Bab 4

Percakapan beberapa hari yang lalu tentang Natha yang hendak mencari pacar sewaan tidak berlanjut bahkan sampai detik ini. Padahal suster Lya sudah sangat mengharapkan hal tersebut. Baginya, berpura-pura pada awalnya lama-lama akan lupa jika mereka sedang berpura-pura dan justru perasaan mereka menjadi kenyataan. Tidak ada yang tidak mungkin menurut suster Lya selagi ia tetap berusaha.

Selain itu, ia selalu menemani Natha bercerita walaupun disini ia yang selalu membuat Natha bercerita tetapi ia cukup senang karena bisa bersama dengan lelaki pujaannya. Apapun untuk bisa bersama dengan Natha Clay. Apapun agar pria itu meliriknya. Suster Lya akan melaluinya hingga ia berada di garis finish sebagai pemenang.

Seperti hari ini, Natha tidak pergi ke kantor karena weekend. Ia menghabiskan waktu di rumah sakit. Sesekali ia mengajak Audriana bercerita walaupun lagi-lagi hanya pembicaraan satu arah saja. Lebih tepatnya hanya dirinya saja yang bercerita tanpa mendapatkan tanggapan apapun dari lawan bicaranya.

"Sayang, andaikan kau bisa sedikit saja tersenyum padaku," lirihnya kemudian ia kecup jari-jemari Audriana dengan lembut.

Natha membenamkan kepalanya di atas kasur dimana ada tangan Audriana yang ia jadikan sandaran dahinya. Ia benar-benar rapuh jika sudah berada di dalam ruangan ini. Membayangkan kisah cintanya yang jadi seperti ini, sungguh ia ingin membentak dan menguliti takdir jika ia mampu.

Dari arah luar, suster Lya datang dengan tujuan memeriksa Audriana. Ia melihat punggung Natha yang naik turun dan tangannya terkepal. Ia tahu kalau saat ini Natha pasti tengah menangis seperti hari-hari sebelumnya.

Menangislah sepuasmu dan aku akan datang untuk menghapusnya.

Perlahan suster Lya mendekati Natha. Ia berdehem membuat Natha mengangkat kepalanya. Tangan suster Lya terkepal begitu melihat jejak air mata di pipi pujaan hati. Ia mengutuk Audriana dalam hati karena sudah membuat pria dengan garis wajah sempurna ini menitikkan air mata.

"Dasar pria melankolis," ledek suster Lya ketika melihat Natha tersenyum tipis padanya. Ia langsung memeriksa infus Audriana.

"Ejeklah sepuasmu. Aku begini karena cinta. Kau tidak akan tahu jika tidak berada di posisiku. Coba saja jika nanti kau jatuh cinta pada seseorang dan orang yang kau cintai berada di posisi Audriana. Kau pasti akan sama sepertiku," balas Natha.

Keduanya memang sudah terbiasa saling meledek karena Natha menganggap suster Lya adalah teman baiknya semenjak ia merawat Audriana dengan baik. Natha yang sering pergi ke kantor dan mengurus banyak hal diluar hanya bisa mempercayakan suster Lya dan suster Lya tidak pernah mengecewakannya karena setiap kali Natha pulang, suster Lya pasti masih berada di dalam kamar rawat Audriana.

"Aku akan jadi melankolis sepertimu? Hmmm ... mungkin. Tapi aku belum punya kekasih, mana mungkin aku merasakan hal seperti yang kau rasakan," ucap suster Lya setelah ia selesai mengganti infus Audriana.

Tapi jika itu kau, maka kau benar aku akan menjadi melankolis bahkan menjadi wanita penghuni rumah sakit jiwa jika sampai kau yang berbaring di posisi Audriana. Aku begitu mencintaimu Natha Clay. Sungguh!

Suster Lya hanya bisa melanjutkan ucapannya dalam hati. Ia tidak mungkin jujur untuk saat ini karena ia tidak ingin Natha menjauh. Cukup baginya Natha yang sedekat dan seterbuka ini padanya. Pelan-pelan ia akan berhasil meraih Natha. Ia tidak ingin terburu-buru juga tidak ingin menunda-nunda.

Seperti biasa, setelah suster Lya mengurus Audriana, Natha mengajaknya mengobrol. Membahas tentang kesehatan Audriana bahkan tentang perasaan cintanya yang kian hari kian bertambah. Andaikan Natha tahu, ada hati yang memanas mendengar ceritanya.

Natha menggenggam tangan Audriana. Suster Lya yang duduk di bangku yang ada di samping Natha hanya bisa menatap penuh rasa dengki.

Harusnya yang digenggam itu tanganku ini. Hei Natha Clay, lihatlah aku!

