Sore sudah berganti malam dan kini pria yang terlihat begitu lelah itu tengah berjalan masuk ke dalam kamar rawat kekasihnya sambil membawa sekotak kue dan sebuket bunga favorit kekasihnya. Ia pun duduk dan mengecup kening Audriana.
"Sayang, bagaimana kalau aku mandi dulu baru kita merayakan ulang tahunmu? Tunggu ya," bisiknya.
Natha pun bergegas mandi. Ia tidak ingin berlama-lama karena tidak sabar untuk merayakan momen bahagia Audriana walaupun hanya dirinya seorang yang merayakan. Ia teringat akan ulang tahun Audriana di tahun sebelumnya.
Tahun lalu ia dan Audriana merayakan ulang tahun kekasihnya itu bukan dengan hal yang romantis karena Audriana justru mengajaknya makan-makan bersama anak-anak panti.
"Aku tidak punya orang tua dan mereka pun sama. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan bersama mereka. Hitung-hitung sedekah dan kita dapat pahala juga," ucap Audriana kala itu.
Natha langsung saja mengecup pelipis Audriana ketika kekasihnya mengatakan hal tersebut, "Kau memang yang terbaik. Aku semakin mencintaimu," ucap Natha dengan tulus.
"Aku memang selalu jadi yang terbaik," ucap Audriana kemudian keduanya tertawa karena lagi-lagi tiap kali Natha memujinya maka ia akan lebih membanggakan dirinya sendiri.
Mengingat sepenggal kisah masa lalunya bersama Audriana membuat mata Natha memanas. Pria yang lirikan matanya bahkan mampu membuat lalat pingsan ketika melintas itu kini lebih sering menangis daripada menatap sengit pada seseorang.
"Sayang, aku begitu rapuh tanpamu," lirihnya.
Natha kemudian bergegas menyelesaikan mandinya karena ia tidak ingin membuang-buang waktu di kamar mandi.
Keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan pakaian lengkap membuat pria itu terlihat begitu mempesona. Tetes-tetes air yang jatuh dari rambutnya menambah kesan ketampanannya. Andaikan yang melihat saat ini adalah suster Fidelya, entah mungkin suster itu akan pingsan atau mungkin akan mengajak Natha bercinta.
Natha berjalan mendekati Audriana, seperti biasa sebelum ia duduk maka ia terlebih dahulu mengecup kening kekasihnya itu. Ia juga tak lupa membisikkan kata cinta dan mengungkapkan rasa rindunya yang begitu dalam pada Audriana.
"Sayang, lihatlah! Aku membawakan kue favorit dan juga bunga yang paling kau sukai. Ternyata cukup sulit juga mendapatkan bunga ini karena harus mencari yang masih segar. Aku juga menyelipkan bunga mawar agar lebih indah. Hari ini kau berulang tahun dan kita akan merayakannya," ucap Natha yang kemudian membuka kotak kue tersebut.
Natha memasang lilin yang bertuliskan angka 23 di atas kue tersebut dan menyalakannya. Ia kemudian bernyanyi lagu selamat ulang tahun.
"Sayang, sebelum tiup lilin, make a wish dulu ya," ucap Natha seolah Audriana benar-benar tengah merayakan bersamanya.
Natha menunggu semenit sebelum akhirnya ia sendiri yang meniup lilin tersebut beriringan dengan air mata yang menetes di pipinya. Ia mengucapkan selamat ulang tahun kepada Audriana kemudian mengecup kening dan kedua pipi kekasihnya itu.
Natha kemudian memotong kue ulang tahun dan memakannya sendiri, "Seperti yang sudah-sudah, aku akan jadi yang pertama memakan potongan kue ulang tahunmu. Kau senang, 'kan?" ucap Natha sambil mengunyah kue tersebut juga sambil menyeka air matanya.
Natha meletakkan kue tersebut di atas nakas dan tangannya beralih mengambil bunga untuk ia berikan pada Audriana.
"Ini hadiah untukmu sayang, bunga Dandelion. Bunga yang paling kau sukai karena kau begitu menyukai makna dari bunga dandelion," ucap Natha.
Masih segar diingatan Natha dimana ia memberikan Audriana bunga mawar dan kekasihnya itu menerimanya dengan senang hati. Tetapi beberapa saat kemudian ia mengatakan jika bukan mawar bunga yang menjadi favoritnya.
Natha pun berkata jika ia tidak tahu bunga kesukaan Audriana. Ia hanya mengetahui jika mawar itu terlihat sangat cantik sehingga ia membawakan bunga tersebut pada Audriana.
"Oh ya ampun aku ini punya toko bunga tetapi kau membawakanku bunga lagi. Bagaimana kalau aku jual saja bunga ini?"
Sebenarnya pada saat itu Audriana hanya bercanda saja tetapi Natha yang tidak peka pun langsung mengiyakan karena dirinya sadar bunga yang ia bawa adalah bukan bunga yang disukai kekasihnya.
