Jilly muncul di rumah dengan dandanan lengkap dan menggunakan dress warna nude.
“Kak Fou… boleh gak ngemsi di acara resepsi nanti sore?”
“What??? Gak ah Jill… cari orang lain aja, nyewa MC profesional sana, aku gak mau… gak bersedia.”
Apalagi ‘penderitaan’ yang harus dia tanggung gara-gara nikahan si mantan ini sih? Tidak pernah lagi bersinggungan, bahkan seolah lupa pernah ada kisah, justru saat si Jerol hendak melepas masa lajangnya tiba-tiba ramai didengungkan hubungan mereka berdua yang dulu.
“Kak Fou… masa orang lain kak Fou gak nolak untuk ngemsi, masa untuk acaranya kak Jerol kak Fou nolak sih? Lagian kak Fou kan emang MC profesional, ya kan? Ada di depan rumah sendiri kenapa cari orang lain sih?”
“Justru karena acaranya Jerol maka aku gak mau.” Foura menyambar cepat, benar-benar menolak.
“Kenapa? Kak Fou masih cinta sama kak Jerol ya?”
Eh?? Bibir anak ini bukan hanya butuh saringan tapi butuh mesin jahit biar bocornya bisa dijahit dobel bolak balik dan mengatup selamanya.
“Astaga Jill… bukan itu alasannya… udah lama aku lupain juga itu... ”
“Terus kenapa sampai sekarang kak Fou belum nikah atau paling gak sekarang punya pacar gitu… karena susah lupain kak Jerol kan?”
“Hahh?? Kesimpulan dari mana itu? Setelah Jerol aku pernah tiga kali pacaran lagi, emangnya aku gak laku gitu?”
Fou meradang dibilang gak bisa move on, walau memang faktanya hubungan putus nyambung itu bertahan hingga empat tahun, terlama dibanding dengan mantan yang lain.
“Oh? Tapi kak Jerol juga gak bisa lupain kak Fou, katanya cinta kak Jerol itu kayak cintanya Romeo dan Juliet.”
“Kakakmu gak masuk akal. Sama apanya? Keluarga kita gak bermusuhan, dan lagi aku gak mau minum racun bareng dia, dan hari ini dia bakal nikah dengan yang lain. Di mana letak kesamaan ceritanya?”
“Maksud kak Jerol, dia akan mencintai kak Fou sampai mati…”
Jilly menyampaikan dengan ekspresi yang sungguh-sungguh. Fou terkesima. Selama ini dia tak pernah memikirkan Jerol. Komunikasi mereka tidak terlalu baik, hanya basa-basi singkat jika kebetulan bertemu, karena itu mendengarkan tentang cinta Jerol masih ada sungguh di luar dugaan. Tapi Fou memilih kembali ke realita...
“Jill, jangan sembarangan ngomong. Sana bilang ke kakakmu, aku gak mau."
"Kalau kak Fou gak mau berarti bener dong masih cinta." Jilly mengulangi hal yang sama.
"Astaga Jill? Terserah mau dibilang masih cinta kek, gak move on kek… masa bodoh… aku gak mau.” Tensi Fou naik sudah, Fou berbicara dengan penuh emosi.
“Kak Fou… kenapa marah-marah sama aku sih? Aku hanya diminta kak Jerol untuk datang ke sini terus minta kak Fou ngemsi…”
Jilly keluar dari rumah Foura dengan menunduk, bu guru cantik yang tahu banyak tentang tindak-tanduk remaja labil segera menyadari kesalahannya pada Jilly.
“Jilly…”
Fou memanggil nama Jilly diikuti kepala Jilly yang berputar melihat pada Fou lagi menunjukkan wajah cemberutnya.
“Maaf, tadi aku emosi. Tapi, aku memang gak mau jadi MC, itu aja yang kamu katakan ya…”
Jilly tidak mengangguk tapi langsung meneruskan langkah keluar dari rumah Foura.
Kenapa jadi riweh, ribet, rusuh dan complicated gini ya nikahannya si Jerol? Atau dirinya saja yang merasa ini sebuah gangguan? Mungkin saja, perempuan kan suka menambah emosi dalam sebuah adegan kehidupan, dan dia perempuan.
