NovelToon NovelToon

Batas Kesabaran Seorang Istri

Bab 1. Pilihan Jingga

"Jingga! Jika kamu melangkahkan kaki kamu keluar dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi!" ucap Gunawan pada putrinya, hatinya sangat sakit, putri yang sangat disayanginya menentang keinginannya yang telah menjodohkannya dan memilih untuk menikah dengan pria lain.

"Tidak, Ayah. Jingga mohon jangan seperti ini, Jingga sangat mencintai Aditya," ucapnya yang kini sudah berlutut memeluk kaki ayahnya, berharap ayahnya bisa memberinya restu untuk menjalin hubungan dengan pria yang sangat dicintainya.

"Jingga, apa yang kamu harapkan dari pria seperti dia? Kau takkan bahagia jika kamu hidup bersamanya, Nak."

"Ayah, Aditya pria yang baik, dia sangat mencintaiku dan akupun sangat mencintainya, aku pasti akan bahagia menikah dengannya. Ayah, aku mohon berikan restu Ayah."

"Sekali tidak, tetap tidak! Keputusan ayah sudah bulat, jika kamu tetap memilih Aditya dibanding Gantara, silahkan kamu keluar dari rumah ini! Ayah tak sudi memiliki seorang putri yang tak mau menuruti apa yang ayah katakan!" ucap ayah bergetar saat anaknya dengan lantang menentang keputusannya dan lebih membela pria yang sama sekali tak direstuinya.

Aditya hanya berdiri mematung mendengarkan perdebatan ayah dan anak itu, ia tak menyangka jika niat baiknya untuk meminang Jingga berujung pada apa yang terjadi saat ini.

Bukannya tak tahu diri, Aditya selama ini menjalin hubungan dengan Jingga dan Jingga selalu mengatakan jika hubungan mereka sudah diketahui oleh kedua orang tuanya dan mereka tak keberatan.

Karena itulah Aditya berani datang melamar Jingga, walau status sosial mereka sangat jauh berbeda. Jingga berasal dari keluarga kaya raya sedangkan dia hanyalah seorang pegawai biasa, ia bekerja di sebuah perusahaan cabang milik pria yang dijodohkan dengan Jingga.

Jingga menatap Aditya. "Kak, apa kamu mau berjanji akan membahagiakan ku? Jika aku memilihmu?" tanya Jingga membuat Aditya terkejut disaat wanita cantik berusia 20 tahun itu memilihnya dibanding memilih keluarganya.

Aditya memang juga sangat mencintai Jingga dan akhirnya ia pun mengangguk, membuat Jingga menggenggam tangan Aditya dengan sangat erat.

"Maaf, Ayah," lirih Jingga membuat Gunawan mengerti pilihan putrinya.

"Kamu akan menyesali pilihanmu, Nak!" lirih Gunawan kemudian ia pun berlalu menuju ke kamarnya, ia sangat menyayangi putrinya. Namun, keputusannya tak akan di ubahnya.

"Jingga, pikirkan baik-baik. Kamu jangan mengambil keputusan yang bisa saja kau sesali," ucap Mita menggenggam tangan putrinya.

"Tidak, Bu. Keputusan ini sudah Jingga pikirkan secara matang, Jingga sangat mencintai Aditya dan aku ingin menikah dengannya."

Mendengar hal itu, Mita hanya bisa menghela nafas. Ia menatap pria yang dipilih oleh anaknya.

"Aditya, tante titip anak tante. Jangan sakiti dia, Jingga sudah memilihmu dibanding pilihan ayahnya dan bahkan meninggalkan kami hanya untuk kamu, ibu tak bisa berbuat banyak dan tak bisa membantu kalian, ibu hanya bisa memberikan restu ibu," ucap Mita kemudian ia kembali melihat ke arah putrinya. "Jika kamu merasa keputusan yang kamu ambil ini salah, pulanglah, Nak. Sampai kapanpun kamu tetaplah putri ibu."

"Maaf, Bu."

Mita hanya mengangguk dan menyusul suaminya ke kamar mereka, meninggalkan Jingga dengan hati yang perih.

Jingga dan Aditya pun meninggalkan rumah itu, setetes air mata jatuh di mata Gunawan saat melihat putrinya itu pergi meninggalkannya. Ia hanya bisa melihat putrinya itu keluar gerbang dari balik jendela kamarnya, rasa sakit hatinya semakin membuatnya membenci sosok Aditya.

