Perlakuan Buruk

Semenjak kehadiran putrinya, Jingga menjadi sangat kerepotan, ia harus menjaga putrinya sambil kembali menjadi seorang istri, mengerjakan beberapa pekerjaan seperti menyapu, mengepel, memasak, membereskan, mencuci, semua dia lakukan sambil menjaga putrinya sendiri, sedangkan ibu mertuanya tak pernah lagi menjaga cucunya dan hanya sering bergabung bersama dengan teman-temannya.

Terkadang saat ibu mertuanya itu ada di rumah, ibunya hanya di kamar dan melakukan beberapa perawatan pada wajahnya.

Jingga memberanikan diri mengetuk pintu kamar ibu mertuanya, di mana perutnya sangat sakit dan ingin ke kamar mandi, sedangkan putrinya sama sekali tak mau turun dari gendongannya.

"Bu, boleh jaga Nabila sebentar saja. Aku ingin ke kamar mandi," ucapnya begitu ibu membuka pintu untuknya.

"Bagaimana mungkin aku menjaganya, apa kamu tak lihat cat di kukuku ini belum kering, belum lagi maskerku juga baru saja kupasang. Bagaimana jika sampai maskernya rusak, sana kamu bawa saja ke kamar mandi," ucap Ambar kemudian ia pun kembali menutup pintunya.

Jingga hanya menghela nafas, ia melihat bayi yang ada di gendongannya. Kini usia bayinya sudah memasuki usia 2 bulan dan sudah mulai aktif, membuat ia tak punya pilihan lain selain membawa putrinya itu ke kamar mandi, membuang air sambil terus menggendong putrinya.

Setetes air mata jatuh di pelupuk mata Jingga, ia masih mengingat saat-saat ia bersama dengan kedua orang tuanya. Ia bagaikan seorang putri di sebuah istana, tak sekalipun ia melakukan pekerjaan rumah, jangankan memasak, mencuci piringnya sendiri saja ia tak pernah melakukannya dan baru lakukan setelah menikah dengan Aditya.

"Nabila maafkan Ibu, ya," liriknya memeluk putrinya.

Setelah melakukan aktivitas dari kamar mandi, Jingga pun membawa putrinya itu ke kamar, berniat untuk menidurkannya. Ia harus segera mencuci pakaian kerja suaminya yang akan dipakainya besok. Jika tak segera dicuci pakaian itu tak akan kering dan sudah dipastikan Aditya akan marah padanya, jika pakaian kerjanya tidak siap.

Jingga menyusui putrinya dengan posisi berbaring, membuat putrinya pun menghisap ASInya sambil matanya mulai perlahan terpejam. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering membuat putrinya yang tadinya sudah akan tertidur kembali terbangun. Jingga hanya menghela nafas dan mengangkat panggilannya.

"Halo, Mas. Ada apa?" tanyanya.

"Aku melupakan berkas di atas meja, bermap kuning, coba kamu lihat apakah masih ada di sana?" ucapnya membuat Jingga pun kembali menggendong Nabila dan membawanya ke ruang kerja suaminya, kemudian mencari map yang dimaksud oleh sang suami.

"Iya Mas, berkasnya ada."

"Apa kamu bisa membawanya ke kantor sekarang juga, aku benar-benar membutuhkannya. Jika aku kembali kerumah dan kembali lagi ke kantor itu akan memakan waktu."

"Tapi Mas, bagaimana dengan Nabila?"

"Ya ampun Jingga, kan ada Ibu di rumah titipkan dia sebentar. Cepatlah, aku benar-benar membutuhkan berkas itu," ucap Aditya kemudian ia pun mematikan panggilannya.

Jingga kemudian menuruti apa yang dikatakan oleh suaminya, ia pun kembali kamar ibu mertuanya.

"Kenapa sih kamu selalu mengganggu, ibu hanya ingin menikmati hari-hari tua ibu," kesel Ambar.

"Maaf, Bu. Tapi tadi Mas Aditya menelepon, dia lupa membawa berkas dan meminta aku untuk membawanya. Bisakah Ibu menjaga Nabila terlebih dahulu, aku nggak lama kok sebentar saja, ini berkas yang sangat penting katanya," ucapnya.

Ambar melihat berkas yang ada di tangan menantunya, jika memang berkas itu penting memang haruslah segera di bawah.

"Ya sudah, beringkan di sana. Ibu tak bisa menggendongnya."

Dengan berhati-hati, Jingga pun meninggalkan putrinya bersama dengan ibu mertuanya yang terlihat cuek pada cucunya, padahal saat baru lahir dulu ibunya itu sangat menyayangi cucunya. Namun, semakin hari sikapnya semakin berubah seolah-olah ia tak memiliki rasa kasih sayang pada cucunya.

