Tiga hari berlalu begitu cepat dan pelan-pelan Audri sudah mulai membalas perkataan Natha. Hal itu membuat Natha kembali berpikir positif jika Audri tidak mencurigainya dan mimpi buruknya hanyalah bunga tidur belaka. Selama tiga hari pula Natha tidak mau meninggalkan Audriana padahal pekerjaannya sedang banyak dan masalah silih berganti datang menghantam perusahaannya.
Kedua orang tuanya marah besar tetapi dengan tegas Natha mengatakan jika bangunnya Audriana ini adalah lembaran baru baginya dan ia akan bersiap menghadapi segala tantangan asal Audri berdiri bersamanya.
Natha bukan membiarkan masalahnya membelenggu tetapi ia tetap berusaha menyelesaikannya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Natha masih memiliki orang-orang yang siap membantunya. Ia bekerja dan memantau segalanya dari rumah sakit.
"Nath ... mengapa tidak bekerja di kantor? Aku tidak mau kau bermasalah lagi karena aku. Berangkat kerja lah dan aku akan baik-baik di sini. Banyak yang menjagaku," pinta Audri entah yang keberapa kalinya selama tiga hari ini tetapi Natha seakan acuh.
"Aku bekerja sayang. Tidak perlu ke kantor aku juga bisa bekerja dari sini," sahut Natha sambil menyuapi Audri.
Audri selalu menolak dengan alasan dirinya bisa makan sendiri dan tangannya masih berfungsi dengan baik. Tetapi Natha yang memang tidak suka penolakan tetap memaksa hingga mau tidak mau Audri menerima semua perlakuan Natha padanya.
Sangat manis sikap yang Natha tunjukkan bahkan melebihi sikapnya dulu tetapi Audri masih menunjukkan sikap dinginnya dan hanya sesekali menjawab atau bertanya pada Natha.
Ponsel Natha berdering dan itu adalah panggilan dari Daren. Natha segera menjawabnya, "Ada apa Daren?" tanya Natha, wajahnya terlihat tegang karena ia yakin berita yang akan dikatakan oleh Daren ini menyangkut perusahaan.
"Tuan, pengusaha yang berada di balik pailitnya kantor cabang itu akan mendatangi anda. Dia sendiri yang membuka jalur dan meminta untuk disediakan waktu. Dan ternyata beliau masuk dalam jajaran pengusaha paling sukses di Asia dan Eropa. Beliau bernama Adrian Dameer."
"Adrian Dameer?" gumam Natha.
Audri langsung terbatuk begitu Natha menyebutkan nama tersebut. Audri ketar-ketir, takut jika Adrian Dameer memiliki hubungan dengan Natha dalam bisnis mereka.
Natha menjauhkan ponselnya dan segera mengambilkan air untuk Audri, "Maaf sayang, aku melupakanmu," ucap Natha yang tersadar jika dirinya sedang menyuapi Audri tetapi ia menerima telepon.
Audri menggeleng dan mengibaskan tangannya. Ia masih syok mendengar Natha menyebut nama keramat itu. Audri melihat wajah Natha yang terlihat tegang, ia menerka-nerka masalah apa yang sedang dihadapi oleh Natha. Selama di rumah sakit tiga hari ini pun Natha tidak pernah meninggalkan laptop dan ponselnya lebih sering berdering.
"Ada masalah?" tanya Audri lembut.
Natha menggeleng lalu tersenyum kecut, "Aku baik-baik saja. Hanya masalah kantor," jawab Natha berusaha meyakinkan Audri namun raut wajahnya mengatakan sebaliknya.
"Jika ada masalah yang membelenggu, katakanlah. Aku tidak bisa membantu tetapi bisa mendengarkan keluh kesah mu," imbuh Audri.
Natha menatap haru pada kekasihnya ini. Ini dia Audri-nya yang ia cari setelah bangun dari koma. Peka dan sangat perasa pada keadaannya. Natha langsung mengelus rambut Audri, merasakan kasih sayang dengan sentuhan lembutnya. Natha juga mengambil tangan Audri dan menempelkan telapak tangan Audri di pipinya.
"Tetaplah menjadi Audri kesayangan Natha. Aku mencintaimu selalu," lirih Natha bahkan hampir tidak terdengar.
Audri menahan air matanya, ia juga sama tersiksanya selama mendiamkan Natha tiga hari ini. Tetapi hatinya menolak--belum siap untuk menerima keadaan yang ia rasakan saat ini. Hatinya mengatakan jika Natha-nya tidak seperti dulu dan pikirannya terus menghasutnya dengan mengatakan jika Natha bukan hanya miliknya saja.
