang lebih sepuluh tahun. 

"Lalu kenapa mengulurkan tangan?" tanyaku. Kesal juga lama-lama 

"Kamu mau kenalan sama cowok keren dan tampan, 'kan?" tanya Edo balik.

Aku mengangguk pelan dan makin heran saat Edo kembali mengulurkan tangan. Tanpa pikir panjang aku sambut.

"Kenalin, Edoardo. Jadi kapan kita nikah?"

"Hah?"

"Jadi kapan dikenalin sama Emak?"

Beberapa detik kemudian baru ngeh kalau dikerjai. Aku tarik tangan dari genggamannya, lalu mencubit kembali pipi tirusnya. Suara ringisan pun terdengar

"Sakit, Gadis!"

"Kenalin, aku Gadis Mawar Melati. Wanita yang bakalan jadi malaikat pencabut nyawa kalau kita jadi nikah," geramku lantas melepaskan cubitan. Aku tatap nyalang Edo yang masih kesakitan, setelah itu pergi berlalu.

Dasar berandal sialan. Buang-buang waktu ngomong sama dia. Bikin kesel aja.

"Dis, jadi gimana!" teriaknya di belakang.

"Jangan ngadi-ngadi!" balasku sama nyaringnya.

"Tapi aku serius, Dis!"

"Aku juga serius. Kalo mau jadi suamiku bikin proposal dulu sana. Kalo udah oke baru ajuin."

"E buset. Itu serius! Aku mau ngelamar perempuan. Bukan ngelamar kerja di kelurahan!" seru Edo lagi.

Sialan itu orang, mana teriak-teriak lagi.

"Tapi kalo gue yang ajuin udah pasti ACC, 'kan, ya?" teriaknya lagi. Gila!

Aku sengaja mengabaikan teriakan Edo dan masuk rumah dan menutup pintu. Malas meladeni cowok yang rada-rada itu. Gak bisa berkata-kata aku dibuatnya. Sepuluh tahunan jadi tetangganya bisa-bisanya bercanda saat situasi gak memungkinkan aku untuk tertawa. Tetangga lucknut!

Namun, baru saja melangkahkan kaki, terdengar suara pintu diketuk. Aku yang sempat kaget berbalik dan menilik lewat tirai. Tampak Edo tersenyum semringah.

"Ngapain lagi, sih, Do?"

"Kalau aku ajuin proposal gak ada biaya biaya lain-lain kan, ya."

Cih ni orang gak waras. Dasar!

"Aku serius, Dis!" teriaknya lagi.

Astaghfirullah ….

Gak kuat aku. Tongkat mana tongkat.

Kulihat ada pas bunga di antara meja, kuambil segera mengacungkan ke dia. "Bacot sekali lagi ini melayang!"

Dianya malah cekikikan, lalu pergi gitu aja.

Astaga … gini amat hidup.

Aku gegas ke kamar. Merebahkan diri di kasur. Mata tertuju ke langit-langit kamar. Sebuah liontin berbandul hati tergantung di sana. Melihat itu mataku kembali nyalang. Rahang mengetat dengan kepalan tangan yang kuat.

Ini semua gara-gara dia. Awas aja, kalau ketemu lagi, aku bakalan bikin perhitungan yang gak pernah dia bayangin sebelumnya. Dasar licik!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!