Steak wagyu dengan saus jamur sampai di rumah. Paijo menerimanya dari kurir delivery seraya menutup pintu utama.
Di ruang tamu, Michelle yang tambah bad mood sedang leyeh-leyeh sambil mencari film yang harus menemaninya bekerja keras mengatasi hati dan pikirannya yang semrawut. Tetapi Paijo yang memberinya satu tatapan kecut setelah mengetahui harga dari steak yang dia inginkan memalingkan wajah.
“Tahu saja kamu aku habis gajian. Pintar, yo.” Paijo menaruh steak itu di pangkuan Michelle. “Sudah makan dulu daripada perasaanmu semakin jelek.”
“Perasaanku itu baru nyangkut sama kamu, bukan sembarang perasaan ini.” sahut Michelle, alih-alih menunda rasa laparnya ia membuka paper bag dan mengeluarkan satu wadah styrofoam.
“Kok cuma beli satu.” Mengerucut bibir Michelle menatap Paijo. “Kamu nggak makan?”
“Perutku nggak cocok makan begituan, ora warek.”
Alasan Paijo yang masuk akal tidak di terima Michelle sungguh-sungguh, ia yakin alasan biaya menjadi masalah utamanya. Maka sebagai istri yang baik dan sedang ingin menjeratnya, Michelle pergi ke dapur. Dia mengambil dua centong nasi ke piring dan membagi steak wagyu itu menjadi dua.
Paijo menyimak tingkahnya dengan mimik serius, polah wanita itu sering dia amati bahkan ketika tidur. Paijo sering memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin, memangsa paras cantik dengan leluasa.
“Makan bareng-bareng, enak aja aku makan sendirian.” Michelle menyerahkan piringnya ke Paijo. “Aku ambil minum dulu.”
“Udah... duduk.” Paijo mengulurkan tangan, meraih pergelangan tangannya. “Makan.”
Michelle tertegun mendapatkan reaksi Paijo sesuai ekspektasinya. Dia duduk di samping Paijo seraya tersenyum tertahan.
“Aku lupa wong Indonesia nggak afdol kalau nggak makan nasi. Selamat makan malam Paijo, my sweetie coco...” Mengecup pipinya, Michelle mendadak kenyang setelah mencuri kesempatan itu. Dia menaruh wadah steak-nya di sofa lalu menatap Paijo yang mengangkat sendok dan garpu untuk memulai menyantap steak wagyu separuh itu.
Paijo tercenung. Mata hazel itu menatap di wajahnya sangat lama. Kecantikannya dan segala sesuatu yang terpancar darinya menyulitkan Paijo menelan nasi dan daging itu.
“Mikir apa kamu?” tanya Paijo seret sambil memperlihatkan ekspresi jengkelnya.
“Aku siap.”
“Siap?” Paijo menyuapkan nasi terakhirnya ke mulut seraya menyendok vegetable mix milik Michelle dan melahapnya. “Siap apa?”
“Kawin sama kamu.”
Paijo tercengang, sebuah kerutan di keningnya terlihat tidak sangar. Kunyahan di mulutnya berhenti. Dalam diam, irama jantung di dalam dadanya terdengar di telinga.
Paijo memiliki Michelle, dekat dan halal. Namun ia bertanya-tanya baru sebulan terbelenggu, memangnya sudah menimbulkan cinta hingga ia rela memberikan satu mahkota berharganya.
Secara mental Paijo cenderung sudah bersiap kalau-kalau Michelle bersedia memberinya, tetapi secara hati rahasia sangat besar yang saat ini bersemayam slalu menyingkirkan niatannya mengambil apa yang bisa dia rasakan.
“Jangan dulu, sabar sebentar lagi.” kata Paijo, “Aku tidak berani mengambil batu sandungan, Icel. Kamu yang rugi.” Sebagai gantinya Paijo mengambil wadah steak-nya.
“Aku suapi.”