Audriana yang melihat Natha pun langsung mengecup pipi Natha dan berkata jika ia hanya bercanda saja. Natha yang pipinya dikecup itu pun langsung ceria seketika. Sangat jarang kekasihnya itu mau mencium dirinya lebih dulu, paling sering dirinya yang memaksa untuk dicium.
Pasangan yang sedang duduk di dalam toko bunga Audriana yang sebentar lagi akan tutup itu pun saling berbagi kemesraan. Audriana bersandar di bahu kekar Natha dan Natha tak hentinya mengecup puncak kepala Audriana. Ia begitu menyayangi wanita ini bahkan lebih daripada cintanya dulu pada Tiara.
Bisa mati aku jika tanpamu.
"Kau tahu tidak, aku menyukai bunga dandelion," ucap Audriana yang masih bersandar di bahu Natha.
"Oh ya? Kenapa bunga itu yang kau sukai?" tanya Natha.
"Bunga Dandelion memiliki banyak makna dan aku sangat menyukai setiap makna dari bunga ini," jawab Audriana.
Audriana pun menceritakan jika bunga Dandelion merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di musim semi. Bunga ini mempunya banyak makna dalam kehidupan. Diantaranya adalah cinta yang murni. Bunga ini dipercaya dapat membantu seseorang kembali pulih dan sembuh dari patah hati.
"Pantas saja kau selalu memberikanku bunga ini dulu," ucap Natha ketika teringat dirinya yang terpuruk dan Audriana sering memberikannya bunga Dandelion.
Audriana mengangguk. Lebih lanjut ia menceritakan jika bunga ini pun adalah simbol dari optimistik, pengambilan keputusan atas suatu hubungan dan juga dikatakan bisa kuat dalam menghadapi tantangan.
Hal ini dilihat dari kehidupan bunga tersebut memiliki kelopak yang mudah rontok dan terbang karena tiupan angin. Meskipun terbang kesana-kemari, ketika bunga itu hinggap di tanah maka ia akan tumbuh kembali.
Dan masih banyak lagi yang Audriana jelaskan dan Natha tidak mampu untuk mengingatnya karena saat ini matanya terlalu berembun. Ia kembali menangis.
"Sayang, kau ingat tidak masa-masa indah kita pacaran dulu? Kau yang begitu cuek namun memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi. Dan aku yang selalu kalah denganmu dalam hal apapun kecuali ketika berciuman. Kau ingat tidak bagaimana ketika aku pertama kali memintamu menjadi kekasihku dan kau menolakku karena katamu aku masih kurang berusaha dan kurang romantis?"
Natha menggenggam tangan Audriana kemudian mengecupnya berkali-kali. Ia tidak peduli dengan air matanya dan juga kesedihannya. Yang ia harapkan hari ini, detik ini juga Audriana membuka matanya.
"Sayang apa kau tidak ingin membuka matamu? Bangunlah kumohon. Aku sangat merindukanmu. Kau boleh melakukan apapun padaku. Aku bahkan rela jika kau menolak cintaku asalkan aku bisa melihatmu membuka mata dan tersenyum aku pasti akan berusaha untuk mendapatkan cintamu."
"Sayang, aku benar-benar rapuh dengan keadaanmu seperti ini. Kumohon bangunlah dan marahi aku sesukamu. Aku tahu aku salah karena aku tidak mau menyanyikan lagu untukmu dan aku bahkan pergi melakukan kencan bersama Clara walaupun kau tahu aku tidak mau melakukannya. Kau boleh menghukumku bahkan tidak mau berbicara padaku asalkan kau bangun. Aku janji ketika kau bangun nanti aku akan mengadakan pesta sederhana di masjid dan akan makan-makan di panti asuhan. Aku janji."
Natha menjatuhkan kepalanya di samping tubuh Audriana. Ia menangis terisak pilu. Tangisan yang menggema di dalam ruangan yang terdengar menyayat hati. Bahkan tangisan Natha kali ini lebih memilukan dibanding yang sebelum-sebelumnya.
Dapat dilihat bahwa pria hebat ini begitu rapuh dan hancur di hadapan kekasihnya yang masih enggan membuka mata. Ia yang selalu hebat dalam urusan pekerjaan walaupun membuat masalah tetapi bisa segera ia atasi kali ini tak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun untuk membawa kekasihnya kembali terbangun.
"Sayang, kumohon bangunlah."
Bahkan sampai tertidur pun Natha masih mengigau meminta Audriana untuk segera bangun. Rindu dan harapannya yang begitu besar bahkan terbawa sampai alam bawah sadarnya.
Natha tertidur dengan posisi kepala tertunduk di samping tubuh Audriana di atas ranjang. Sedangkan tangannya bertautan dengan jari-jemari Audriana.
Jika saja Natha tidak tertidur dan menatap kekasihnya itu, maka ia akan kembali tersenyum karena mata indah yang tertutup rapat itu kini mengeluarkan air mata. Bahkan sedari tadi ketika Natha menangis menumpahkan segala kesedihannya, mata itu pun ikut mengeluarkan air mata tanpa Natha sadari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
CINTAURI 💝
hai Thor semangat ayo saling mendukung
2023-04-08
1