Natha terkejut bukan main, berarti dugannya selama ini memang benar jika suster Lya memendam perasaan padanya tetapi dengan sebisa mungkin Natha harus cuek agar suster Lya tidak berharap padanya dan agar ia tidak tergoda untuk berselingkuh. Jika boleh jujur Natha memang mengakui suster Lya berparas cantik dan sangat manis jika ia tersenyum. Teman yang baik dan sangat mengerti dirinya, tapi Natha tidak mau menjadikannya kekasih karena sudah menganggapnya sebagai sahabat dan hal utama karena ada Audriana di dalam hatinya.
Natha hendak menanggapi pernyataan suster Lya sebelum akhirnya ia dihentikan oleh sebuah panggilan dari nyonya Clay. Mau tidak mau suster Lya harus bersabar karena ia tidak mau memaksa Natha untuk menjawab. Bisa hancur reputasinya yang sudah payah ia pertahankan di depan Natha Clay.
"Nggak bisa, Ma. Jangan memaksaku lagi," ucap Natha dengan raut wajah kesal.
"Malam ini kau pulang atau mama yang akan memulangkan Audriana ke toko bunganya?!"
Natha mendengus, selalu saja mamanya itu memaksakan kehendak. Tapi Natha tidak peduli, baginya omongan seorang nyonya Fitria Clay tidak ada yang harus ia gubris.
"Ma, jangan seperti ini. Tolong mengertilah," mohon Natha. Ia sudah cukup malas berdebat.
"Maka dari itu kau pulang dan tolong untuk kali ini kau pulang karena Clara akan datang ke rumah ini untuk makan malam. Hargai dia karena mama yang sudah mengundangnya khusus. Jangan buat mama malu! Setidaknya kau hadir walaupun itu terpaksa."
Panggilan berakhir dan itu diputus oleh nyonya Clay dan itu artinya ia tidak mau mendapat bantahan. Natha hanya bisa menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
Melihat ekspresi Natha, suster Lya sudah bisa menebak apa isi pembicaraan ibu dan anak itu. Ia tersenyum miring karena saat ini Natha pasti sedang bingung untuk menerima ajakan mamanya atau membawa pacar sewaan agar mamanya berhenti menjodohkan Natha dengan para wanita pilihannya.
"Nath ...."
"Lya, bisakah kau meninggalkanku sendiri bersama Audriana? Aku ingin menghabiskan waktu berdua dengannya untuk hari ini. Maaf ya," ucapnya tanpa melihat suster Lya yang kini tengah terkejut bukan main.
Suster Lya mengira jika dirinya akan mendapat jawaban atas keinginannya untuk menjadi pacar pura-pura Natha. Tetapi sungguh tak terduga jika Natha mengusirnya.
"Nath, apakah kau marah karena tadi aku--"
"Tidak sama sekali. Aku hanya ingin bersama Audriana saja saat ini. Kau jangan tersinggung, aku benar-benar butuh waktu untuk sendiri. Maaf," ucap Natha sehalus mungkin agar suster Lya tidak berpikir yang tidak-tidak tentangnya.
Suster Lya bernapas lega, ia mengira Natha marah padanya. "Baiklah, aku akan keluar dulu. Sering-seringlah mengajak Audriana mengobrol, mungkin saja dia bisa mendengarmu dan merespon ucapanmu. Dengan begitu, peluang untuk Audriana segera siuman akan semakin dekat. Yakinlah dan ingatlah kau punya teman untuk berbagi cerita," ucap suster Lya dengan berani mengusap bahu Natha yang kini sedang menundukkan kepalanya di atas kasur.
Natha hanya mengiyakan ucapan suster Lya tanpa berminat mengangkat kepalanya. Suster Lya pun pergi dengan membawa sejuta kekesalan.
"Sialan! Apa yang sudah nyonya Clay katakan sampai Natha jadi seperti itu? Dan kau Audriana, jika kau tidak ingin bangun maka matilah saja. Benar-benar menyusahkan," gumamnya setelah kembali ke raungan perawat.
.
.
Hari ini Natha mau tidak mau harus meninggalkan Audriana di ruangan karena ia tidak bisa absen dalam rapat penting kali ini. Sebenarnya berat sekali hati Natha meninggalkan kekasihnya yang hari ini kembali bertambah usianya. Natha enggan berlalu tetapi pekerjaannya sudah menanti dan Natha tidak bisa mengesampingkannya.
Seperti biasa, Natha menitipkan Audriana pada suster Lya. Suster Lya tentu saja menyetujuinya dengan bersemangat, tentunya hanya di depan Natha Clay saja wajahnya penuh minat dan semangat. Tetapi jika sudah berada di dalam ruang rawat Audriana maka ia akan menampilkan wajah malasnya bahkan wajah menyeramkan karena ia begitu membenci Audriana.
"Titip Audriana ya Lya. Aku harus pergi rapat dan akan kembali sore hari. Kau bisa pulang jika jam kerjamu sudah selesai. Tolong minta suster lainnya untuk menjaga Audriana karena asistenku Daren juga tidak bisa berjaga hari ini," ucap Natha ketika suster Lya sedang memeriksa Audriana dan dokter sudah keluar beberapa menit yang lalu.
"Tentu saja Nath, kau jangan khawatir," ucap suster Lya menjanjikan.
Natha tersenyum lega padanya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang untuk ia berikan pada suster Lya.
"Hei kau menyogokku?" pekik suster Lya karena untuk pertama kalinya Natha memberikannya uang yang ia taksir jumlahnya satu juta.