Michelle mengangguk. Jatuh hati pada kekasih orang, ditambah lagi meminta pembobolan harta paling berharganya untuk mengikatnya semakin erat sudah kerap di tolak, tak heran kemampuan mendapat penolakan dari Paijo sudah dia perbarui.
“Kapan Puspita pulang ke sini?” tanya Michelle. Antisipasi agar cintanya tetap efisien perlu ia gencatan.
Paijo menyuapi Michelle yang nampak lahap menyantap makanan kebarat-baratan itu, atau mungkin wanita itu senang Paijo memanjakannya?
“Seminggu lagi.”
Apa? Seminggu lagi?
Konyol, batin Michelle. Seminggu tidak cukup membuat Paijo jatuh hati padanya, selama ini Paijo hanya bertanggung jawab atas perbuatan yang mereka lakukan, sementara rasa cinta dan sayang itu belum ada, belum cukup besar membuat Paijo memilihnya daripada Puspita..
Michelle terdiam sejenak, lalu bertanya, “Tidak bisakah seminggu ini kita lebih dekat, Jo?”
Paijo tampak seakan mengatakan sesuatu, tetapi ia hanya bisa setengah tersenyum sambil mengumpulkan sisa vegetable mix dan kentang dengan punggung sendok sebelum menyuapinya untuk yang terakhir.
“Lebih dekat yang bagaimana maksudmu?”
Michelle beranjak, mengambil dua gelas air putih seraya kembali ke ruang tamu.
“Boboknya pelukan, lebih banyak ciuman, setiap mau tidur bilang i love you?” ucap Michelle, alih-alih duduk sendiri dia berdiri menjulang di depan Paijo seraya duduk di pangkuannya.
Sia-sia bagi Paijo untuk menghindar, mudah-mudahan dia hanya terlihat tercengang, tidak malu apalagi mau.
“Yo nggak harus tiba-tiba begini, kamu ini berat lho. Turun!” kata Paijo, mengamatinya tajam.
“Enggak.” Michelle menghabiskan air putihnya, petualangannya mengenai perjalanan hubungan percintaannya harus memuaskan. “Mau kan seminggu ini kita lebih dekat, aku takut kehilanganmu apalagi Puspita hampir pulang. Itu serem banget, Jo.”
Paijo nyaris kelabakan ketika Michelle menarik kerah baju dan mengguncangnya.
“Dia punya pistol, iya?” Paijo mengangguk.
“Oh my God... Pistol lawan pensil nggak mempan Paijo... aku nggak ada senjata lain selain memberimu ragaku dan seluruh isi-isinya.”
“Edan.” Paijo terbahak alih-alih merasa kian romantis memangku model dan pengusaha itu tanpa berusaha keras merayunya seperti pengusaha-pengusaha lain yang perlu effort besar menciduk Michelle dari keluarga Prambudi Dwayne.
“Aku tidak membandingkanmu dengan Puspita! Kamu jauh lebih sempurna.”
“Bohong!” raung Michelle. ”Buktinya kamu belum cinta sama aku walau pun sebulan kita tidur bareng.”
“Kalau aku cinta sama kamu itu berarti aku bohong, Icel. Piye to bocah iki, aneh.” Paijo menggelengkan kepala. “Tunggu seminggu lagi, Puspita pulang aku selesaikan.”
“Secepat itu?” tanya Michelle.
“Lama-lama memangnya nunggu apa? Puspita harus mendapatkan laki-laki yang terbaik.” ucap Paijo yang mendadak di serang perasaan bersalah, sesak memenuhi rongga dadanya yang menahan napas sejak tadi.
Dalam hati Michelle bahagia namun ia bertekad tidak menunjukkan secara berlebihan. Setidaknya Paijo sudah melihat betapa ia menginginkan dan menanti matanya dipenuhi cinta.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Anonim
Icel ngebet yaaaahhh😁😁
2023-09-14
0
'Nchie
semangat cel 🤣🤣
2023-05-02
0
bunda dad
tentara vs kang gambar ya, cel 😁
2023-04-28
0