Suasana yang terjadi semalam meninggalkan beribu tanda tanya di benak Natha dan suster Lya. Jika Natha takut bilamana Audri tahu ia berselingkuh maka suster Lya justru senang kalau benar seperti itu. Dengan begitu ia bisa membuat Audri pelan-pelan menyingkir. Ia teringat ucapan Audri semalam yang tentu saja bagaikan jackpot baginya.
Flash back on ....
Suster Lya juga tidak mau kalah, ia juga sama panasnya dengan Audri sehingga ia turut dalam percakapan tersebut. Ia juga ingin melihat seperti apa respon Natha padanya.
"Kalian memang pasangan yang serasi nona. Wah jika seperti itu, para pelakor tentu akan takut berhadapan dengan anda," ujar suster Lya.
"Tentu saja, aku akan membasmi para pelakor dan mereka akan berakhir tragis di tanganku. Tidak percaya, maka cobalah," ucap Audri.
Natha saja sudah kelimpungan menghadapi masalah pekerjaannya akibat ulah orang itu. Bagaimana dengan dirimu.
Suster Lya menganggukkan kepalanya sedangkan Natha mulai was-was ketika kedua wanita dalam hidupnya ini saling berbicara.
"Lalu bagaimana jika kekasihmu yang berselingkuh? Apa yang akan kau lakukan?" tanya suster Lya dengan pandangan tertuju pada Natha.
Natha melotot juga kesulitan menelan salivanya begitu mendengar pertanyaan suster Lya. Tapi sebenarnya dalam hati ia juga penasaran dengan jawaban Audri. Harap-harap cemas Natha dan suster Lya menanti jawabannya.
Audri menatap Natha dengan senyuman kecut kemudian membelai pipinya dengan lembut, "Jika Natha berselingkuh maka biar saja." Jawaban yang benar-benar tidak pernah Natha prediksi.
Suster Lya tercengang, tidak terima dengan jawaban Audri. Yang ia ingin dengar itu adalah jawaban yang dimana Audri mengatakan jika ia akan meninggalkan Natha, bukan dibiarkan saja.
"Wah anda sangat murah hati," ucap suster Lya dengan senyuman yang dipaksakan.
Audri terkekeh kemudian ia memeluk Natha dari samping, "Biarkan saja dia berselingkuh, aku tidak peduli. Paling juga aku hanya akan memenggal kepalanya dan mengambil nyawanya. Bukan begitu Nath? Kau 'kan pernah mengatakan itu padaku, jika kau berselingkuh maka kau siap dipenggal dan kau menjanjikannya dengan jiwamu," pungkas Audri, ia menaikturunkan kedua alisnya.
Natha terbelalak, ucapan Audri membuatnya teringat kembali akan mimpi buruknya. Ia sempat gemetar hanya karena jawaban Audri yang terdengar lucu tetapi tidak baginya.
Begitupun dengan suster Lya, ia kaget bukan main dengan jawaban Audri, lebih parah dari yang ia duga.
"Ya ampun tuan Natha, anda harus bersiap dipenggal kalau sampai berkhianat. Nona Audri anda begitu kejam," kelakar suster Lya padahal ia juga was-was dalam hati.
Tapi nggak mungkin juga. Mana berani Audri melakukan itu. Dia hanya wanita lemah!
Suster Lya mencibir dalam hati, ia kembali bersikap santai karena tidak ada yang perlu ditakutkan dari sosok Audri ini.
Audri tertawa renyah, berbeda dengan Natha yang dilanda keresahan. Ia tahu Audri tidak mungkin melakukannya tetapi jika hari itu tiba dimana Audri akan mengetahui segalanya, jelas mereka tidak mungkin akan baik-baik saja dan ia yakin tidak mungkin Audri membiarkan begitu saja.
Wajah Audri yang tadinya begitu senang kini berubah menjadi datar. Hal tersebut tak luput dari pandangan mata Natha dan suster Lya. Kembali mereka dibuat menerka-nerka apa yang ada dipikiran Audri.
"Nath, jika suatu saat nanti kau berselingkuh aku tidak akan melakukan itu karena itu adalah perbuatan kriminal," ucap Audri sambil tersenyum manis pada Natha. Natha yang ditatap dengan sehangat itu pun turut menerbitkan senyum. Sedangkan suster Lya yang melihatnya justru menjadi cemberut.
Natha memeluk Audri erat, pelukan yang terasa seperti hendak berpisah. Audri ingin menitikkan air matanya tetapi ia sebisa mungkin menahannya.
"Nath, jika kau melakukannya maka aku akan membiarkannya. Aku tidak akan menyuruhmu meninggalkannya tetapi kau harus ingat, akulah yang akan meninggalkanmu. Tidak percaya, maka mari kita buktikan. Kau tidak akan mudah untuk menemukanku lagi jika hal itu sampai terjadi," ucap Audri dengan suara lirih, ada setetes air mata yang jatuh namun dengan cepat ia menghapusnya.
.
.
Satu Minggu sudah Audriana menjalani perawatan dan akhirnya hari ini Natha mau juga berangkat ke kantor. Audriana sudah gelisah karena Natha berhubungan dengan Adrian Dameer dan pria itu mulai menghancurkan bisnis Natha. Audri khawatir, tidak menutup kemungkinan pria itu akan membuat Natha hancur bahkan meratakan semua perusahaan dan bisnis Natha dengan kekuasaan dan kelicikannya.
Setelah sarapan dan melakukan terapi berjalan, Audri meminta suster untuk mengantarnya ke taman. Ia ingin duduk sendirian sambil menikmati udara serta matahari yang perlahan mulai naik dan sinarnya begitu terik.
Audri diam saja sambil melihat-lihat tanaman di taman itu. Ia merindukan toko bunganya yang entah seperti apa saat ini karena ia sudah meninggalkannya selama setahun. Natha pernah mengatakan jika toko itu masih dirawat dan ia yang meminta seseorang untuk tetap menjaganya.
Tanpa suara, tetapi air mata itu membasahi pipi mulusnya. Punggungnya bergerak naik turun sehingga seseorang dibelakangnya tahu jika wanita ini sedang menangis dalam diam. Ia mendekat dan menyodorkan sapu tangannya pada Audri.
Audri terkejut dengan kehadiran orang tersebut. Ia ingin menolak tetapi perasaannya mengatakan jika ia mengenal pria ini tapi entah dimana. Ia juga merasa pria ini pernah menolongnya tetapi dalam hal apa ia pun tidak tahu.
"Menangislah jika itu membuatmu senang. Bukankah menahannya akan semakin membuatmu sakit?" ucap pria tersebut.
Audri tersenyum kaku, ia hanya bisa menatap pria tampan dengan kulit putih ini tanpa berkedip. Bukan karena terpesona, ia hanya sedang mengingat dimana ia pernah bertemu dengan pria asing tapi seperti tidak asing baginya.
"Jangan menatapku terus, bukankah kau ingin menyambung tangismu?" cibirnya yang membuat Audri kesal.
"Aku bukan perempuan cengeng ya. Aku Audriana bukan perempuan lemah!" tandasnya.
Pria itu mengangguk, ia membalas tatapan Audri yang mana membuat Audri kikuk. "Aku memperhatikanmu sedari tadi dan melihatmu menangis. Menangis bukan berarti kau menjadi cengeng dan lemah. Kau hanya bingung bagaimana cara menunjukkan rasa sakitmu. Tidak perlu malu ketika kau meneteskan air mata, tidak ada seorang pun yang bisa mengerti sedalam apa rasa sakit seseorang. Hanya kau dan Tuhan yang tahu, tidak usah pedulikan perkataan orang lain," ucapnya tanpa menatap Audriana lagi.
Mendengar ucapannya sontak langsung membuat Audri kembali menangis bahkan kini ia tidak ragu lagi mengeluarkan suara tangisnya. Ia memang sudah memendamnya sejak beberapa hari ini dan kini akhirnya ia bebas mengeluarkannya tanpa perlu takut akan dicemooh atau menimbulkan kecurigaan seseorang.
Pria itu mengusap bahu Audriana, ia tidak ingin lancang tetapi ia pun larut dalam kesedihan wanita ini. Ia tahu seperti apa perasaan Audriana saat ini namun ia tidak tahu seperti apa sakitnya di dalam sana. Ia hanya bisa memberikan nasihat yang entah Audriana dengarkan atau tidak.
"Hidup memang tidak selamanya tentang kebahagiaan, terkadang kita perlu jatuh dan sakit sampai akhirnya kita tahu siapa yang pantas berdampingan dengan kita. Kemarin mungkin kau lupa dan kau mengira bahagiamu berada di jalan yang kau pilih. Tapi ketika hari ini tiba dan semua yang kau anggap kebahagiaan itu justru berbalik menyerangmu, apa yang hendak kau lakukan? Bertahan atau pulang?"
Merasa sedikit kurang paham dengan ucapan pria ini, Audri berbalik menatapnya namun terlebih dahulu ia mengusap air matanya. Wajah cantik dan mata indah itu membuat pria yang ada di sampingnya ini sedikit gugup saat kedua netra mereka tak sengaja bertatapan.
"Maksudmu apa?" tanya Audri.
Pria itu tersenyum kemudian ia berdiri, "Kau akan paham sendiri. Aku tidak bisa berlama-lama disini karena masih memiliki pekerjaan. Jaga dirimu dan jadilah wanita yang kuat dan tegar seperti batu karang di lautan," ucapnya, tangannya mengusap kepala Audri.
"Oh ya, jangan lupa jika kau masih memiliki rumah. Pulanglah karena Adrian Dameer selalu menunggumu kembali. Percayalah dia sangat menyayangimu lebih dari yang kau tahu."
Audri tersentak mendengar ucapan pria tersebut. Matanya memanas karena pasukan air mata itu kembali memberontak ingin keluar. Buru-buru Audri menyadarkan dirinya hendak bertanya tetapi pria itu justru sudah hilang dari pandangannya.
"Dia tahu? Dia pasti bukan orang yang kebetulan datang padaku tadi. Dia pasti tahu siapa aku," ucap Audriana dan kali ini suaranya terdengar begitu tegas serta sorot matanya begitu tajam menusuk.
"Pulang ya? Tapi aku belum selesai dengan urusanku disini. Baiklah, aku akan pulang setelah semuanya selesai dan kakak, kau bersiaplah karena setelah ini adik nakalmu ini akan segera merepotkanmu lagi. Ahh ... ternyata aku merindukan pria jahat itu juga," gumam Audriana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Arin
makin seru....ternyt sy nemu novel yg critny menrik,mksh thor🙏😍
2023-10-05
0