Serendipity (Kim Taehyung & Hwang Yeji)
Malam semakin larut, tapi Yeji tak berniat untuk singgah dari tempatnya.
Tentang dia—yang membuat pelupuknya mengeluarkan air mata.
Yeji menarik nafas panjang beberapa kali, mencoba untuk menghilangkan perasaannya kepada Yeonjun.
“Kita sampai di sini saja, maaf aku akan menikah dengan orang lain. Terima kasih untuk semuanya.” Yeonjun mematahkan hatinya, tubuh Yeji terasa kaku dibuatnya.
Seakan ia seperti badut hiburan yang kini mendapatkan bayaran, hanya ‘terima kasih’
Masa-masa indah ketika mereka bersama, kini sudah berakhir. Dan, Yeji harus melihat Yeonjun bersama wanita lain, untuk menemani hidupnya.
Itu membuat Yeji menjadi gila, Yeonjun cinta pertamanya sejak masa putih abu, hingga kini cintanya masih utuh. Meskipun berperisai lara.
Yeji tak pernah masalah tentang Yeonjun yang banyak teman wanita, banyak menghabiskan waktu dengan mereka.
“Jadi, selama ini aku apa?” balas Yeji.
Ia tak terima, seakan sedang dipermainkan oleh Yeonjun.
Bagaimanapun juga, hubungan mereka sudah bertahun-tahun.
Perasaannya terluka, dan sayangnya oleh pemilik hatinya sendiri, tak lain Yeonjun.
Yeji tak pernah mengira hal ini akan terjadi, disaat rasa cintanya benar-benar tinggi.
“Ini keinginan orang tuaku, maaf. Mereka menjodohkanku dengan seseorang,” Yeonjun tak kalah sakit.
Namun, matanya tak menampakkan demikian, seperti sedang melepas beban beratnya, dia sangat tenang.
Yeji hampir melihat dua sosok di depannya, Yeonjun yang ia kenal, dan Yeonjun yang asing baginya, lebih egois!
“Tapi, kau bisa menolak bukan! Sedari dulu aku memang tak pernah berarti untukmu! Tapi, aku selalu mencintaimu!” bentak Yeji.
Semakin muak kala melihat wajah Yeonjun yang berseri-seri, membuat hatinya merontah-rontah. Ingin memeluknya untuk yang terakhir.
“Tolong ... mengertilah! Aku tidak bisa apa-apa, semua sudah terjadi dan aku harus menikah!” suara Yeonjun meninggi.
Kepada Yeji yang menolak kenyataan, Yeonjun berangsur pergi meninggalkan Yeji.
Membiarkannya terpuruk sendirian.
Bahkan tangisannya, tak dihiraukan.
“Kau pecundang! Keparat yang tidak bisa berbuat apa-apa!” teriak Yeji murka.
Memaki Yeonjun yang meninggalkannya.
Tangisannya semakin keras, kepalanya juga terasa mulai pusing.
Namun, tetap tak dihiraukan oleh Yeonjun.
“Tidak ... aku harus melakukan ini, setidaknya demi warisan kakek.” lirih Yeonjun.
Kemudian masuk ke dalam mobilnya, ia berusaha sekuat tenaga tak mendengarkan tangisan Yeji.
Karena itu membuatnya tak tahan untuk berlari memeluknya dan mengatakan “Semuanya baik-baik saja, aku di sini, bersamamu.” Yeonjun memang di sini, tapi untuk mengakhiri hubungannya dengan Yeji.
Kali ini, semuanya baik-baik saja, dengan pasangan baru, hubungan baru.
Yeonjun berusaha menancapkannya di pikiran dan hatinya, meskipun berat.
Kepingan Yeji masih berantakan di sana, dia tidak bisa mencintai orang lain dengan keadaan itu.
Yeji duduk di meja bartender, menatap minuman yang tersusun rapi malam ini.
Ternyata, seperti ini suasana klub malam yang sebagian orang pikir tidak layak dikunjungi.
Tempat malam yang memberikan kehangatan.
Yeji berbalik menatap para pengunjung yang berdansa, mungkinkah ia harus ikut? Melepas semua penatnya dan bersenang-senang, seakan semuanya baik-baik saja.
Dalam tengah kerumunan ia samar melihat sosok Yeonjun yang memanggilnya untuk mendekat. Tidak! Itu hanya halusinasinya saja.
Yeji terlalu banyak minum.
Bibirnya tersenyum paksa, namun pelupuk masih sangat basah.
Besok adalah hari pertunangan Yeonjun, dan Yeji harus hadir? Ia tak rela.
“Bajingan! Aku membencimu! Sangat membencimu! Kau pikir, aku mainanmu?” makinya.
Seseorang menarik Yeji untuk ikut menari, Yeji tak menolak dan malah mengikuti irama musik yang bergema hampir menusuk telinga.
Saat ia sedang menari lepas, ia tak sengaja menabrak seorang pria dengan keras. Membuat keduanya jatuh, Yeji berusaha memusatkan pandangannya ke pria di bawahnya.
‘Tampan’ satu kata dalam pikiran Yeji kala meraba wajah pria itu.