"Bu, aku titip Nabila, ya," ucapnya sekali lagi membuat ibu mertuanya hanya mengangguk sambil melihat kuku-kuku lentiknya yang sudah dicat dengan warna yang sangat mencolok. Jingga pun segera berlari keluar apartemen mereka, mencari taksi untuk mengantar berkas itu kepada suaminya. Sementara itu Aditya terus meneleponnya, menanyakan keberadaannya.

"Iya, Mas. Sebentar lagi, ini juga sudah mau sampai, aku sudah di taksi," jawab Jingga. Jarak dari rumah dengan kantornya tidak terlalu jauh membuat Jingga dengan cepat bisa sampai.

"Apa yang ini, Mas?" tanya Jingga menyodorkan sebuah amplop yang diminta oleh suaminya. Dengan cepat Aditya pun memeriksanya, sejak tadi Aditya menunggu istrinya itu di depan kantor.

"Iya ini berkasnya, ya sudah pulang lah jangan merepotkan ibu," ucapnya kemudian ia kembali ingin masuk. Namun, Jingga menghentikannya.

"Mas, tadi aku terburu-buru aku lupa membawa dompet dan uangku sudah habis membayar taksi tadi, aku minta uang buat bayar taksi pulang."

Aditya meraba kantongnya. "Dompetku tertinggal di ruanganku, aku sedang terburu-buru ingin rapat. Kamu pulanglah jalan kaki saja, ini kan gak jauh," ucapnya kemudian berjalan cepat masuk kembali ke kantornya. Jingga kembali ingin berteriak. Namun, suaminya itu sudah menghilang masuk ke dalam gedung perkantorannya. Jingga hanya menghela nafas dan tak punya pilihan lain selain berjalan kaki menuju ke apartemennya.

Membutuhkan waktu sekitar 20 menit, ia berjalan kaki dan akhirnya Jingga pun sampai ke apartemennya, dengan nafas yang tergesa-gesa karena Jingga jalan kaki dengan mempercepat langkahnya, takut jika sampai putrinya menangis dan tak diurus oleh ibu mertuanya, dan benar saja. Baru saja Jingga masuk ke dalam rumah, ia sudah mendengar suara jeritan tangisan dari anaknya berasal dari kamar ibu mertuanya dan saat membuka pintu kamar ia melihat bayinya itu masih di tempat yang sama, dengan ibu mertua yang justru asik menelepon di balkon kamarnya.

Jingga mengepalkan tangannya, apakah menelpon teman-temannya itu jauh lebih penting daripada mengurus cucunya. Jingga pun mengambil putrinya tanpa memberi tahu terlebih dahulu pada ibu mertuanya.

Jingga masuk ke kamar dan mengunci pintunya, ia menyusui putrinya sambil sesekali mengusap air matanya yang terus menetes. Hatinya benar-benar sakit saat melihat wajah anaknya itu memerah karena menangis, rasa lelah karena berjalan kaki tak lagi dirasakannya, hanya tersisa rasa sakit di dada atas perlakuan ibu mertua dan suaminya.

Jingga yang kelelahan akhirnya pun tertidur dan lupa satu hal penting, yaitu mencuci pakaian kerja yang akan dipakai suaminya besok.

Terpopuler

Comments

Ratmi Asly

Ratmi Asly

satu yg harus diingat...orang tua yg sangat menyayangimu dari kecil, tdk mungkin akan memberikan kehidupan yg mennyusahkan....sekarang jangan ngeluh dinikmati sj pilihannya...😔

2023-10-19

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ya udh nikmatin aj,,susah senengny kan it pilihanmu sendiri 😁

2023-06-21

1

Dhea Pane

Dhea Pane

kamu hebat hingga bertahan demi anak..biar karma menjalani dgn jlnnya...surga menantimu..semoga Allah terus kasih kesabaran yg terus menerus

2023-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pilihan Jingga
2 Kekecewaan Jingga
3 Tak Bisa Memaafkan
4 Perlakuan Buruk
5 Kehidupan Jingga
6 Kelakuan Aditya
7 Fakta yang Menyayat Hati
8 Siapa Dia?
9 Aku Bukan Wanita Bodoh
10 Keberanian Jingga
11 Mencari Bukti
12 Tertangkap Basah
13 Amarah Jingga
14 Maaf Dari Ayah
15 Kabar Perceraian
16 Istri Atau Pembantu
17 Ingin Cerai Saja
18 Cinta Gantara
19 Waktunya Berbelanja
20 Kebahagiaam Jingga
21 Sakitnya Kehilangan
22 Air Mata Perpisahan
23 Sebutan Ayah
24 Tau Orang Yang menyayanginya
25 Ancaman Gantara
26 Ayah Nabila
27 Ayah dan Papa
28 Hari Pernikahan
29 Kemarahan Gantara
30 Pencarian oleh Gantara
31 Penyergapan
32 Nyonya Gantara
33 Balas Dendam Ambar
34 Rencana Licik Ambar
35 Kebohongan Nabila
36 Kecurigaan Jingga
37 Salah Informasi.
38 Kebaikan Hati Nabila
39 Rasa Penasaran Gantara
40 Kelicikan Ambar
41 Kepolosan Nabila
42 Kebenaran Masa Lalu
43 Kekhawatiran Jingga
44 Kebenaran
45 Kasih Sayang Gantara
46 Penjagaan Gantara
47 Ketegasan Gantara
48 Dipecat
49 Ingin Bertamu Ayah Aditya
50 Penyesalan Aditya
51 Nabila Bertemu Ayah Juga.
52 Kontraksi
53 Adik Baru Nabila
54 Memaafkan Demi Kebahagian Nabila
55 Ke khawatiran Nabila
56 Menjaga Nenek
57 Nabila Anak Baik
58 Ibu rasa Teman
59 Hati Yang Lapang
60 Kunjungan Ambar
61 Keikhlasan Jingga
62 Kebebasan Aditya
63 Satu Miliar
64 Doa Ibu
65 Tessa Dilabrak
66 Gadis Penggoda
67 Masadepan Yang Terancam
68 Maling Jemuran
69 Mak comlang
70 Salah Paham
71 Calon Istri Ayah
72 Calon Bunda
73 Ganti Rugi
74 Tim Mak Comblang
75 Misi Rahasia
76 Kejutan Aditya
77 Lamaran
78 Kebaikan Gantara
79 Kebahagian Semua (Tamat)
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 1. Pilihan Jingga
2
Kekecewaan Jingga
3
Tak Bisa Memaafkan
4
Perlakuan Buruk
5
Kehidupan Jingga
6
Kelakuan Aditya
7
Fakta yang Menyayat Hati
8
Siapa Dia?
9
Aku Bukan Wanita Bodoh
10
Keberanian Jingga
11
Mencari Bukti
12
Tertangkap Basah
13
Amarah Jingga
14
Maaf Dari Ayah
15
Kabar Perceraian
16
Istri Atau Pembantu
17
Ingin Cerai Saja
18
Cinta Gantara
19
Waktunya Berbelanja
20
Kebahagiaam Jingga
21
Sakitnya Kehilangan
22
Air Mata Perpisahan
23
Sebutan Ayah
24
Tau Orang Yang menyayanginya
25
Ancaman Gantara
26
Ayah Nabila
27
Ayah dan Papa
28
Hari Pernikahan
29
Kemarahan Gantara
30
Pencarian oleh Gantara
31
Penyergapan
32
Nyonya Gantara
33
Balas Dendam Ambar
34
Rencana Licik Ambar
35
Kebohongan Nabila
36
Kecurigaan Jingga
37
Salah Informasi.
38
Kebaikan Hati Nabila
39
Rasa Penasaran Gantara
40
Kelicikan Ambar
41
Kepolosan Nabila
42
Kebenaran Masa Lalu
43
Kekhawatiran Jingga
44
Kebenaran
45
Kasih Sayang Gantara
46
Penjagaan Gantara
47
Ketegasan Gantara
48
Dipecat
49
Ingin Bertamu Ayah Aditya
50
Penyesalan Aditya
51
Nabila Bertemu Ayah Juga.
52
Kontraksi
53
Adik Baru Nabila
54
Memaafkan Demi Kebahagian Nabila
55
Ke khawatiran Nabila
56
Menjaga Nenek
57
Nabila Anak Baik
58
Ibu rasa Teman
59
Hati Yang Lapang
60
Kunjungan Ambar
61
Keikhlasan Jingga
62
Kebebasan Aditya
63
Satu Miliar
64
Doa Ibu
65
Tessa Dilabrak
66
Gadis Penggoda
67
Masadepan Yang Terancam
68
Maling Jemuran
69
Mak comlang
70
Salah Paham
71
Calon Istri Ayah
72
Calon Bunda
73
Ganti Rugi
74
Tim Mak Comblang
75
Misi Rahasia
76
Kejutan Aditya
77
Lamaran
78
Kebaikan Gantara
79
Kebahagian Semua (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!