Setelah mendapati kesadarannya, Natha bergegas memunguti pakaiannya. Ia membiarkan Fidelya yang terus bertanya dan juga ikut mengenakan kembali pakaiannya.
"Nath kau mau kemana? Kita belum selesai," tanya Fidelya penasaran, bingung sekaligus tanggung.
Natha tidak memberi jawaban, ia secepat mungkin masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Tak lupa ia memperhatikan penampilannya. Ia tidak ingin ketika Audriana melihatnya nanti, ia melihat sesuatu yang tidak beres padanya. Mendadak Natha menjadi takut ketahuan jika dirinya berselingkuh, mengkhianati Audriana. Padahal baru kemarin dirinya merasa bahwa selingkuh itu tidak masalah.
Natha keluar dari kamar mandi dan langsung dicegat oleh Fidelya," Nath, katakan kau akan kemana?" tanya Fidelya.
"Aku akan ke rumah sakit. Audriku sudah bangun dan ya, kau silahkan pulang."
Fidelya menganga, sempat syok dengan ucapan Natha barusan. Bukan karena Audriana sadar, tetapi kata 'Audriku' yang diucap oleh Natha membuat Fidelya seakan dihempaskan dari atas langit.
Ia merasa terbuang saat ini.
Fidelya mencoba mengejar Natha dan keduanya kini berada di lift yang sama. Natha tidak bicara sedikitpun dan Fidelya menjadi canggung sekaligus keki dibuatnya. Hanya bisa marah dalam hati dan bertanya-tanya bagaimana nasibnya kedepan.
Belum sempat menikah, Audriana belum disingkirkan dan sialnya Audriana justru sudah sadarkan diri. Fidelya tidak mau dibuang Natha apalagi dirinya sudah berkorban sampai sejauh ini walaupun Natha tidak memintanya karena ia yang secara suka rela memberikannya.
"Nath, bagaimana denganku?" tanya Fidelya dengan ragu-ragu. Ia menundukkan kepalanya takut mendengar kenyataan pahit yang akan dijawab oleh Natha.
Natha menatapnya kemudian menggenggam tangannya, "Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Kau bersikaplah biasa pada Audriana. Jangan sampai dia tahu tentang kita, oke?"
Dengan cepat Fidelya menganggukkan kepalanya. Beban berat yang ia pikul seketika hilang dan ia merasa lega. Natha tidak membuangnya dan sekarang ia harus fokus bagaimana caranya agar Audriana yang menjauh dari Natha karena ia sendiri tidak yakin jika Natha akan menjauh dari Audriana walaupun saat ini ada dirinya di sisi Natha.
"Iya."
Dan aku pastikan cepat atau lambat Audriana akan tahu hubungan kita. Aku tidak mau membagimu dengan dia walaupun dia adalah yang pertama untukmu.
Fidelya hanya bisa berbicara dalam hati saja. Tidak mungkin baginya untuk memberitahu Natha jika dia tidak mau berbagi.
Lift terbuka dan Natha segera meninggalkan Fidelya. Wanita itu bahkan tidak mampu menyeimbangi langkah Natha dan kini beberapa pasang mata menatapnya yang terlihat sedikit berantakan karena memang ia tidak sempat merapihkan penampilannya. Ia jelas mendengar bisikan-bisikan tentang dirinya tetapi daripada meladeni, ia ingin fokus mengejar Natha.
"Kau lihat tadi penampilannya? Sepertinya dia adalah wanita bayaran tuan Natha."
"Mungkin begitu. Mana mungkin dia kekasih tuan Natha, tidak sebanding dengan nona Audriana yang begitu baik dan cantik walaupun tidak kaya."
"Wah aku juga mau menyewanya untuk satu malam, dia cantik bodynya waw. Tuan Natha saja mau padanya apalagi aku."
"Huh dasar Casanova!"
Fidelya hanya bisa mengepalkan tangannya. Ingin sekali ia merobek mulut rombeng para karyawan Natha. Ia sudah menghapal wajah-wajah mereka yang nanti akan langsung ia pecat tanpa hormat begitu ia menjadi nyonya Natha Clay.
Yang lebih menyakitkan lagi, Natha sama sekali tidak peduli dengan omongan-omongan para karyawannya padahal Fidelya sangat berharap Natha akan membelanya. Ia hanya bisa menelan kekecewaan dan menyimpan dendam yang begitu besar pada mereka. Apalagi ketiak dibandingkan dengan Audriana, sungguh ia sangat tidak menyukainya.
"Nath tunggu aku!" teriak Fidelya begitu Natha masuk ke dalam mobilnya.