“Umhh ... kau sangat tampan!” lirihnya beralih meraba dada pria itu.
Tangannya merasa nyaman, benar-benar nyaman. Yeji tak ingin beralih dari posisinya saat ini.
“Oh, ayolah ****** kecil. Apa yang kau lakukan?” bisik pria itu.
Ia menyingkirkan tubuh Yeji dan berdiri meninggalkannya.
“Aku bukan ******! Aku hanya ... terlalu mencintaimu, Yeonjun!” teriak Yeji.
Menunjuk kepada sosok yang semakin menjauh.
Pria itu berbalik dan tersenyum, dia pertama kali minum? Kemudian, masuk ke kamar klub.
Yeji yang tak terima mengikuti, ia berada di depan kamar pria itu.
Lebih parahnya lagi, dia menganggap itu adalah Yeonjun. Yang berniat untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka. Satu ketukan pintu, pria itu membuka dan Yeji langsung memeluknya. Sangat antusias, seakan bertemu kembali dengan Yeonjun.
“Hey, apa kau berubah pikiran? Aku tahu, kita sama-sama mencintai,” Yeji menatap matanya.
Mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu.
“Kau masih gadis? Apa yang kau lakukan?” tanya pria itu.
Mencoba melepaskan pelukan Yeji, namun Yeji malah menangis. Dan semakin memeluknya dengan erat.
“Yeonjun? Yeonjunie ... kenapa kau seperti itu ....” sembari berisak.
Pria itu tak mengerti, tapi yang pasti nama Yeonjun tak asing baginya.
Tapi, ia tak mau ambil pusing. Lagipula, beban pikirannya sudah penuh. Banyak yang harus diurus dan diselesaikan, terutama kepada pemilik nama Yeonjun.
Pintu kamar tertutup, pria itu membaringkan Yeji di ranjang.
Namun, Yeji tak mau melepaskan pelukannya, membiarkan pria itu berdengus kesal berkali-kali. Yeji tak tahu siapa yang sedang ia peluk.
Ke esokan paginya, Yeji terbangun melihat ada pria yang tidur di sebelahnya membuatnya panik.
Yeji bergegas turun dari ranjang, tanpa melihat bajunya terlebih dahulu.
“Apa yang dia lakukan, astaga?” Yeji ingin berteriak, tapi ia lebih dulu lari keluar kamar.
Meninggalkan pria yang masih tertidur itu.
Yeji keluar dari klub, menaiki taksi dan pulang ke rumah.
Ia masih belum sepenuhnya sadar, sesampainya di rumah ia langsung mandi.
Membersihkan tubuh yang ia pikir ****** saat ini.
Malam itu, entah bagaimana ekspresinya menikmati hal yang bahkan tidak pernah dicobanya.
“Kenapa aku sangat bodoh? Akh ... Yeonjun membuatku gila!” batinnya.
Yeji putus asa, air mengalir dari atas kepalanya. Ia terlalu cepat beranggapan bahwa ia sudah dilecehkan.
Pikirannya penuh!
“Yeonjun bertunangan nanti malam ... akhhh!” desisnya.
Yeji menangis, dalam aliran air, ia memukul dinding kamar mandi.
Tangannya sedikit memar, Yeji perlahan merasakan sakit. Namun, tak sebanding dengan deritanya saat ini.
“Kau mencampahkanku,” lirih Yeji, “aku akan membalasmu, Yeonjun!”
Jika ini benar sebuah permainan, maka Yeji akan bermain dengan sungguh-sungguh, menjadi seorang pemenang.
Dia tidak akan kalah dan tidak akan pernah menerima kekalahan.
Ia harus menunjukkan kepada Yeonjun jika pria itu tak lebih dari satu lembar di antara tumpukan buku.
Yang sayangnya, lembaran itu harus usang sekarang juga.
Yeji beranjak keluar, membuka lemarinya dan memilih gaun yang akan ia pakai nanti malam.
Tentunya, dengan beberapa kejutan bagi Yeonjun. Pria itu harus diajari tentang perubahan.
Ini Yeji, dalam versi baru yang akan membuatnya menyesal telah pergi meninggalkannya. Menuruti keinginan orang tuanya, yang bahkan tak pernah menganggapnya.
Yeji masih ingat dengan jelas, Yeonjun pernah menangis, karena orang tuanya.
Malam harinya, saat senja sudah berakhir, sangat indah walau hanya sementara.
Senja mengajarkan tentang perpisahan yang indah, dan Yeji menyukainya.
Ia akan menunjukkan kepada Yeonjun bahwa perpisahan mereka jauh lebih indah daripada senja, dan mereka pantas untuk mengabadikannya.
Yeji menuju ke lokasi pertunangan, di sebuah gedung yang megah, dilengkapi dekorasi yang semakin membuatnya menawan.
Yeji penasaran, siapa calon Yeonjun yang sudah menggantikan posisinya.
Para tamu mulai berdatangan, Yeji masuk dan duduk di meja tamu memandangi sekeliling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Tetik Saputri
semangat kak
2023-06-10
0