"Kau ingin aku seperti itu maka kau juga harus seperti itu, terbukalah dan katakan ada masalah apa," desak Audri. Bagaimana mungkin ia bisa diam jika baru saja yang dibahas adalah Adrian Dameer, nama keramat dalam hidupnya dan saat ini sudah sampai di hidup Natha. Audri sangat penasaran.
Natha memejamkan matanya, menghirup udara sebanyak-banyaknya, ia benci jika harus terlihat lemah dan bermasalah di depan Audri tetapi hal ini juga yang sering membuatnya merasa senang karena Audri selalu ada untuk menemani dan memberikannya semangat.
"Salah satu anak cabang perusahaanku pailit. Aku pernah bermasalah dengan salah satu pemegang saham di perusahaan itu dan masalahnya adalah karena aku menolak anak perempuannya. Dia menghasut beberapa pemegang saham lainnya untuk menarik investasi mereka hingga akhirnya perusahaan itu pailit. Belakangan aku ketahui ternyata ada lagi dalang dibalik semua kejadian ini, pengusaha sukses bernama Adrian Dameer. Aku tidak mengenalnya dan tidak memiliki masalah apapun dengannya tetapi dia tiba-tiba saja menyerang perusahaanku. Aku bingung," ungkap Natha, ia kemudian merebahkan kepalanya di atas pangkuan Audri.
Mata Audri membulat sempurna setelah mendengar cerita Natha. Jika Adrian Dameer sudah memasuki kehidupan Natha, pasti itu ada hubungan dengan dirinya. Dalam hati Audri meminta maaf pada Natha, karena ia yakin alasan dibalik semuanya adalah dirinya.
Mengapa dia melakukan ini pada Natha? Mengapa mencampuri lagi urusanku? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui dan dia mengetahuinya? Jika dia sudah bertindak sejauh ini, berarti ada hal yang tidak beres denganku. Sejauh ini aku tahu, dia masih menjadi malaikat pelindungku.
.
.
Malam kembali menjelang, malam yang selalu membuat Natha bingung juga gugup. Ia bingung karena ketika malam menjelang maka Audri akan bersikap sangat manja dan romantis padanya, berbanding terbalik dengan siang harinya yang lebih sering diam dan mengacuhkannya.
Seperti saat ini, Audri tengah bermanja-manja pada Natha. Ia meminta Natha menyanyikan lagu untuknya dan tangannya terus menggenggam tangan Natha seolah ia tengah menegaskan pada suster yang kini tengah menatap mereka bahwa Natha Clay adalah miliknya.
Hati suster Lya memanas, ingin rasanya ia menarik Natha dan membawanya ke dalam pelukan lalu menegaskan pada Audriana jika Natha pun adalah miliknya. Apalagi sikap Audri yang terlihat seperti tengah memanas-manasi dirinya. Suster Lya tidak suka namun tidak bisa berbuat apa-apa mengingat dirinya hanyalah sebuah rahasia.
"Nath ... aku ingin bersandar di bahumu. Bisakah kau baik ke ranjang dan duduk di sampingku?" pinta Audri.
Natha yang heran pun tetap menuruti permintaan Audri. Ia sesekali melirik ke arah suster Lya yang sedang berdiri di dekat mereka karena Audri yang memintanya untuk datang.
Dia memintaku datang hanya untuk memamerkan kemesraannya? Kurang ajar!
"Suster, apakah menurutmu Natha adalah pria yang cocok untukku?" tanya Audri tiba-tiba.
Suster Lya tergagap, bingung hendak berkata apa dan juga lelah berpura-pura bahagia melihat kemesraan mereka.
"Tapi nggak usah dijawab. Aku tidak peduli juga sih dengan omongan orang tentang aku dan Natha. Apapun penilaian mereka, yang jelas hanya aku yang cocok bersama Natha. Kau tahu suster, jika saja ada yang berani mengambil Natha dariku maka orang itu bersiap saja untuk hancur. Aku tidak berdusta, aku bisa melakukannya dengan tangan kecilku ini," ucap Audri dengan tegas. Sorot matanya begitu tajam menatap ke arah suster Lya dan itu membuat suster Lya sedikit gemetar.
Ucapan Audri juga menarik perhatian Natha. Ia bahagia dan bingung di waktu yang bersamaan. Bahagia karena Audri tidak mau dirinya berbagi dengan siapapun dan siap melawan pelakor tetapi juga ia bingung mengapa Audri berkata seperti itu pada suster Lya. Pada suster Lisa ia tidak demikian malah terkesan malas membahas hubungannya bersama Natha walaupun kadang suster Lisa menggodanya.
Jangan-jangan Audri sudah tahu tentang aku dan suster Lya. Aku tidak siap jika harus kehilangan dia. Aku mencintai Audri begitu besar tetapi aku belum bisa melepaskan Fidelya. Aku harus bagaimana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments