Pulang sekolah Fou mampir di Indo maret, mamanya mengirim chat minta Fou membelikan beberapa keperluan dapur. Di bagian luar di area parkir Indo ada tante Monik yang ngobrol dengan tante Tuti yang jualan gorengan. Dan di mana tante Monik di situ ada tante Mira, mereka duo yang ke mana-mana selalu berdua, suka mengatakan kalau mereka berdua satu kepompong, mungkin terinspirasi dari sinetron yang mereka tonton.
Saat Fou memarkirkan motor dan melepaskan helm, tante Mira segera melihatnya
"Fou... kebetulan. Tolong tanyakan mamamu ya, apa mau ambil arisan panstove bulan ini, bu Pala batal membuat acara ulang tahun cucunya... Pak Pala masuk rumah sakit. Tante telpon beberapa kali mamamu gak angkat telpon, mamamu sempat ngomong sama Nina katanya kamu ulang tahun minggu ini..."
"Aku gak pernah ngadain acara ulang tahun, gak usah tante Mir... yang lain aja... giliran mama pas dia ulang tahun aja biar di rumah gak repot, dua bulan lagi..."
"Bulan itu udah ada yang minta..."
"Ya udah, nanti pas ulang tahun ponakanku aja... minggu ini gak tante, aku gak buat acara apa-apa."
Fou segera masuk ke toko.
Terakhir buat acara ulang tahun pas tujuh belas, dan itu ulang tahun yang gak akan pernah dia lupa karena saat itulah papanya ketahuan selingkuh dan sejak saat itu papa meninggalkan rumah. Yang melekat di memorinya, papanya memang punya banyak uang entah dari mana karena ulang tahunnya diadakan di sebuah hotel dan mama mendapati papanya dengan WILnya di hotel yang sama.
Di tahun-tahun itu memang papanya jadi kepala di sebuah kantor, jabatan tinggi membuat papanya oleng. Ada anak terlahir dari perselingkuhan itu dan hingga sekarang si papa bersama selingkuhannya tinggal di sebuah rumah lain yang dibeli papanya. Papa dan mama tidak bercerai selain karena tidak diperbolehkan oleh aturan pekerjaan yang mengikat papanya, juga karena mama tidak menginginkan itu. Bahkan mama pernah bilang, suatu saat papanya pasti kembali ke rumah, sikap yang tidak disetujui Fou.
Di dalam toko, selain mencari titipan sang mama, Fou juga membeli beberapa item untuk perawatan tubuh, rasa sukanya pada pak dokter membuat lebih peduli merawat kulitnya.
Hpnya berdering, Fou mengambil benda mahal bermerek apel terkenal yang nekad dibeli karena saat ngemsi terakhir dia mendapatkan bonus yang justru lipat dua dari tarifnya.
Mamanya menelpon...
.
"Fou... Kamu udah pulang? Jangan lupa mampir Indo maret..."
"Ini lagi di Indo ma..."
"Oh... Eh belikan kopi instant sama creamer, belikan juga..."
Si mama berhenti sebentar dan ada suara bertanya pada seseorang, Fou menunggu dan mulai mengira-ngira siapa yang datang ke rumah, karena dia dan si mama gak pernah minum kopi.
"Fou, belikan juga snack choco*latos, sama sereal coklat sama susu coklat..."
.
Mama sudah mengakhiri panggilan sebelum Fou memberikan respon. Yang mama sebutkan terakhir pasti untuk anak kecil. Fou berpikir mungkin adiknya yang datang. Fou sudah punya ponakan dari dua adiknya, masing-masing dua. Mungkin karena hal inilah makanya mamanya selalu gelisah dengan statusnya. Fou kemudian memborong snack yang dianggapnya sehat untuk anak kecil, para ponakannya masih balita semua.
Selesai belanja di depan toko duo tante M masih asyik ngobrol dengan tante Tuti, jika dilihat gaya mereka yang sudah memindahkan kursi outdoor milik toko ini di dekat gerobak gorengan, Fou bisa memastikan mereka sedang 'membahas' sesuatu yang seru.
Saat Fou mengatur belanjaan di motornya tante Moonik mendekat...
"Fou, si Vinzy kabur sama laki-laki lain, mantan pacarnya..."
"Udah tahu, tante..."
Ternyata mereka sedang membahas si Vinzy di sini. Mungkin memang niat mau belanja sesuatu, tapi ketemu tante Tuti langsung aja 'rapat dadakan'.
"Memang si Vinzy sudah keliatan kan gak bener orangnya, si pak Herry sih gak mikir panjang langsung suruh Jerol nikahin dia, kan sekarang mereka tambah malu jadinya..." Lincah sekali bibir tante Mira.
Fou gak ingin mendengar tapi belanjaannya cukup banyak, empat kantong kresek itu agak ribet dikaitkan di motornya.
"Ada tetangga loh yang pernah ngeliat Vinzy ketemuan dengan seorang cowok setelah nikah sama Jerol... Kalau aku ya, istri seperti Vinzy itu bagusnya dicere'in aja."
