Part (5)

Karna memang hatinya sudah tertutup—tak ingin merasakan luka yang sama, meskipun dengan orang yang berbeda.

“Silahkan, jika dia menikah atau bertunangan mendahuluiku, aku akan menerimanya untuk menginap di rumahku satu bulan!” jawab Taehyung.

Tak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia sangat kecewa kala itu. Dunia terlalu mengusik hidupnya yang sudah indah.

Meskipun ia menikah terlebih dulu, tapi Yeonjun mendahuluinya dalam pertunangan.

Taehyung harus menegakkan ucapannya, menjadi pria sejati.

Yeonjun dan Jisu akan menginap mulai hari ini, dan Taehyung sudah bersiap.

Ia menyiapkan dua kamar untuk mereka berdua.

“Tapi, aku tidak sanggup melihat mereka bersama? Tidak!” tegas Yeji.

Pasalnya, ia masih sangat sakit.

Hatinya belum sembuh dan harus bertemu dengan musuhnya dalam satu rumah?

“Saya tidak punya pilihan lain.”

Taehyung mengerti jika Yeji tak bisa menerima semua ini.

Mungkin sangat berat baginya, tapi Yeji harus bisa menjalaninya.

“Hanya satu bulan, dan mereka akan pergi.” lanjutnya.

Yeji mengangguk, tak punya pilihan. Ini kediaman Taehyung, siapa dia bisa memerintah?

Mereka berdua menuju ruang tamu, Yeonjun dan Jisu sudah ada di sana.

Yeji sangat panas, tiba-tiba ia ingin kembali mandi.

Jisu menggenggam tangan Yeonjun, menunjukkan mereka sudah bertunangan, dan akan melangsungkan pernikahan.

Setidaknya Yeonjun mendapatkan satu perusahaan dari mertuanya kelak.

“Kau sudah datang, pagi sekali.” sapa Taehyung.

Duduk bersama Yeji di sofa sebelah Yeonjun dan Jisu.

Yeji bersikap tenang di depan Yeonjun dan Jisu.

Kim Taehyung! Jisu tahu sekarang.

Rekan bisnis yang membesarkan perusahaan keluarganya.

Bagaimana mungkin Yeji bisa menikahinya?

Ini akan sangat berbahaya jika Yeji menghasut Taehyung untuk menghancurkan keluarganya.

“Mereka menyuruhku cepat-cepat datang,” jawab Yeonjun.

Ia dan Taehyung sama-sama tahu siapa yang sedang mereka bahas.

“Di usia yang sudah tua, mereka masih tidak berubah.” Taehyung mengumpat.

Ia bisa dengan jelas memperhatikan bahwa pusat mata Yeonjun ada pada Yeji di sebelahnya.

“Makan saja dulu, saya akan menyusul.” Taehyung menatap Yeji.

Berpikir gadis itu lapar sekarang, karna wajahnya tertunduk lesuh. Mungkin masih mengantuk.

“Tidak ... kita makan bersama saja,”

Yeji memiringkan wajahnya, mengangkat bibirnya untuk tersenyum.

Yeonjun cemburu, sejak kapan Yeji menjadi seperti ini?

Saat bersamanya, ia malah melihat Yeji yang dewasa.

Dewasa menghadapi sikapnya, Yeonjun berpikir mungkin Yeji sudah melupakannya dan memberikan hatinya kepada Taehyung.

“Baiklah, mari ke meja makan.” ajak Taehyung.

Juga mengajak Yeonjun dan Jisu untuk bergabung. Menyaksikan romantisnya ia dan Yeji.

Yeji terus menggandeng tangan Taehyung, seakan lemas ketika melepaskannya.

Taehyung sangat ingin menggendongnya, tidak itu terlalu berlebihan.

“Aku bosan,” rengeknya.

Mereka sampai di meja makan, Yeji duduk di sebelah Taehyung, di hadapannya adalah Yeonjun.

Pelayan menyiapkan makanan, mereka menyantapnya dengan tenang.

Yeonjun, memperhatikan piring Yeji. Ia tak makan dengan benar.

Mungkin selera makan Yeji berkurang kala menyantap hidangan yang disediakan.

“Pelayan, apa ada roti bakar?” minta Yeonjun.

Pelayan berjalan menuju dapur dan segera menyiapkannya.

Untuk siapa roti bakar itu?

“Apa kau masih lapar?” tanya Taehyung heran.

Setahunya, Yeonjun bisa makan dengan lahap hanya ketika sedang bersedih.

“Tidak bukan aku, seseorang menyukainya.” Yeonjun menatap ke arah Yeji.

Ia sangat paham dengan jelas. Yeji suka makan disaat bosan, karna itu membuatnya memiliki kegiatan. Roti bakar, Yeji menyukainya.

“Yeji? Tadi dia meminta nasi goreng, itu sebabnya sarapan pagi ini nasi goreng.” jelas Taehyung.

Membuat Yeji mencubit kakinya, tak sakit seperti di gigit semut.

Tapi, Yeji berhasil merasakan jarinya memelintir kaki Taehyung.

“Ah itu, aku yang suka.” sergah Jisu.

Menampik rasa malu Yeonjun, bagaimana mungkin, perkiraannya salah?

Yeji sudah berubah sekarang, dan Yeonjun baru menyadarinya.

Yeji hanya diam, Taehyung sangat pintar mengendalikan suasana.

Bahkan semua berjalan sangat lancar, Yeonjun yang kecewa membiarkan Jisu memakan roti bakar.

Padahal, Jisu tak terlalu menyukainya.

“Apa hari ini pergi bekerja?” tanya Yeji.

“Sepertinya tidak, meeting hari ini ditunda.”

Yeji tersenyum, seakan menyiratkan sesuatu.

Membuat Taehyung mendekatkan wajahnya ke arah Yeji.

“Memangnya kenapa, hm?” sambung Taehyung.

Tak dapat dipungkiri, wajah Yeji membuatnya candu. Pipi itu, ia sangat ingin mencubitnya hingga memerah.

“Tentu saja, apa lagi.” bisik Yeji.

Jelas bagi Yeonjun, mungkinkah mereka sudah melakukannya? Ah, Yeonjun sangat malas.

“Haha, baby girl.”

Jisu menatap Yeji kesal, dua orang memperhatikannya. Sedangkan ia, diabaikan.

Ia juga kesal kepada Yeonjun, karna masih saja mencintai Yeji.

“Kau menyebalkan,” Jisu mempelototi Yeji.

Dalam hatinya ia mengumpat, mengapa semua yang ia inginkan dimiliki Yeji?

Jisu masuk ke kamar Yeji—kamar Taehyung.

Meskipun kedatangannya mengganggu waktu mereka berdua.

Dikarnakan Yeonjun berada di sini, mereka harus selalu bersama, menghilangkan fakta bahwa mereka menikah tanpa cinta.

Tapi, mereka berdua nyaman satu sama lain, saat-saat yang tak pernah dibayangkan oleh Yeji sebelumnya.

“Maaf, apa kau mau ikut bersamaku ke mall? Aku harus membeli beberapa kebutuhan pesta nanti malam.” ucap Jisu.

Menghadap ke arah Yeji, meskipun Taehyung berada di depannya.

Sebenarnya, Jisu merasa sangat takut ketika dekat dengan Taehyung.

“Boleh saja, aku juga sudah lama tidak berbelanja.” jawab Yeji.

Berjalan menghampiri Jisu yang dengan beraninya masuk ke kamarnya.

Beruntung Taehyung tak sedang emosi atau gadis itu akan langsung dicecarnya.

“Tapi, setidaknya ketuk pintu terlebih dahulu. Tuan besar tidak suka jika privasinya di ganggu.” Yeji membahas Taehyung.

Membuat Jisu tersenyum paksa, memang ini adalah kesalahannya.

Sebenarnya Jisu menguping dari luar kamar Taehyung, tapi tak bisa mendengar dengan jelas.

“Aku harus pergi ... selamat tinggal.”

Yeji melambai kepada Taehyung, sesaat setelah Taehyung memberikan kartu atmnya.

Yeji mengambil tasnya, berjalan bersama Jisu keluar.

Mereka bertemu dengan Yeonjun yang berada di halaman depan.

Jisu menghampirinya, berniat—memaksa Yeonjun untuk ikut bersamanya, membalas Yeji.

“Kenapa dia mengajakku jika dia mengajak Yeonjun?” lirih Yeji.

Tak habis pikir dengan kelakuan Jisu. Sejak terakhir kali bertemu, Jisu sudah sangat berubah.

Yeji sudah bisa tahu ke mana arah tujuan Jisu yang sebenarnya.

Ia juga tak akan menyerah begitu saja, Jisu pikir ia bisa menggantikan posisi Yeji.

Yeji yang merupakan segalanya bagi Yeonjun.

Ia memberitahu Taehyung semuanya, lewat aplikasi chatting.

“Oh ayolah, kalian lama sekali.” panggil Yeji.

Ia sudah berada di dalam mobil.

Memperhatikan Jisu yang terus memaksa Yeonjun.

“Kau bisa pergi duluan!” teriak Jisu.

Mobil yang dinaiki Yeji menjauh, meninggalkan Jisu dan Yeonjun yang masih berdebat.

“Kenapa aku harus ikut? Kau mau memanaskan keadaan?” tanya Yeonjun geram.

Menghentakkan tangannya berkali-kali agar Jisu melepaskan pegangannya.

“Aku ingin membeli baju untuk nanti malam, tapi jika kau tidak ikut ... bagaimana aku bisa menemukan ukuranmu?” Jisu tak berhenti.

Sembari sedikit merengek ia terus memaksa Yeonjun.

Membuat Yeonjun sangat kesal.

“Kau harus ingat perjanjian kita!” bentak Yeonjun.

Baginya, Jisu sangat berlebihan. Mungkin saja ia sudah melupakan tujuan mereka memiliki hubungan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!