"Kau tahu, Audriana itu adalah cinta keduaku tapi aku menganggapnya cinta sejati ku. Dia memang bukan wanita pertama dalam hidupku. Tetapi aku akan menjadikannya yang terakhir dalam hidupku. Kau mungkin akan mengejekku sebagai pria budak cinta, tapi aku bersungguh-sungguh akan hal ini," ucap Natha.

Suster Lya sangat tidak suka mendengarnya apalagi melihat wajah Natha yang tengah tersenyum manis sambil menceritakan perasaannya pada suster Lya. Tahu kah Natha jika suster Lya merasa cemburu. Ia tidak suka Natha mengatakan cinta pada wanita lain walaupun wanita itu adalah kekasih dan calon istrinya sendiri.

"Tidak masalah. Aku tidak akan mengejekmu karena jatuh cinta dan mencintai seseorang jika itu tulus maka perasaannya akan sedalam itu. Oh andaikan ada yang mencintaiku seperti itu," lirih suster Lya dengan wajah dibuat sesedih mungkin.

"Kenapa tidak!" ujar Natha. "Kau itu cantik dan sangat baik. Pasti banyak uang menginginkanmu," lanjutnya.

Apakah kau juga salah satunya?

Pertanyaan yang hanya lolos di dalam hatinya saja. Mana berani suster Lya mengutarakannya secara langsung.

"Wah jadi aku cantik ya?" tanya suster Lya dengan mengedipkan sebelah matanya.

Natha bisa melihat jika suster Lya kini pipinya bersemu merah. Sama seperti ketika ia memuji Audriana. Melihatnya membuat perasaan melankolis Natha kembali menghampiri. Ia merindukan wajah malu-malu calon istrinya ini.

Bangunlah sayang, aku sangat merindukanmu.

"Iya, jika dilihat dari ujung Monas," kekeh Natha yang membuat suster Lya membelalakkan matanya.

"Wah kau menghinaku rupanya. Rasakan ini," pekik suster Lya kemudian ia dengan berani mencubit lengan Natha.

Natha tertawa geli karena melihat wajah kesal suster Lya.

Menggemaskan.

Natha tersadar buru-buru menepis pikirannya. Ia tidak mau jika sampai tergoda pada wanita lain sedangkan kekasihnya sedang dalam keadaan memprihatinkan.

Natha jelas tahu gelagat suster Lya belakangan ini yang sering mencuri pandang padanya dan juga begitu perhatian sampai sering membawakannya makanan tanpa diminta. Natha hanya tidak mau pusing dan tidak mau membuat orang lain terbawa perasaan dan menganggap dirinya sedang membuka hati. Ia tidak mau membuat orang lain kecewa karena baginya Audriana lah tujuan hidupnya.

Aku janji aku akan setia sayang. Tenang dan cepatlah bangun.

Melihat Natha yang tiba-tiba berhenti tertawa membuat suster Lya mengerutkan keningnya. Ia melihat Natha kembali pada mode melankolisnya. Wajahnya kembali sedih dan tatapannya begitu sendu melirik ke arah Audriana.

Natha, lihatlah aku. Ada aku yang siap membahagiakanmu. Kau tinggal memintanya dan aku akan langsung mengabulkannya.

"Aku benar-benar sangat mencintainya. Rasanya aku akan ikut mati bersamanya kalau dia tiada lagi di dunia ini. Aku sudah memberikan seluruh hati dan hidupku padanya, apa jadinya aku jika tanpanya. Aku sungguh tidak bisa bernapas dengan baik selama Audrianaku tetap seperti ini. Tiada hari tanpa aku memikirkan kapan dia akan bangun dan memelukku. Aku sangat merindukannya."

Ungkapan hati Natha yang mengalir begitu saja namun kali ini tanpa air mata. Suaranya yang lirih membuat suster Lya bersedih tetapi bukan turut bersedih atas nasib percintaannya. Ia bersedih karena ungkapan itu bukan untuknya melainkan untuk Audriana.

"Kau harus semangat dan jangan putus harapan. Jika kau memang mencintainya, maka semangatlah untuk hidup karena Audriana pasti ingin kau terus bahagia. Jangan putus asa. Cintamu yang tulus pasti akan menuntun Audriana untuk kembali padamu."

Sakit, tentu saja itu yang dirasakan oleh suster Lya. Memberikan semangat untuk sang pujaan hati terhadap wanita lain adalah hal yang tidak pernah ia perhitungkan. Walaupun pada kenyataannya ia hanya berpura-pura memberi semangat, nyatanya dadanya tetap sesak.

Natha tersenyum, ia berharap ucapan suster Lya itu tulus dari dalam hatinya. Ia hanya tidak mau suster Lya menyimpan rasa padanya dan akhirnya berharap pada hal yang tidak mungkin ia berikan, hatinya.

"Oh iya Nath, aku tidak pernah lagi melihatmu pusing dengan perjodohan. Apa nyonya Clay sudah menyerah?" tanya suster Lya mengalihkan. Bisa potek hatinya jika terus menerus mendengar ungkapan cinta Natha untuk Audriana.

Natha menghela napas kemudian ia menatap malas pada suster Lya. Bukan malas kepada yang ia tatap melainkan malas akan pertanyaannya.

"Bahkan setiap hari nyonya Clay datang ke kantor hanya untuk membahas hal ini denganku. Aku bosan dan aku cuek saja walaupun ujung-ujungnya dia marah," jawab Natha sedikit kesal.

"Apa kau sudah mencoba saranku tempo hari?" tanya suster Lya sambil berdoa dalam hati semoga Natha belum mencobanya.

Kembali Natha menghela napas kemudian ia menyandarkan kepalanya dia atas kasur sambil menciumi tangan Audriana. Hati suster Lya panas, tentu saja bahkan sangat panas dan ngilu.

"Bagaimana mau mencoba kalau aku tidak punya satupun kandidat yang kuat. Aku bahkan lupa akan hal ini. Aku tidak punya kenalan wanita dan Daren pun sama. Aku tidak mau mencari wanita yang sembarangan karena aku takutnya mamaku akan memaki atau menghinanya jika wanita itu bukan dari kalangan atas atau tidak memiliki profesi yang bagus, menurutnya."

Suster Lya bersorak dalam hati karena harapannya sebentar lagi akan terwujud.

"Bagaimana kalau aku merekomendasikan seseorang untukmu?" usul suster Lya.

Natha memicingkan matanya, "Benarkah? Siapa dia? Coba kenalkan padaku dan aku akan menilainya sendiri. Sebelum sampai ke hadapan nyonya Clay, aku akan mempertimbangkannya terlebih dahulu," ucap Natha bersemangat.

"Aku!"

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 BB 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 Bab 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 BAB 186
187 BAB 187
188 BAB 188
189 BAB 189
190 BAB 190
191 BAB 191
192 BAB 192
193 BAB 193
194 BAB 194
195 BAB 195
196 BAB 196
197 BAB 197
198 BAB 198
199 BAB 199
200 BAB 200
201 BAB 201
202 BAB 202
203 BAB 203
204 BAB 204
205 BAB 205
206 BAB 206
207 BAB 207
208 BAB 208
209 BAB 209
210 BAB 210
211 BAB 211
212 BAB 212
213 BAB 213
214 BAB 214
215 BAB 215
216 BAB 216
217 BAB 217
218 BAB 218
219 BAB 219
220 BAB 220
221 BAB 221
222 BAB 222
223 BAB 223
224 BAB 224
225 BAB 225
226 BAB 226
227 BAB 227
228 Episode 228
229 BAB 229
230 BAB 230
231 BAB 231
232 BAB 232
233 BAB 233
234 BAB 234
235 BAB 235
236 BAB 236
237 BAB 237
238 BAB 238
239 BAB 239
240 BAB 240
241 End
242 Menikah Dulu, Jatuh Cintanya Nanti
243 Pengumuman
244 Dear pembaca setia
Episodes

Updated 244 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
BB 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
Bab 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
BAB 186
187
BAB 187
188
BAB 188
189
BAB 189
190
BAB 190
191
BAB 191
192
BAB 192
193
BAB 193
194
BAB 194
195
BAB 195
196
BAB 196
197
BAB 197
198
BAB 198
199
BAB 199
200
BAB 200
201
BAB 201
202
BAB 202
203
BAB 203
204
BAB 204
205
BAB 205
206
BAB 206
207
BAB 207
208
BAB 208
209
BAB 209
210
BAB 210
211
BAB 211
212
BAB 212
213
BAB 213
214
BAB 214
215
BAB 215
216
BAB 216
217
BAB 217
218
BAB 218
219
BAB 219
220
BAB 220
221
BAB 221
222
BAB 222
223
BAB 223
224
BAB 224
225
BAB 225
226
BAB 226
227
BAB 227
228
Episode 228
229
BAB 229
230
BAB 230
231
BAB 231
232
BAB 232
233
BAB 233
234
BAB 234
235
BAB 235
236
BAB 236
237
BAB 237
238
BAB 238
239
BAB 239
240
BAB 240
241
End
242
Menikah Dulu, Jatuh Cintanya Nanti
243
Pengumuman
244
Dear pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!