"Tan... Itu urusan mereka loh, belum tentu juga ini salah Vinzy aja..." Fou gak tahan dengan penilaian berat sebelah orang-orang di lingkungan ini tentang Vinzy.
"Emang dia gak ada akhlaknya, masa berani ngelawan Anet, menantu macam apa kayak gitu?"
Fou menahan bibirnya untuk bicara lagi. Kenapa di lingkungan ini jika ada seseorang yang tidak disukai oleh satu saja warga sepertinya satu lingkungan ikut tidak menyukai. Lucunya warga di lingkungan ini bisa dengan cepat menerima seseorang yang baru dan memaklumi semua hal yang tidak baik tentangnya, atau sebaliknya. Dan Vinzy sayangnya bukan seseorang yang diterima dengan baik di sini.
"Aku pulang ya tante-tante..."
"Jadi kamu gak akan terima arisan minggu ini? Tanyakan dulu lah sama mamamu..."
"Gak tante... orang lain aja."
Fou berlalu sambil meninggalkan senyumnya.
Di rumahnya, Fou menemukan dua pasang sepatu asing di rak sepatu, aturan rumahnya dari dulu sepatu kotor ditinggalkan di luar. Ini sepatu pria, dan sepatu anak.
Fou masuk dari pintu samping dan menemukan seorang anak lelaki bertubuh kecil dengan seragam SMP sedang duduk di sofa dengan hp di tangan. Kening Fou berkerut saling tatap dengan anak itu. Fou mencermati anak itu, terlihat pendiam dan berwajah sendu, tapi bentuk wajahnya Fou bisa pastikan akan menjadi tampan saat dewasa nanti. Tapi ciri dan bentuk wajah ini tidak asing untuknya.
Fou meletakkan tiga plastik berisi snack di meja kopi di depan anak itu, juga meletakkan ransel laptop dan tas kerjanya tanpa menyapa anak itu. Lalu Fou ke dapur dengan satu kantong lain berisi keperluan dapur.
Fou kaget menemukan papanya duduk di salah satu kursi di sekitar meja makan, di temani mamanya. Pantas saja di parkiran ada mobil dinas, papanya memang selalu mendapatkan posisi yang baik di kantor hingga sekarang.
Walaupun akhirnya bisa menerima perselingkuhan papanya, tapi Fou tidak dapat menyambut dengan ramah setiap kali papanya datang ke rumah, dia tidak menolak atau memarahi si mama tapi dia tidak pernah berbicara dengan papanya.
Dia tahu andil papanya pada pengangkatannya sebagai PN*S yang termasuk cepat, hanya setahun setelah dia honor. Penempatannya di tempat dia mengajar sekarang juga karena kedekatan papanya pada orang-orang tertentu yang memegang otoritas, begitu kata mamanya. Tapi ini tidak serta-merta membuat hati Fou luluh, dia tetap menyimpan marah dan sakit hati untuk perbuatan papanya.
Mungkin ini penyebabnya mengapa dalam setiap hubungannya dengan cowok, ketika mereka mulai menunjukkan keseriusan, Fou menjauh dan memutuskan hubungan.
"Nonie... sehat kamu, nak?" Papanya tersenyum padanya. Sapaan papa tidak berubah, Nonie adalah nama kesayangan papanya untuknya. Dirinya karena anak pertama, bisa merasakan perhatian utuh kedua orang tuanya, dan dia bisa mengingat bagaimana sayangnya sang papa padanya.
Fou senyum singkat dan mengangguk. Dia menyadari sekarang bahwa belanjaan titipan mamanya adalah untuk sang papa dan adiknya, adik tirinya yang baru sekarang dibawa papanya.
Fou mengatur belanjaan di lemari. Pikirannya langsung menerka, pasti si papa ada keperluan itu yang selalu membuat papanya pulang ke rumah.
Pulang? Batin Fou teriris.
"Nonie... bisa ajarin adikmu matematika, dia akan mengikuti olimpiade matematika... makanya papa membawanya ke sini, biar bertemu kamu..."
Fou tak menjawab, dalam hati... Hah, ini ternyata maksud papa 'pulang' ke rumah.
"Fou... ajarin Fernando ya..." Mamanya menimpali.
Setiap kali Fou hanya bisa heran dengan sikap mama terhadap papanya. Hanya di tahun pertama terlihat mama stress dan sangat marah serta memusuhi papa. Kadang Fou marah pada sang mama yang menurutnya terlalu kompromi membuat papa seenaknya.
Dan... Anak itu dinamai sama dengan nama ketiga Fou hanya berbeda akhirannya. Yang Fou tahu, nama itulah yang selalu muncul di mulut papa ketika mama hamil kedua dan ketika, rupanya dia tetap konsisten menamai anak laki-lakinya dengan nama itu.
"Nonie... adikmu lolos di tingkat kota, jika menang di tingkat provinsi dia akan di utus ke tingkat nasional." Papanya menjelaskan saat Fou masih diam.
Iya lah, tahapannya seperti itu, dia juga sedang membimbing tiga muridnya yang menang di tahapan yang sama.
"Non... boleh ya..."
Fou tidak menjawab tapi langsung meninggalkan ruang makan.
"Dia masih sama... padahal dulu dia begitu manja padaku..." Si papa mengeluh.
"Salahmu, dia anakmu yang paling sakit dengan perbuatanmu, Emil..."
"Aku tahu, Silvia... Aku memang bersalah pada kalian." Si papa menjawab dengan suara rendahnya.
Di ruang tengah, Fou melewati anak lelaki itu. Dan...
"Kak, boleh minta snack?"
Suaranya kecil, ekspresi di mukanya juga sangat canggung, membuat Fou mengangguk saja. Memang itu dia belikan untuk anak-anak, dan tak menyangka tiga kantong plastik itu ternyata untuk anak selingkuhan papa.
"Makasih, kak..."
Suaranya seharusnya udah mulai berubah karena sudah mulai remaja, tapi kenapa suaranya kecil seperti itu. Fou tanpa sadar masih memperhatikan anak itu.
"Aku belum terlalu paham tentang Teorema Ketaksamaan dan Deret Teleskoping dan Rumus Rekursif."
Suara kecil itu kembali terdengar mengatakan tentang apa yang ingin dia pelajari, anak ini pasti diberitahu untuk apa dia ke sini. Dan walau kesannya masih malu dan ada rasa takut pada Fou, dia berani mengatakan apa yang ingin dipelajarinya bersama Fou. Padahal Fou sendiri tidak tergerak dan tidak menyanggupi saat papanya bertanya.
"Kakak ajari aku tentang itu aja, cara guruku menerangkan tentang itu gak bisa aku mengerti."
Fou surprise, anak ini terkesan pendiam tapi bila membicarakan sebuah maksud, sangat jelas dengan untaian kata yang tepat. Ini tipikal dirinya, apakah ini karena mewarisi gen yang sama? Dan rasanya Fou tahu sekarang, wajah anak ini adalah wajah miliknya, banyak foto masa kecilnya dengan bentuk wajah seperti ini. Jika anak ini berambut panjang pasti akan terlihat seperti remaja perempuan.
Anak itu sekarang menatap Fou lebih berani, menunggu jawaban mungkin? Akhirnya Fou menganggukkan kepala.
"Tunggu kakak mandi dulu."
Anak itu tersenyum, Fou jadi tergugah akhirnya. Papanya bersalah pada mereka, tapi anak ini tidak.
Dan kemudian, karena mencari tempat yang nyaman di sore yang panas ini, anak yang dipanggil Nando itu diajak Fou ke kamarnya saja. Fou menghidupkan AC lalu mengambil meja lipat miliknya dan mereka berdua belajar sambil duduk di atas karpet bulu berbentuk bulat.
Karena memang dia seorang guru dan si murid adalah siswa yang ternyata pintar, akhirnya interaksi keduanya berjalan baik.
"Nando, ambil kantong plastik snack yang di luar..." Fou tiba-tiba bersuara. Dia kasihan melihat wajah serius adik tirinya. Fou berinisiatif memberi jedah sejenak.
Dengan mulut komat-kamit Nando berjalan ke luar, Fou tersenyum, pasti anak itu menyelesaikan soal di otaknya. Ini persis dirinya. Dan sekembalinya di kamar Nando meletakkan snack di lantai dan langsung fokus menyelesaikan soal yang diberikan Fou.
"Istirahat dulu... makan snacknya, itu buat kamu semua..." Sikap Fou semakin lebih baik untuk Nando.
"Bentar kakak... selesaiin ini dulu..." Nando lebih tertarik pada bukunya ketimbang isi kantong plastik itu. Lagi-lagi Fou menemukan kesamaan anak ini dengan dirinya, jika sedang Fokus pada pelajaran gak akan teralihkan oleh apapun sampai itu selesai.
"Kamu boleh datang lagi, tapi malam hari. Karena kakak hanya hari ini bisa sore hari."
"Iya... aku nginap ya?"
Hah?? Ini bocah langsung aja merasa ini rumahnya.
Setelah selesai dan menyodorkan bukunya pada Fou, bukannya mengambil snack, Nando malah memandang Fou.
"Kakak, aku mau jadi guru matematika kayak kakak... Aku suka jengkel kalau guruku menerangkan, kakak beda, aku ingin seperti kakak, saat belajar murid-murid bisa enjoy... Aku enjoy kok belajar sama kakak..."
Sebuah pengakuan dari si adik tiri yang memaniskan hati Fou.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sri Astuti
anak yg pintar ga butuh pengajar yg muter"..
2023-06-30
1
ein
untung pintar adeknya...😁
2023-04-12
1
Bunda Titin
Fou punya adik tiri yg sefrekuensi dngnnya,. mungkin itu yg akan mendekatkan mereka berdua........mudah2an aj ya Krn sepertinya adik tiri Fou anak baik..........🤔👍🙏😊
2023-04-12
2