Natha tertawa kecil karena melihat reaksi suster Lya apalagi mengatakan jika dirinya menyogok. "Tentu saja tidak. Hari ini Audriana berulang tahun. Kau ambil uang ini dan belilah makanan untuk kau dan teman-teman kerjamu di ruangan. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan di hari ulang tahun Audriana. Dan jangan lupa katakan pada mereka untuk mendoakan Audriana agar cepat sadar dari komanya. Aku permisi dulu ya," ucap Natha kemudian ia mengecup kening, pipi lalu tangan Audriana sebelum ia meninggalkan kekasihnya itu.
Suster Lya menatapnya dengan penuh rasa iri. Ia menatap punggung Natha yang mulai menjauh lalu mengalihkan pandangannya pada Audriana yang sedang menutup matanya itu.
"Mau sampai kapan kau membuat Natha seperti ini? Pergi dan lepaskan dia untukku. Aku juga ingin membahagiakannya. Tugasmu sudah selesai dan aku yang akan melanjutkannya," ucap suster Lya pada Audriana yang walaupun ia tahu Audriana tidak akan menyahutinya.
Dengan perasaan kesal suster Lya keluar dan membagikan uang tersebut pada rekan-rekan perawatnya dan tak lupa memberitahukan permintaan Natha. Ia sendiri sudah mengambil bagian dari uang tersebut karena ia tahu bahkan jumlah uang ini lebih dari cukup hanya untuk membeli makanan.
"Antarkan untukku ya di ruangan nona Audriana," ucap suster Lya yang kemudian kembali ke tempat Audriana dengan malas.
Sesampainya di ruangan itu, ia menatap penuh rasa benci pada Audriana. Ia seperti melihat sosok Audriana kini tengah tersenyum mengejek padanya. Suster Lya marah dan mengumpati Audriana.
Mendadak timbul niat di hatinya untuk menyingkirkan duri yang akan menghalangi jalannya menuju Natha Clay. Ia tidak bisa terus menunggu dan memendam. Sudah cukup baginya menjadi pendengar dongeng kisah cinta Natha Clay dan Audriana. Ia muak dan ia benci setiap kali kata cinta lolos dari mulut Natha tetapi itu untuk Audriana.
"Harusnya kau mati saja dan biarkan aku bersama Natha. Kau yang seperti ini hanya bisa membuat Natha kesulitan. Aku tentu lebih bisa membahagiakan Natha daripada dirimu. Pergi dan biarkan aku yang akan menemani hidup Natha. Matilah dengan tenang dan berikan aku restu untuk mendampingi Natha seumur hidup, hahahaha."
Suster Lya terbahak di dalam kamar tersebut. Ia kembali membayangkan dirinya yang menjadi istri Natha dan mereka memiliki anak-anak yang lucu dengan keluarga mereka yang tidak kekurangan satu hal pun. Penuh cinta kasih dan penuh dengan kehangatan. Dimana ada Natha sang suami yang selalu mencintainya dan menatapnya penuh cinta, ada anak-anak yang menghibur mereka dengan tingkah-tingkah lucu mereka. Sungguh sangat menyenangkan membayangkan hal tersebut.
Tetapi begitu sosok Audriana muncul di pikirannya, tangannya terkepal kuat dan napasnya memburu. Ia tidak suka ada penghalang untuk kebahagiaannya. Ia tidak mau apa yang ia inginkan tidak bisa ia dapatkan.
"Selama ini apa yang aku inginkan harus aku dapatkan dan aku saat ini menginginkan Natha Clay, kekasihmu Audriana. Dan saat ini aku kesulitan mendapatkannya karena ada kau yang menghalangi jalanku. Tidak bisakah kau menyingkir agar aku bisa berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan? Jawab dong Audriana, jangan diam saja. Aku ingin kau menyerah dan menyerahkan Natha padaku. Aku bisa menjaganya bahkan lebih baik dari kau menjaga dan mencintainya selama ini. Berikan dia untukku dan kau akan kuberikan kematian yang begitu lembut hingga kau tidak merasakan apapun."
Suster Lya kembali tertawa, ia bahkan sudah terlihat seperti seorang psikopat karena cintanya pada Natha. Suster Lya menatap Audriana kemudian ia dengan perlahan mendekat. Ia ingin membuka ventilator agar Audriana kesulitan bernapas.
Dan ya, suster Lya berhasil melakukannya walaupun ada rasa takut dalam hatinya. Ini pertama kalinya ia melakukan hal segila ini karena mencintai seseorang dengan begitu gilanya. Melihat Audriana yang kesulitan bernapas membuat suster Lya hendak memasangkan ulang ventilator tersebut tetapi sebuah bisikan dalam hatinya menyuruhnya untuk terus melakukannya agar penghalang antara dirinya dan Natha sudah tidak ada lagi.
Suster Lya mengambil bantal Audriana dan menutupi wajah Audriana agar semakin kesulitan bernapas.
Braaakkk ....
Suara pintu yang dibuka dengan keras membuat suster Lya menjatuhkan bantalnya dan dengan cepat ia mengambil dan mengembalikan ke tempat sebelumnya sebelum orang tersebut melihatnya. Ia juga memasangkan kembali ventilator dengan terburu-buru.
Seorang datang mendekat dan mendorong suster Lya, "Kau apakan Maaysa?" bentaknya.
Suster Lya heran bercampur kaget. "Maaysa? Siapa Maaysa?" tanya suster Lya.
Lelaki tampan di sampingnya ini membuat suster Lya terpaku. Benar-benar terpesona dengan ketampanannya serta penampilannya yang menunjukkan bahwa ia bukan orang sembarangan.
"Ouhh ... maaf aku pikir ini ruangan kekasihku yang kecelakaan kemarin. Maaf karena sudah mengganggu. Permisi," ucap pria tersebut kemudian berlalu dengan membawa raut wajah yang sulit untuk dibaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments