Jenuh, itulah yang dirasakan oleh Natha saat ini. Menunggu selama ini tanpa membuahkan hasil apapun dan Audriana sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari komanya semakin membuat Natha lelah untuk menantinya. Walaupun tak bisa ia pungkiri jika melihat wajah Audriana masih membuat hatinya berdesir. Tidak bisa berbohong, rasa cinta untuk wanita ini masih ada walaupun mulai terkikis perlahan-lahan.
"Apakah aku salah karena sudah berkhianat? Tapi aku adalah manusia bisa, aku juga punya kelemahan dan titik batas kesabaran. Menunggumu tanpa kepastian seperti ini hanya membuatku lelah. Aku hampir menyerah Audriana. Coba saja jika kau buka matamu, maka aku akan kembali bersemangat. Setidaknya aku tahu kau masih mau berjuang untuk hidup bersamaku."
Natha mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja kerjanya. Beberapa hari ini ia merasakan dua perasaan sekaligus. Bimbang dan juga bahagia. Natha belum pernah bermain dengan dua hati sekaligus dan kali ini ia melakukannya. Sumpah dan janji setia yang ia ucapkan untuk Audriana kini terlanggar begitu saja. Tapi ia tidak menyesali karena ia mendapatkan cinta lain setelah cinta Audriana yang tidak lain adalah suster Lya.
Bagaimana Natha menggambarkan perasaan dan keadaannya saat ini, ia tidak tahu. Ketika ia membayangkan senyuman suster Lya hatinya terasa tenang dan ketika ia membayangkan wajah pucat Audriana, hatinya bersedih.
"Tidak Natha, kau tidak salah. Keadaan yang membuatmu jadi seperti ini. Jika Audriana tidak koma maka kau tidak akan membagi hatimu. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Kau jangan bingung, jalani saja."
Meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak larut dalam rasa bersalah, membuat Natha tersenyum sendiri. Ia kembali mengingat malam panas yang ia lalui bersama suster Lya walaupun dia dalam keadaan mabuk.
"Kenapa rasanya seperti ingin mengulang kembali?" gumam Natha. Tubuhnya terasa panas dingin dan sesuatu dibawah sana sudah menegang hanya karena teringat penyatuannya dimalam itu.
Sial!
Natha buru-buru ke dalam kamar mandi yang ada di ruangannya untuk menuntaskan hasratnya. setelah setengah jam kemudian ia keluar dan mendapati Darren sudah berada di dalam ruangannya.
Natha duduk di kursinya lalu menatap Darren yang sudah dari tadi sedang duduk menunduk dia tahu dan yakin benar bahwa saat ini terjadi sesuatu.
"Sekarang apa lagi?"
"Tuan, ini tidak semudah seperti yang kita duga. Ternyata di balik hancurnya anak cabang perusahaan kita bukanlah dari keluarga Barrack melainkan ada dari pihak lain yang menekan keluarga Barrack sehingga perusahaan mereka menarik saham di perusahaan anak cabang kita. Saya sudah berusaha menyelidikinya tetapi nihil, sangat sulit menemukan informasi dari perusahaan mana yang sudah menekan perusahaan Barrack."
Natha mengalah nafas panjang, ia memijat pelipisnya masalah ini memang belum tuntas karena sampai detik ini baik Daren maupun orang-orang suruhannya belum dapat menemui Tuan Barack untuk menyelesaikan masalah perusahaan lebih lanjut.
"Menurutmu siapa yang bisa menekan keluarga Barrack? Mereka bahkan berada satu tingkat kekuasaan di bawah kekuasaan keluarga Clay. Orang ini pasti bukan orang sembarangan," ujar Natha, ia juga memikirkan dan menebak-nebak siapa pengusaha yang sudah berani menabuh genderang perang dengannya.
Daren hanya bisa menggeleng karena ia pun tidak tahu siapa otak dibalik ini semua.
