Sehelai senja yang mewarnai langit barat menemani perjalanan pulang Paijo ke rumah kontrakan yang di pilih Michelle dan Dominic tadi siang. Rumah minimalis modern yang memiliki dua kamar tidur, ruang makan, dapur, ruang tamu dan satu kamar mandi itu cocok untuk pasangan humoris dan mesyumable yang menjaga rahasia agar tetap awet dalam genggam kasih yang menjalar lewat tangan-tangan mereka.
Rumah itu terletak lima kilometer dari tempat bersejarah Kandang Menjangan yang di bangun sekitar 250 tahun yang lalu dan di kenal sebagai tempat berburu raja-raja Kasultanan Yogyakarta. Berdiri di wilayah yang dulu dikenal dengan Hutan Krapyak, hutan lebat yang tak jauh dari Plengkung Gading—gerbang masuk ke wilayah Keraton Yogyakarta dari arah selatan.
Paijo menyentuh bahu pengemudi ojek daring yang ia sewa. “Nyuwun sewu mas, mampir mini market sebentar nggih.”
”Siap mas.” Melalui tiga bangjo yang padat merayap, berhentilah mereka di mini market yang identik dengan warna biru.
Paijo membeli kebutuhan pokok dan beberapa makanan ringan, roti tawar, selai coklat, keju, dan apel.
Aku yakin bule itu pemakan segala, sama aku saja doyan, apalagi yang aku belikan.
Menghela napas, Paijo menunggu kasir menghitung jumlah belanjaannya.
Paijo mengeluarkan dompet, membayar belanjanya yang nyaris dua ratus ribu. “Berasa bapak-bapak.” gumamnya sembari mendorong pintu kaca.
Paijo nangkring kembali ke jok motor hingga membuat pak ojek menggeber motornya menuju lokasi yang tujuan.
Paijo tersenyum getir, mobil Michelle dan motor bapaknya terlihat dari matanya yang awas. Lima detik kemudian sampailah ia di depan gerbang putih setinggi satu setengah meter.
“Tadinya nikah itu masih dalam khayalan, sekarang malah sudah punya istri, bule lagi. Gimana ini aku menjalaninya.” Paijo membuka pintu gerbang, membuat orang yang di dalam rumah langsung menyambut kedatangannya dengan senyum ceria.
“Welcome home, sweetie...” Michelle merenggangkan kedua tangannya di teras rumah sambil tersenyum manis.
Mendapat sambutan yang begitu hangat dari sang istri koplaknya, Paijo menurunkan belanjaannya ke lantai seraya memeluknya. Sebab tidak ada pilihan lain karena orang tua mereka dan Dominic melihatnya dari ruang tamu.
“Beli apa kamu?” tanya Michelle setelah mengurai pelukannya.
“Beras sama jajanan...”
Tersenyum geli Michelle meraih belanjaan di lantai seraya membawanya ke dalam.
“Paijo beliin Icel beras, Pa. Sudah di suruh masak aja ini.” ucapnya memberi tahu dengan semringah.
Prambudi nyengir, bukannya senang putrinya membuka belanjaan mereka di karpet yang mengeluarkan aroma baru ia justru menatap Dominic sambil mengernyit.
“Adikmu masak?” Mungkin begitu katanya.
Dominic nyengir sembari membungkuk, meraih satu makanan ringan yang baru saja keluar dari plastik.
“Lumayan dapat nissin walens, bayaran tukang angkat-angkat barang hari ini.” ucap Dominic sambil membukanya.
Michelle mencebikkan bibir, “Terima kasih mas, papa, bapak sudah bantu Icel hari ini. Cuma...” meringis lebar dengan malu ia menepuk-nepuk beras di depannya, ”karena sekarang aku sudah lapar banget, gimana kalau Icel pesan aja makanan lewat hp?”
“Ngomong aja kon nggak bisa masak.” seru Dominic.
Michelle menutup wajahnya. Yang penting aku pintar urusan lain, hihihi..
Selesai melepas sepatu pantofelnya, Paijo mengelap tangannya di jaket setelah mencuci tangannya di kran air seraya mencium punggung tangan Prambudi dan Kusumonegoro.
“Sudah dari tadi bapak datang?” tanya Paijo ke Kusumonegoro.
“Bapak cuti sehari.”
“Tumben?”
“Tumben-tumben.” Kusumonegoro mendengus, keringat di tubuhnya masih terasa lengket di kulitnya setelah membantu anak mantunya mengisi rumah dengan perabotan baru sekaligus ia mengganti peran sang anak yang harus tugas negara.
Kusumonegoro meraih nissin walens yang Dominic ulurkan. “Kalau cuma beras, padi yang ada di bagor itu di giling sekalian walau pun kamu sudah tinggal di sini, sawahmu di rawat.”
Paijo meringis seraya menatap interior kontrakannya, ngelus dada ia melihat semuanya nampak baru. Michelle membeli smart tv, mesin cuci, kulkas, lemari, kompor gas, tabung gas pink, alat panggang, air filter, air fryer, sofa single dan spring bed queen size.
Ini pasti sampai puluhan juta, nggak mungkin Michelle beli yang ecek-ecek. Mumet-mumet aku.
Michelle menyentuh lututnya, mengagetkan Paijo yang mendadak insecure dan hampir melamun.
“Beli makan online boleh, Jo?”
“Mas Paijo.” timpal Kusumonegoro menginterupsinya. Prambudi mengangguk setuju.
“Betul, Paijo bukan temanmu yang bisa kamu panggil dengan namanya saja Icel. Mulai hari ini panggil Paijo dengan tambahan Mas.”
“Mas Paijo...” Michelle mengedipkan sebelah matanya sembari merangkul lengannya dengan manja.
Dominic terkekeh-kekeh melihat betapa kikuknya wajah Paijo yang tidak berkutik dengan tingkah Michelle. Hanya jantungnya yang berdebar kencang.
“Buruan pesan makan, dek. Nasi padang enak ini sama sop buah komplit.” kata Dominic. ”Nunggu kamu masak yang ada sampai besok pagi kita cuma kelaparan.”
Michelle berdiri seraya meraih tangan Paijo. “Ayo ganti baju dulu di kamar.”
Kusumonegoro dan Prambudi melihat bagaimana Paijo terlihat pasrah mengikuti kemauan Michelle yang mengurungnya di kamar.
”Kayaknya Paijo bakal jadi anggota ISTI, pak. Ikatan suami takut istri.” seloroh Dominic.
Prambudi langsung mengelus dadanya, tertusuk sendiri ia dengan ucapan sulungnya. Marisa menurunkan bakat andal ke anak perempuannya.
Prambudi jadi tahu bagaimana nasib Paijo sekarang, berada dalam kekuasaan putrinya yang sedang di mabuk kepayang oleh tubuh Paijo yang eksotis nan indah, mirip seperti Marisa dulu.
”Sepertinya betul.” kata Prambudi lemah.
Di kamar, Michelle melepas tas ranselnya Paijo seraya mencampakkannya ke kasur.
“Mau apa kamu?” tanya Paijo saat Michelle menyentuh kancing pakaiannya.
“Mau di lepas, kamu harus mandi terus makan.”
“Aku bisa sendiri, Icel.” Paijo menggenggam tangannya seraya ingin menyingkirkannya dari sana, tetapi keras kepala wanita yang slalu di ajari ibunya untuk melayani sebaik-baiknya suami menggelengkan kepala.
“Nurut saja, ini pahala buat aku.” ucap Michelle seraya melebarkan mulutnya seolah hendak mengigit Paijo. “Enak lho dilayani istri, nggak pernah kan di sayang-sayang begini sama Puspita.”
Yungalah... malah bahas-bahas kenyataan.
Paijo mengangkat dagunya, menatap langit-langit kamar sementara Michelle mulai melepas satu persatu kancing pakaian dinasnya setelah ia melepas tangannya.
“Celananya juga nggak?” goda Michelle.
“Kenapa tidak sekalian kamu ngumpulin pahalanya?” Gantian Paijo yang menggodanya.
Michelle menelan ludahnya sambil menyentuh ikat pinggang Paijo. Terbayang-bayang di benaknya bentuk isi celana Paijo, terbayang-bayang pula betapa seksinya bentuk itu.
Michelle menarik tangannya seketika saat mendadak pesan ayahnya muncul menggagalkan usahanya mengumpulkan pahala.
Jangan punya anak dulu sebelum jelas bagaimana nasib rumah tanggamu.
Paijo menyeringai. “Giliran di kasih umpan takut nyambar, Icel... Icel... Jangan cuma berani ngomong.” Memegang kedua bahunya Paijo memutar tubuh Michelle agar tidak melihatnya melepas celana. Tetapi dengan sengaja ia menaruh seluruh pakaiannya ke bahu Michelle hingga membuat wanita itu melebarkan mata dengan mulut ternganga.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ray Aza
jangan2 tetanggaan sm mantan aku neh... /Facepalm/
2023-09-30
0
Anonim
Paijo...Paijo...gara2 kesalah pahaman doro bei Kusumonegoro mergoki kamu ma Icel sekamar jd punya istri bule yo Jooo wkwkwkwk🤣🤣🤣
2023-09-14
0
Ersa
yungalah🤣🤣🤣
2023-08-24
0