"Bagaimana kondisi Audri, Dok?"
Natha saat ini sedang berada di ruangan dokter yang menangani Audriana. Tadi ia dipanggil untuk mendengarkan penjelasan tentang kondisi Audriana. Walaupun berat hati ia meninggalkan kekasihnya itu, ia tetap pergi karena tidak ingin ketinggalan berita satupun tentang kesehatannya.
"Sejauh ini semuanya baik-baik saja. Sebenarnya nona Audriana sudah sadar dari semalam."
Degg ...
Dari semalam? Apa semalam Audri melihat semuanya? Oh ya ampun jangan sampai!
Natha menjadi tidak fokus mendengar dokter menjelaskan jika Audriana akan membutuhkan terapi agar bisa membantu dirinya kembali berjalan dengan normal karena selama setahun otot di tubuhnya menjadi kaku. Mungkin akan membutuhkan waktu satu atau dua Minggu pasca pemulihan.
Panjang lebar dokter menjelaskan namun Natha masih memikirkan risiko jika Audri-nya sampai tahu kalau ia sudah bermain api. Ia belum siap kehilangan dan belum siap berakhir dengan putusnya hubungan mereka.
"Tuan, apa anda mendengar saya?"
Dokter yang sedari tadi menjelaskan merasa heran karena Natha tidak meresponnya sehingga ia bertanya dan benar ternyata orang di depannya ini tengah melamun.
"Saya mendengarkan dok, saya hanya memikirkannya saja karena sudah cukup lama saya tinggalkan," kilah Natha.
Dokter tersebut menggeleng sambil tersenyum tipis walaupun ia tahu itu bukan jawaban yang sebenarnya. Sebagai seorang dokter, sedikit banyak ia bisa membaca ekspresi seseorang namun ia bukan seseorang yang pantas mencampuri urusan orang lain.
Lebih lanjut dokter menjelaskan lagi dan kali ini Natha mendengarkan dengan saksama karena ia harus fokus pada kesembuhan Audri.
Dari penjelasan dokter Natha mengambil kesimpulan jika Audri bisa cepat sembuh dan ia akan mengajaknya untuk kembali menikah. Ia juga akan memberitahukan pada kedua orang tuanya tentang kabar baik ini. Natha pun berpamitan keluar untuk segera menemui Audri.
"Sudah makan sayang?" tanya Natha setelah mengecup lembut dahi Audri.
Audri hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia sebenarnya sudah bisa berbicara dengan lancar, tetapi entah mengapa ia malas berbicara dengan Natha padahal ia begitu merindukan Natha dan juga ada banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan namun hanya bisa ia pendam dalam hati.
Audri hanya belum siap untuk mendengar sesuatu yang menyakitkan. Ia kembali teringat di alam bawah sadarnya sebelum ia membuka mata, seseorang mengatakan padanya agar ia kembali pulang ke tempat yang seharusnya karena ia dikelilingi oleh orang-orang yang siap menyakitinya kapanpun itu.
"Aku suap ya sayang," ucap Natha dengan lembut.
Audri tidak menolak. Ia membiarkan Natha mengurusnya, ia merindukan sosok ini yang saat ini dihatinya terasa lain. Natha kekasihnya–calon suami–belahan jiwanya ini begitu tulus menatapnya. Audri hampir saja hanyut dalam tatapan itu jika saja ia tidak tersedak.
"Maaf sayang, ayo minum dulu."
Perlakuan lembut Natha masih sama tetapi tetap saja Audri merasa ada yang mengganjal di hatinya. Ingin menepis tapi ia perasaan ini semakin lama semakin membuatnya merasa sesak.
Dia masih Natha-ku dan mengapa aku terus mencurigainya?
Setelah menghabiskan makanannya, Natha meminta Audri untuk berbaring tetapi Audri menolak. Ia begitu lelah selama setahun berbaring dan Natha memintanya untuk berbaring lagi, Audri tentu menolak.
Tapi kali ini Natha semakin yakin ada yang lain di hati Audriana. Kekasihnya itu tidak mau mengeluarkan suara indahnya yang sempat ia tanyakan pada dokter tadi.
"Apakah ada kendala pada pita suara Audri, Dok?"
"Tidak sama sekali. Bahkan tadi dia masih bercakap-cakap dan menjawab semua yang saya tanyakan dengan jelas."
Natha yakin betul ada yang salah disini. Pikiran-pikiran buruknya terus menghantui. Audri menatapnya tajam tanpa suara, ia dibuat keki sekaligus ketakutan.
Kenapa rasa takut ini baru datang sekarang? Kenapa kemarin sebelum bermain api aku tidak memikirkan ini?
Natha hanya bisa mengeluh dalam hati dan mencari cara agar Audri tidak meninggalkannya jika tahu nanti tentang kelakuannya.
"Sayang apa kau butuh sesuatu? Katakan padaku jika kau menginginkannya," ucap Natha memancing Audri untuk bicara padanya namun yang ia dapat hanyalah gelengan kepala saja.
Natha putus asa. Diamnya Audri menandakan wanitanya ini memendam sesuatu yang sulit ia utarakan dan biasanya mengandung beban berat. Natha sudah lama mengenal Audri jadi ia tahu betul bagaimana sifat dan sikap kekasihnya ini.
Hingga malam menjelang Natha sama sekali tidak meninggalkan ruangan itu. Ia menidurkan Audri di sore hari dan ketika pukul tujuh Audri bangun dan Natha kembali mencoba untuk mengajaknya berbicara tetapi tetap saja yang terjadi hanyalah percakapan satu arah.
Natha frustrasi.
Suara pintu yang terbuka mengalihkan atensi mereka dan dari balik pintu muncul suster Lya yang terlihat lebih cantik dari biasanya bahkan Natha sampai pangling dibuatnya. Ia tersenyum lalu mendekat pada Audri dan Natha.
"Bagaimana keadaan anda nona Audriana?" tanya suster Lya dengan ramah. Matanya beralih pada Natha dan melempar senyum menggoda.
Natha langsung gugup ketika dihadapkan dua orang yang memiliki tempat di hidupnya ini. Yang satu cintanya dan yang satu lagi cinta setelah cintanya. Natha canggung sekaligus gemetar.
Audriana hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan senyuman. Ia kemudian mengambil tangan Natha dan menggenggamnya. Menatap Natha dengan begitu lembut dan Natha yang terbuai oleh tatapan Audri yang dulu selalu membuatnya hanyut dalam cinta, langsung mengecup mesra punggung tangan Audri berkali-kali. Ia membelai rambut Audri penuh kelembutan dan siapapun yang melihatnya pasti langsung tahu jika pria ini begitu menyayangi wanitanya.
Ada hati yang memanas karena melihat kemesraan di hadapannya. Tangannya terkepal kuat dan ingin rasanya ia menarik Natha menjauh dari Audri lalu berteriak memberitahu kepada semuanya jika dirinya pun adalah kekasih seorang Natha Clay.
Sabar Fidelya, kalau kau melakukan hal itu yang ada Natha akan membencimu dan membuangmu. Bukankah dia sudah mengatakan jika hubungan ini jangan dulu sampai ke telinga Audri. Ya, aku harus bersabar demi memenangkan Natha.
Suster Lya melihat cairan infus Audriana yang sudah hampir habis bergegas keluar untuk mengambilkan yang baru. Tak lupa ia menyuntikkan obat penenang dalam dosis rendah agar Audri bisa tidur nyenyak malam ini.
"Tidurlah karena malam ini pangeranmu itu akan jadi milikku. Aku tidak sudi berbagi walaupun aku tahu dia itu milikmu dan kamu yang pertama. Tapi disini aku yang ada untuknya saat kau sibuk dengan petualangan alam bawah sadarmu. Sadar tidak kalau kau yang sudah membuat semuanya jadi seperti ini. Kau yang membuat aku bertemu dengan Natha. Jadi jangan salahkan aku kalau aku jatuh cinta dan ingin merebutnya darimu," tekadnya.
Dengan langkah congkak suster Lya memasuki kamar rawat Audriana. Matanya sakit dan hatinya memanas melihat Natha yang tengah membelai lembut sambil menyanyikan lagu cinta untuk Audriana yang kini tengah berbaring sambil menatap lembut pada Natha.
Ternyata Natha begitu romantis. Ya ampun bahkan suaranya sangat merdu dan aku pun hanyut dalam nyanyiannya. Ah andaikan aku yang sedang berbaring di posisi Audriana. Sial! Aku juga mau dinyanyikan seperti itu Audriana. Kau matilah saja sana!
"Maaf ya, saya ganti dulu cairan infusnya," ucap suster Lya menyela kegiatan keduanya.
Natha dan Audri mengangguk. Setelah itu suster Lya tidak langsung keluar karena ia menunggu reaksi obat yang sudah ia masukkan ke dalam cairan infus.
Beberapa menit berselang, akhirnya Audriana tertidur dan dengan cepat suster Lya menarik Natha.
"Kita lanjutkan yang tadi siang, sayang!" ajak suster Lya.
Natha terbelalak. Ia tidak mau melakukannya lagi apalagi Audriana sudah bersamanya.
"Aku tidak bisa!" sentak Natha.
Suster Lya tidak kehabisan cara untuk merayu Natha. Ia mengatakan kepada Natha jika Audriana tidak akan tahu karena ia sudah memberikan obat penenang padanya.
Natha menyeringai, "Kau yang memintanya maka bersiaplah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Arin
dasr si jalang
2023-10-05
0