"Tuan, ada hal lain lagi yang ingin saya tanyakan," ucap Daren ragu.
Natha menatap Daren tidak biasa. Ia juga yakin jika Daren hendak bertanya, pertanyaannya pasti bukanlah hal sepele.
"Katakan!"
"Apa kita akan membiarkan wanita itu, Tuan? Sejauh ini dia sudah melewati batas. Apa tidak berbahaya jika terus membiarkannya berada di--"
"Aku belum puas. Ini belum seberapa dibandingkan apa yang sudah dia perbuat. Apa yang aku lakukan padanya barulah sebuah pemanasan belum masuk ke inti permainan. Berani menyentuhnya itu artinya kehancuran. Biarkan saja dia merasa berada di atas angin, nanti saat waktunya tiba, aku akan menghempaskannya bahkan hingga remuk seremuk- remuknya," ucap Natha dengan penuh penekanan bahkan tangannya kini terkepal kuat.
Sorot mata Natha Clay begitu mengerikan dan siapapun yang menatapnya akan langsung terkena serangan jantung. Tatapan elang yang siap menerkam mangsanya dan juga dalam tatapan itu penuh dengan amarah dan kebencian. Daren bahkan tidak sanggup untuk menatapnya.
"Saya hanya khawatir jika anda yang terjebak," ucap Daren.
Natha menyeringai, "Bukankah kau sangat mengenalku Daren?"
Daren mengangguk, ia merasa lega, "Kalau begitu saya permisi tuan."
.
.
Malam kembali menyambut, suster Lya yang diminta Natha untuk menyiapkan makan malam di ruangan Audriana kini terlihat begitu semangat. Ia bahkan sedikit lebih memoles wajahnya. Ia merasa yakin jika malam ini akan terjadi sesuatu yang spesial antara dirinya dan Natha.
Suster Lya sudah yakin benar jika Natha tidak lagi mencintai Audriana karena info dari rekan kerjanya yang mengatakan bahwa Natha Clay sudah jarang menjenguk Audriana di siang hari dan malam harinya Natha bahkan selalu ada bersamanya. Suster Lya yakin peluang untuknya semakin besar.
"Aku sudah tidak sabar," gumamnya.
Beberapa menit kemudian Natha masuk ke ruangan Audriana. Ia melirik sekilas pada kekasihnya itu kemudian beralih menatap suster Lya yang terlihat menggoda. Ia langsung mengecup pipi suster Lya dan hal tersebut membuat suster Lya kaget sekaligus senang.
"Malam ini, maukah kau menjadi kekasihku? Aku sengaja memintamu menyiapkan makan malam untuk merayakan hari jadi kita. Itupun jika kau mau jadi kekasihku. Aku sudah jenuh menunggu Audriana. Aku baru sadar jika selama ini ada cinta lain yang selalu bersamaku dan aku tidak melihatnya sama sekali," ucap Natha.
Betapa terkejutnya suster iya mendengar ucapan Natha tersebut. Dengan cepat ia menganggukan kepalanya bahkan terus mengangguk-anggukkan kepalanya saking senangnya, "Ya aku tentu saja mau."
Natha menyeringai, "Terima kasih. Kalau begitu mari kita makan malam karena aku juga ingin segera merasakan hidangan penutup seperti malam itu. Apa boleh?"
Suster Lya tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan Natha. Apalagi melihat kedipan mata Natha yang begitu menggoda hingga ia merasa dihipnotis. Suster Lya mengangguk malu menyetujui keinginan Natha.
"Itu baru kekasihku. Ayo makan! Kau harus banyak makan karena malam ini aku akan sulit dikendalikan. Kau akan merengek dan aku akan menulikan telingaku. Bersiaplah," bisik Natha yang membuat suster Lya degdegan.
"Apakah malam ini kau akan menyebut namaku?" tanya suster Lya memastikan. Ia tidak ingin kejadian malam itu terulang lagi.