Natha sama sekali tidak membukakan pintu justru ia malah membuka dompetnya. "Ini untuk ongkos taksi. Kau pulanglah sendiri dan beristirahatlah. Aku tidak bisa mengantarmu. Aku tidak mau nanti Audriana menungguku terlalu lama."
Slasshh ...
Rasanya ingin sekali Fidelya menghilang dari pandangan Natha. Ia merasa sudah dipermainkan dan harga dirinya seakan diinjak-injak.
"Ta-tapi?"
Bruuummmm ...
Mobil Natha berlalu dengan cepat tanpa sempat Fidelya melayangkan protes. Akhirnya ia memilih memesan taksi online. Semakin lama berada di kantor Natha, semakin ia dibuat sakit hati, marah juga tak berharga.
.
.
Audriana tersenyum tipis pada dokter yang sedang memeriksa keadaannya. Ia belum bisa banyak bergerak karena otot-ototnya masih terasa kaku dan dokter menjelaskan jika itu adalah hal yang wajar mengingat ia koma selama satu tahun. Audriana sempat syok mengetahui selama itu ia tidak sadarkan diri. Hatinya pun bertanya-tanya apa yang sudah ia lewatkan selama itu dan apa yang sudah terjadi pada Natha selama ia tidak bisa menemaninya.
Dugaan demi dugaan muncul di benak Audri. Perasaannya mengatakan lain tentang Natha. Kilas balik dimana Natha berjanji akan mencintai dan setia padanya seorang membuat jantungnya berdebar-debar.
Apakah dia masih sama? Mengapa hatiku merasa aneh.
Ia juga teringat akan seseorang yang sudah tiga tahun ia tinggalkan. Entah bagaimana kabar dan keadaannya. Kalau saja Audri tidak mendengar bentak dan teriakan dari orang itu mungkin saat ini ia belum juga membuka matanya.
Semalam aku seperti bermimpi melihat orang lain di kamar ini. Tetapi apakah itu masih pengaruh bawa sadarku?
Audriana menghela napas, tidak ingin memaksakan diri untuk berpikir disaat dirinya baru kembali menatap dunia. Biar saja pasti nanti akan terlihat dengan sendirinya. Namun yang saat ini ia khawatirkan adalah Natha. Ia takut Natha tidak lagi seperti yang dulu. Ia takut jika Natha ternyata sudah melupakannya dan memiliki wanita lain.
Jika pun dia menjadi Natha, mungkin saja tidak akan mau menunggu selama ini. Tapi jika ditanya apa hatinya sebagai seorang Audriana maka ia akan menjawab dirinya akan setia menunggu karena rasa cintanya yang begitu besar.
Ketika ia larut dalam pikirannya, aroma yang begitu ia kenali tercium di indera penciumannya dan dengan cepat Audriana menoleh. Ia tidak bisa menahan laju air matanya begitu melihat pria yang ia cintai dengan begitu besarnya datang dengan napas tersengal-sengal dan keadaannya cukup berantakan.
"Sayaang!!"
Natha berlari menghampiri Audriana. Ia mengecup punggung tangan dan juga dahi Audri bertubi-tubi bahkan air matanya merembes hingga membasahi wajah Audri. Audri pun sama, ia menangis terharu karena Natha masih datang untuk menemuinya.
"Kenapa begitu lama, hemm?" lirih Natha yang kini duduk sambil menggenggam erat tangan Audri. Ia takut genggamannya akan terlepas.
"Aku merindukanmu. Hidupku selama satu tahun ini begitu hampa dan kau adalah penyebabnya. Dasar kriminal hati!"
Audri terkekeh mendengar ucapan Natha barusan. Tetapi hanya sesaat karena perasaannya berkata lain. Ada rasa yang menggebu-gebu tetapi ia tidak mengerti. Ia tersenyum lembut tetapi sorot matanya memancarkan hal berbeda.
Natha benar-benar canggung dibuatnya saat ini. Perasaan bersalah menyelimutinya. Jika saja ia tahu dirinya masih mencintai Audriana dengan begitu besar seperti ini, ia pasti tidak akan membiarkan wanita lain masuk dalam hidupnya. Tetapi sudah terlambat. Ia tidak bisa lagi memutar waktu.
Ditatap dengan seintens itu oleh Audri membuat Natha merasa takut. Ia takut jika Audri mengetahui perselingkuhannya. Natha tidak siap untuk itu dan tidak akan pernah siap untuk kehilangan Audriana.
Semoga saja kau tidak tahu sayang. Maaf karena melanggar janji. Aku tergoda. Bolehkah aku mendapatkan maaf darimu? Bersujud pun tak apa karena aku tahu aku yang salah dan aku siap menerima hukuman tapi jangan meninggalkan aku. Aku tidak siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments