Ambar melihat barang belanjaan Jingga yang begitu banyak. "Apakah semua itu dibeli untuk Nabila? Lalu di mana Nabila?" Ambar melihat barang yang ada di tangannya, hanya ada sepasang baju yang sengaja dibelinya karena ia ingin menjenguk cucu salah satu temannya, itu pun ia beli dengan harga yang paling murah di toko itu.
Ambar mendekati menantunya itu. "Jingga di mana Nabila? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Ambar yang tahu jika berkas perceraian Jingga dan juga Aditya sudah masuk ke meja hijau.
"Nabila ada bersama dengan ibuku, mereka sedang berjalan-jalan diluar."
"Walau nanti kamu telah bercerai dengan Aditya, Nabila tetaplah cucuku. Aku tak mau kau membatasi kami untuk bertemu dengannya."
"Tentu saja, Bu. Aku tak akan membatasi kalian untuk bertemu dengan Nabila, tapi untuk saat ini aku belum mau mengizinkan kalian untuk bertemu dengannya jika ingin membawanya. Ia masih kecil, silahkan bertemu dengan datang ke rumah kami."
"Jingga, kamu itu kekanak-kanakan sekali sih. Memangnya apa permasalahanmu hingga kamu mengajukan gugatan cerai, apa kamu tak memikirkan nasib Nabila dimasa depannya?"
"Aku melakukannya karena aku memikirkan nasib putriku. Aku juga tak ingin hidup terus dalam kesengsaraan, hidup di rumah itu bersama kalian, aku diperlakukan seperti pembantu bukannya sebagai seorang istri dan menantu."
"Kamu itu harusnya mengerti, suamimu bukanlah seorang konglomerat, bukan orang yang berkelimangan dengan harta, jadi mengertilah dan kerjakan semua pekerjaan rumah yang kamu bisa, memang semua itu sudah menjadi tugasmu, kami sama sekali tidak menganggapmu sebagai pembantu."
"Benarkah? Dengan menyuruhku untuk melakukan semua pekerjaan itu sendiri dan menyuruhku dengan mengucapkan kata-kata kasar, membentak, apakah itu ucapan seorang ibu kepada menantunya? Aku juga mendapat perlakuan yang tak layak dari kalian."
"Kamu hanya terbawa perasaan, kami tak pernah memperlakukanmu seperti itu."
"Walaupun Ibu memperlakukanku seperti itu, aku sama sekali tak keberatan. Selama ini aku bisa menahannya, tapi perselingkuhan mas Aditya tak bisa aku maafkan, Bu."
Mendengar itu Ambar sangat terkejut di mana selama ini ia tak tahu jika salah satu penyebab perceraian mereka adalah perselingkuhan anaknya.
"Apa maksud kamu? Siapa yang selingkuh? Aditya tidak mungkin selingkuh, dia tidak mungkin selingkuh darimu, kamu jangan sembarangan menuduh, itu fitnah."
"Aku tak sembarangan menuduh, Bu. Aku punya bukti dan aku juga melihat dengan mataku kepalaku sendiri. Lagian mas Aditya juga sepertinya mencintai wanita itu, karena dia bahkan membawa wanita itu ke tempat mewah sedangkan memberikan makanan yang tak layak untukku. Mungkin dia juga tak keberatan membelikan barang-barang yang mewah untuk selingkuhannya itu sedangkan diriku jangankan pakaian mewah, keperluan pribadiku saja tak pernah dibelikannya untukku, bahkan jika aku membeli sendiri dari uang yang diberikannya, mas Aditya akan menegurku dan twrus memintaku untuk berhemat." Jingga mengatakan semuanya dengan berkaca-kaca. "Sudahlah Bu, memang sepertinya kami tak bisa bersama lagi, sekarang Nabila sudah hidup bahagia. Lihat aku membelikan banyak barang untuknya, saat bersama dengan mas Aditya, jangankan membeli baju baru, topi baru, sepatu baru, membeli popok saja aku harus benar-benar menyisihkan uang untuk itu."
"Kamu itu harus mengerti kondisi keuangan suamimu."
"Bu, selama ini aku kurang mengerti apa? Aku sangat mengerti kondisi mas Aditya, aku tak pernah meminta lebih, aku selalu menerima apa yang mas Aditya kasih tanpa melakukan protes sedikitpun. Aku berusaha menggunakannya semaksimal mungkin, tapi apa yang aku dapatkan hanya perselingkuhannya, ia menjadikanku bahan tertawaan, mereka menganggapku orang yang bodoh." Air mata Jingga sudah menetes membasahi pipinya.
"Makanya kamu itu pandai-pandai merawat diri, pandai mengurus suami agar suamimu tak mencari wanita lain."
"Hentikan, Bu. Sudah cukup menghinaku, sekarang aku bukanlah Jingga menantu ibu yang dulu, sebentar lagi hubunganku dan mas Aditya akan berakhir dan begitupun dengan Ibu, Ibu bukan lagi sebagai mertuaku jadi jangan pernah menghina aku lagi, Bu."
Suasana semakin menegang di mana Ambar terus menyalahkan Jingga atas apa yang terjadi di rumah tangga mereka, sedangkan Jingga sendiri tak mau lagi mengalah dan tak mau disalahkan atas apapun. Ia juga tak mau mendapat hinaan lagi dari ibu mertuanya, sudah cukup selama setahun ini dia menahan semuanya.
Jingga yang tak ingin semuanya berkelanjutan memilih untuk menyingkir dari tempat itu, ia membawa semua belanjaannya ke kasir. Ambar yang mengerti jika Jingga menghindarinya juga berjalan menuju kasir untuk membayar semua barang belanjaannya, lebih tepatnya satu barang belanjaan yang ia pegang sedari tadi.
"Totalnya 10.500.000, Bu," ucap kasir tersebut setelah menjumlah semua barang belanjaan yang dibeli oleh Jingga.
Jingga hanya memberikan satu kartu pada kasir tersebut dan hanya satu kali gesekan semua sudah terbayar. Jingga tanpa berpamitan pada ibu mertuanya yang mengantri di belakangnya langsung pergi dari sana, Ambar menelan salivanya saat mendengar jumlah yang dibayar oleh Jingga dan barang-barang yang dibelinya tadi terlihat jelas jika semua adalah barang untuk anak kecil, itu berarti adalah barang untuk cucunya. Ia memang tahu jika Jingga berasal dari keluarga kaya. Namun, ia tak tahu sekaya apa keluarganya. Jingga menghabiskan uang yang begitu banyak hanya untuk perlengkapan bayi.
Ambar juga maju dan memberikan pakaian yang dibelinya.
"200.000, Bu," ucap kasir tersebut membuat Ambar pun mengambil uang cash yang ada di dalam dompetnya dan memberikan kepada kasir sebagai bayaran dari baju yang ia beli. Ia pun bergegas keluar dari tempat itu dan dengan hati-hati mengikuti Jingga, ternyata Jingga menuju ke sebuah toko mewah yang ada di depan tempat toko perlengkapan bayi tadi. Ia bisa melihat Jingga dan ibunya sedang melihat tas-tas branded dengan Nabila yang berada di atas troli yang didorong oleh seseorang yang tak ia kenal, dari pakaiannya sepertinya wanita itu adalah seorang baby sitter.
" Mungkin dia adalah baby sister yang merawat Nabila selama tinggal di keluarganya," gumam Ambar.
Bukan hanya di sana saja Ambar terus mengikuti mereka dan mereka saat ini masuk ke sebuah salon dan Ambar sangat tahu salon itu adalah salon yang cukup terkenal di kalangan para sosialita dan harga perawatannya sangat mahal.
"Kurang ajar, dia bukannya menderita berpisah dengan anakku dia justru merasa terlihat sangat bahagia, sementara Aditya saat ini sedang sangat kacau karena perceraian mereka," kesal Ambar di mana selama Jingga dan Nabila keluar dari rumahnya, Aditya terlihat sangat frustasi, tak seperti dulu. Terkadang ia melihat anaknya itu sering melamun sambil memegang pakaian Nabila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ita rahmawati
menyesalpun tk ad guna 💃💃💃
2023-06-21
0
wind_ari
kasian bangkai sdh terinjak tak bisa disembunyikan lg, mertua sableng menantu suruh jadi babu, yaa minta cerailah lo ja yg beres2 rmh
2023-04-14
0
Anik Trisubekti
itu karma untuk mu dan Aditiya makanya jangan jahat😏
2023-04-13
0