"Tentu saja. Aku tidak dalam keadaan dibawah pengaruh alkohol saat ini," jawab Natha.
Suster Lya tersenyum puas dalam hati ia bersorak karena apa yang selalu ia bayangkan akan terwujud.
.
.
Makan malam telah selesai dan kini keduanya saling menatap penuh arti. Natha tersenyum miring kemudian meminta suster Lya untuk duduk di pangkuannya. Natha yang melihat suster Lya langsung patuh diam-diam menyeringai. Entah apa maksud tatapannya saat ini. Apakah mungkin sebuah tatapan untuk mengejek Audriana? Atau karena ia terlalu terbakar gairah saat ini.
Suster Lya memberanikan diri mencium bibir Natha lebih dulu dan dengan senang hati Natha menyambutnya. Ciuman yang lama kelamaan menjadi semakin panas dan menuntut. Tangan Natha bahkan sudah menjelajahi tubuh suster Lya yang kini sudah bertelanjang dada.
Suster Lya pun tidak tinggal diam. Tangannya sibuk mencari ke arah sensitif Natha dan menemukan pusaka itu. Ia menggenggamnya dengan erat hingga membuat Natha meraung kenikmatan.
"Aku ingin mencobanya," ucap suster Lya.
Seringai tipis muncul di bibir Natha, "Lakukan dan buat aku puas!"
Dengan lihai suster Lya melakukannya hingga membuat Natha berteriak kenikmatan. Karena sudah tidak tahan lagi, Natha langsung membalikkan tubuh suster Lya dan melakukan penyatuan. Keduanya kini tenggelam dalam kenikmatan dunia yang tiada tara. Erangan dan ******* memenuhi ruangan tersebut tanpa peduli ada orang lain yang sedang terbaring disana yang mungkin saja bisa mendengar suara menjijikan mereka.
Natha meneriakkan nama suster Lya ketika ia mencapai pelepasannya begitupun dengan suster Lya. Namun kegiatan tersebut terus berlangsung bahan suster Lya sudah mencapai pelepasan berulang-ulang.
Natha kau memang menakjubkan. Ternyata benar ucapanmu jika malam ini aku tidak akan kau lepaskan. Walaupun lelah tapi aku sangat menyukainya. Oh ya ampun Audriana, sekarang calon suamimu ini tengah bercinta denganku. Bagaimana denganmu? Apakah rasanya sakit atau sangat sakit? Tapi jangan lupakan jika malam ini Natha juga sudah resmi menjadi kekasihku. Jadi kita sama dan sebaiknya kau cepat pergi dari dunia ini.
Mengayuh kenikmatan bahkan mencapai pelepasan berkali-kali tidak membuat keduanya berhenti. Natha terus menggempur suster Lya yang walaupun wanita itu sudah mengatakan ia menyerah. Tetapi hanya dibibir saja karena kenyataannya ia tetap menikmati dan mendesah penuh kenikmatan.
Keduanya bahkan tidak mendengar bunyi melengking dari monitor yang terhubung dengan tubuh Audriana. Wanita itu menitikkan air matanya dan tubuhnya mendadak kejang-kejang namun tidak ada satupun yang melihat dan mendengarnya.
Samar-samar mata indah dengan bulu mata lentik itu terbuka. Kedua bola mata indah itu mulai menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke indera penglihatannya dan telinganya sedikit banyak menangkap suara aneh. Ia hendak berbalik tetapi yang terlibat justru bayangan dua orang yang sedang saling menindih hingga akhirnya mata indah itu kembali terpejam.
Tanpa dua orang yang tengah menikmati surga dunia itu tahu, kegiatan mereka justru menarik seseorang dari alam bawah sadarnya hingga ia mampu membuka matanya. Keduanya ambruk sekitar pukul dua dini hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Arin
Audriana...akhiry kmu bngun juga syng,dan natha juga si jalng,semoga nanti kalian kena karmany😡
2023-10-05
0