"Ayah, bagaimana dengan perjodohan mereka?" ujar Mita, dimana keduanya sudah menyetujui perjodohan yang diajukan oleh keluarga Zafran, karena mereka percaya jika putrinya pasti akan menerima perjodohan itu. Namun, ia tak menduga jika mendapat penolakan dari Jingga.

Mendengar pernyataan itu, Gunawan hanya menghela nafas, ia akan meminta maaf kepada keluarga Zafran tentang membatalkan perjodohan yang telah mereka setuju, meskipun sudah pasti akan banyak dampak yang akan di alaminya, termasuk dengan perusahaannya.

Disaat Gunawan dan juga Mita, orang tua Jingga merasa sakit karena apa yang dilakukan oleh putrinya, Aditya dan Jingga justru terlihat sangat bahagia. Mereka tetap melaksanakan rencana pernikahan yang telah mereka susun, walau tanpa restu kedua orang tua Jingga.

Mereka melaksanakan pernikahan di kantor KUA dengan melimpahkan semuanya pada wali hakim.

Kata sah membuat Jingga kini sudah menjadi istri dari Aditya dan fakta itu diketahui oleh kedua orangtua Jingga, membuat mereka hanya bisa mengelus dada dengan apa yang terjadi pada putrinya mereka.

Gunawan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memisahkan keduanya, tetapi sepertinya sifat keras kepala Jingga didapatkannya dari ayahnya.

Setelah mencoba untuk memisahkan mereka, Jingga tetap memilih Aditya dan menjadi istri dari pria itu.

Kekecewaan Jingga

Di bulan kedua pernikahannya, Jingga mendapatkan kabar bahagia di mana ia sudah positif hamil. Hal itu membuat ia sangat bahagia begitupun dengan Aditya serta ibu Aditya, Ambar.

Mita juga ikut senang mendengar kabar tersebut walau selama ini Jingga tak pernah lagi menemui mereka. Namun, mereka masih selalu melakukan komunikasi melalui telepon. Sedengakan Gunawan sendiri memutuskan komunikasi dengan putrinya, ia masih begitu kesal, bahkan kehadiran cucunya tak bisa membuat dia memaafkan putrinya.

Hari-hari dilalui Jingga di apartemen suaminya, hidup bersama suami dan juga mertuanya. Dimana Aditya hanya tinggal bersama ibunya selama ini.

"Jingga, walaupun kamu itu sedang hamil bukan berarti kan kamu harus malas-malasan. Ayolah bantu Ibu, lihat semuanya berantakan," ucap Ambar menunjuk ruang tamu yang begitu berantakan, begitu banyak sisa-sisa makanan di sana.

"Iya, Bu," jawab Jingga kemudian ia pun mulai membersihkan ruang tamu tersebut, hal yang tak pernah dilakukannya saat di rumahnya kini Jingga lakukan. Mulai dari membersihkan rumah, memasak, hingga berbelanja ke pasar tradisional.

Walau dalam kondisi hamil besar sekalipun pekerjaannya rumah tangga itu tetap dilakukannya.

Malam hari Jingga merasakan sakit di area perutnya, sepertinya dia akan melahirkan. Namun, saat ini suami dan mertuanya tak ada.

Dengan terburu-buru Jingga mengambil ponsel dan mencoba menghubungi suaminya.

"Mas, kamu di mana? Perutku sakit, sepertinya aku sudah akan melahirkan," ucap Jingga sambil meringis kesakitan menahan perut yang semakin terasa sakit.

"Kamu kan tahu sendiri hari ini adalah hari ulang tahun ibu, aku sudah menyiapkan kejutan untuk ibu. Aku tak mungkin meninggalkan semua ini," ucapnya.

"Hal itu masih bisa ditunda, Mas. Tapi tidak denganku. Rasanya sangat sakit, bayi kita akan lahir, Mas," rintih Jingga.

"Jingga, tenanglah. Begini saja, aku akan memesan taksi kamu pergilah ke rumah sakit sendiri. Aku akan mempercepat proses ulang tahun ibu, begitu aku selesai memberikan kejutan kepada ibu, aku akan menyusulmu ke rumah sakit," ucap Aditya yang masih mengutamakan kejutan ulang untuk ibunya.

Mendengar hal itu Jingga mematikan ponselnya kemudian ia pun langsung menghubungi ibunya.

"Apa? Kamu akan melahirkan dan tak ada siapa-siapa di rumahmu? Di mana ibu mertua dan suamimu?"

"Mas Aditya sedang berada di luar kota, Bu. Nanti dia akan datang, aku sudah menghubunginya dan ibu mertuaku, aku tak tahu dia pergi ke mana. Ia tak membawa ponselnya," ucap Jingga yang terpaksa berbohong akan keberadaan suaminya, walau bagaimanapun Aditya adalah suaminya ia tak ingin citranya semakin buruk di mata keluarganya.

"Ya sudah, bagaimana kondisi perutnya sekarang? Apa rasa sakitnya sejak tadi?" tanya Mita.

"Baru sekitar 30 menit yang lalu, Bu. Ini sakitnya masih ada jarak, sepertinya masih awal-awal pembukaan," jelas Jingga, di mana sejak memasuki usia 9 bulan dokter mulai menerangkan tanda-tanda akan melahirkan, mulai mengenali tanda-tanda pembukaan yang dialami ibu hamil.

"Ya sudah, sekarang kamu jangan banyak bergerak dulu, duduk saja dan tarik nafas untuk mengatur rasa sakitnya, ibu akan segera ke sana," ucap Mita kemudian ia pun langsung meminta sopir untuk mengantarnya ke kediaman putrinya, saat ini ia kebetulan berada tak jauh dari kediaman putrinya, membuat ia hanya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai di sana.

Begitu sampai, ia langsung membawa Jingga ke rumah sakit dan setibanya di rumah sakit, tak membutuhkan waktu lama seorang bayi perempuan pun lahir dari rahim putrinya.

Jingga melakukan kesalahan dengan meninggalkan kedua orang tuanya demi pria yang kini sudah menjadi suaminya. Namun, Mita tak memendam rasa kesal pada putrinya, bagaimanapun dan apapun yang dilakukan oleh putrinya, Jingga tetaplah putri kesayangannya dan kehadiran cucu perempuannya itu merupakan suatu kebahagiaan untuknya.

Tak lama kemudian Gunawan datang.

"Ayah," lirik Jingga begitu sangat bahagia melihat sosok yang sudah sejak lama dirindukannya kini ada di hadapannya.

"Di mana suamimu? Apa dia belum datang?" tanya Gunawan, di mana saat Mita ingin ke Apartemen Jingga, untuk menjemput anaknya itu dan membawanya ke rumah sakit, ia terlebih dahulu meminta izin dari suaminya, membuat Gunawan juga memutuskan untuk datang ke rumah sakit melihat kondisi putrinya.

"Mas, adzankan dulu bayinya. Sepertinya Aditya masih lama di perjalanan," ucap Mita memberikan bayi perempuan itu kegendongan sang suami dan Gunawan pun mengazankan cucunya.

Sementara di tempat lain, Aditya yang sebenarnya tak keluar kota dan berada di kota yang sama sedang asyik memberi kejutan kepada ibunya, di sebuah restoran mewah, ia sengaja mengundang beberapa teman-teman ibunya untuk menghadiri acara tersebut, memberikan hadiah berupa satu stel perhiasan yang harganya sudah pasti mahal. Sedangkan selama ini tak satupun ia membelikan perhiasan pada Jingga, dengan alasan mereka harus berhemat. Bahkan beberapa perhiasan yang dibawa Jingga keluar dari rumahnya, sudah mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih tepatnya kebutuhan Ambar.

Malam hari Jingga mendapat telepon dari suaminya, mengatakan jika ia dan ibunya sudah dekat dengan rumah sakit. Sekitar 15 menit lagi mungkin ia akan sampai.

Jingga mengatakan hal itu kepada ibunya, membuat Mita memutuskan untuk pulang, dimana Gunawan sendiri sudah pulang sejak tadi setelah mengadzankan cucunya.

Tak Bisa Memaafkan

"Ayah, tak bisa kah Ayah memaafkan Jingga? Sekarang kita sudah memiliki cucu, Ayah," ucap Mita mencoba membujuk suaminya untuk memaafkan kesalahan putrinya.

"Tidak, jika dia mau kembali sendiri pada kita barulah ayah akan memaafkannya. Kamu tak tahu betapa malunya ayah pada keluarga Gantara, kita sudah menolak mereka setelah kita menyetujuinya."

Mendengar itu Mita hanya terdiam, ia tahu jika apa yang diperbuat oleh putrinya itu sudah membuat perusahaan mereka menjadi goyah dan hampir saja bangkrut, beruntung keluarga Gantara mau memaafkan kesalahan mereka.

Sementara itu di rumah sakit, Jingga sangat senang saat melihat suami dan juga mertuanya menyambut kelahiran cucunya. Mereka terlihat begitu bahagia dengan anak yang baru saja dilahirkannya.

"Mas, aku haus," ucap Jingga. Namun, suaminya itu sama sekali tak mendengarnya, membuat Jingga mau tak mau mencoba meraih sendiri gelas yang ada di atas nakas. Namun, karena tak hati-hati gelas itu pun terjatuh dan pecah.

"Ya ampun, Jingga. Kamu itu apa-apaan, Sih!Masa seperti itu saja kamu tak bisa mengambilnya!" bentak Ambar.

"Maaf, Bu. Aku tak sengaja, aku sangat haus."

"Kamu kan bisa turun dari tempat tidur dan mengambilnya sendiri, jangan manja. Coba lihat apa yang kamu lakukan, gelasnya menjadi pecah. Siapa yang mau membersihkannya?"

"Biar aku saja Bu, yang membersihkannya," ucap Aditya kemudian memberikan putrinya pada ibunya, ia pun membersihkan pecahan gelas itu dan memberikan air untuk Jingga.

"Jangan membuat Ibu marah, jika hal seperti ini cobalah berpikir cerdas, jangan membuat kesalahan," ucapnya membuat Jingga pun hanya mengangguk kemudian ia hanya meminum seteguk air itu dan menyimpannya kembali. Rasa hausnya tiba-tiba hilang berganti rasa sesak didada.

"Oh ya, Aditya. Coba katakan kepada dokter kapan kita bisa pulang. Aku lihat istri kamu sudah baik-baik saja, jika bisa minta dokter agar kita bisa pulang malam ini juga. Jika menginap pasti biayanya sangat mahal. jika bisa kita pulang saja," ucap Ambar membuat Aditya pun mengangguk dan keluar dari ruangan itu.

Walau dokter memintanya untuk menginap sehari. Namun, tetap saja Aditya meminta untuk pulang, membuat dokter pun mengizinkan mereka pulang. Namun, tetap harus menandatangani beberapa surat karena mereka keluar dengan kemauan mereka sendiri.

"Ya sudah, Dokter. Terima kasih, kami pulang dulu," ucap Ambar sambil menggendong bayinya berjalab keluar, sementara Aditya mendorong Jingga menggunakan kursi roda menuju ke mobil.

Sepanjang perjalanan Jingga hanya terdiam, ia tak percaya dengan apa yang baru dialaminya. Suaminya memaksanya untuk pulang walau dia merasa jika dia masih membutuhkan perawatan di rumah sakit. Namun, sepertinya suaminya itu tak melihat penderitaannya, ia bahkan merasa tak bersalah sedikitpun karena tak menemaninya dalam proses persalinan bayi mereka.

Sesampainya di rumah, Jingga merasa pusing, membuat dia memilih untuk langsung ke kamarnya dan beristirahat, sedangkan ibu mertuanya mengurus bayi mereka begitupun dengan Aditya, karena ia belum memiliki ASI membuat bayinya pun harus meminum susu dari botol.

Selama seminggu bayi itu diurus oleh Ambar, Jingga hanya mengambil bayinya saat akan menyusuinya saja, kemudian ia pun kembali beristirahat.

"Jingga, bagaimana keadaanmu? Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Ambar sambil menggendong cucunya.

"Iya, Bu. Aku sudah baik-baik saja, kok," jawab Jingga yang sedang merapikan tempat tidurnya.

"Kamu sudah bisa mengurus sendiri bayimu 'kan? Ibu sudah seminggu ini tak keluar bertemu dengan teman-teman ibu."

"Iya, Bu. Tentu saja, terima kasih banyak selama seminggu ini Ibu sudah sangat membantu, aku sudah bisa mengurusnya sendiri, kok," jawabnya membuat Ambar memberikan cucunya itu kepada Jingga.

"Ya sudah, ibu pergi dulu."

Jingga pun mengangguk dan menatap sosok cantik yang ada di gendongannya, sosok yang diberi nama Nabila.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!