Foura membanting tubuh lelahnya di atas tempat tidurnya. Sejak pagi dia bela-belain membuat dua jenis hidangan penutup karena pesta tanpa itu rasanya gak afdol. Sebetulnya dia gak ingin melakukan apapun lagi untuk acara nikahannya si Jerol, bukan karena dia gak rela Jerol menikah, tetapi karena gak rela nama dan kisah lama mereka dikait-kaitkan dan didengung-dengungkan. Tapi pada akhirnya dia menekan rasa enggannya membuatkan penganan ringan ini, karena kasihan sama tante Anet.
Pintu kamarnya diketuk berkali-kali di saat dia hampir terbawa mimpi, dengan kesal Fou membuka pintu. Ya ampun…
“Ra…”
Si calon penganten udah pakai kemeja putih celana kain warna hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu di lehernya muncul di depan kamar mantan.
Kenapa dia jadi ganteng begini sih? Apa dia akan berkata… Ra, kamu aja yang menikah denganku ya? Aku gak bisa lupain kamu, aku masih sayang banget sama kamu…
“Ra???”
Foura tersentak dan sedikit malu dengan pikiran ngelantur yang baru lewat sesaat tadi. Foura dengan cepat menguasai diri. Dia terlatih menguasai dirinya di depan murid-murid SMA dan tentu saja menguasai mereka yang sekarang begitu kreatif ada aja kebandelan mereka, apalagi hanya di depan seorang cowok yang bertahun-tahun yang lalu pun suka gak berkutik di depannya. Berkali-kali dia putusin hingga cowok itu menyerah gak mencoba lagi mendekatinya.
“Please, Ra… bantuin ngemsi…”
Foura jadi menyesali kemampuannya yang satu ini meskipun sudah banyak memberi income tambahan untuknya karena side job ini, udah lebih dari beberapa ratus pernikahan dan acara lainnya yang menggunakan jasanya hampir tujuh tahun ini, tapi melakukan ini di pernikahan mantan sungguh sangat awkward, meskipun mantan yang ini udah gak ngaruh.
“Ampun Rol, aku kan tetanggamu, aneh aja aku yang ngemsi…”
Si calon penganten malahan masuk kamar dan duduk di tempat tidur. Astaga bisa ramai dunia pergibahan di lingkungan ini jika ada yang sampai nekad mengekori Jerol dan melihat ini. Memang sih si Jerol ini sering masuk lewat jendela dulunya (jangan ngeres ya pemirsa, masuk doang kok… gak ngapa-ngapain) jadi kamar ini tidak asing buatnya.
“Gak ada orang lain, Ra… aku sengaja gak nyari orang lain. Emang pengen kamu yang ngemsi kok…”
Sadis nih orang, andai masih ada sisa cerita di antara mereka mungkin dia akan mewek-mewek. Beneran ini mantan tersadis yang menginginkan mantannya menjadi MC di acara pernikahannya. Ada gak di dunia yang punya otak kayak Jerol?
“Aku bayar sesuai tarifmu kok Ra…”
“Gak gitu juga Rol…”
“Please Ra, udah mepet…”
Foura tanpa sadar duduk di sisi Jerol, ini percakapan terdekat dan terpanjang sejak mereka berdua jadi mantan.
“Kenapa sih gak siapin MC jauh-jauh hari sih..."
“Aku udah ngeliat banyak MC perform, gak ada yang seperti kamu. Please Ra, jangan nolak ya… ingat aja hubungan baik kita di masa lalu…”
“Ya astaga Erol, jangan bawa-bawa masa lalu napa? Cerita kita udah gak berarti bertahun-tahun ini. Kamu tahu, aku gak mau karena malas banget dengerin orang-orang gibahin kita berdua…”
Jerol terdiam lama lalu saat mereka bersitatap Fou mengerti satu hal, sorot mata Jerol masih sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Apa benar kata Jilly tadi, cowok ini masih menyimpan dengan baik cinta mereka? Fou menggelengkan kepalanya, situasi ini tidak benar, Jerol ada di kamarnya.
“Rol… sana, udah deket jam pemberkatan… tapi maaf aku gak bisa… sekali lagi maaf. Sekalipun aku gak apa-apa sebenernya, tapi jangan sadis dong, masa mantanmu ngemsi di nikahanmu… entar viral loh, apalagi ibu-ibu kompleks ini eksis medsos semua. Profesi aku guru, Rol… murid-muridku di usia labil semua, entar berita tentang aku jadi berdampak negatif buat mereka. Kamu tahu kan, sekalipun aku gak ngajar di kelas calon istrimu tapi dia tercatat murid di sekolahku… kamu bisa ngerti entar ceritanya bakal seperti apa kalau ada yang blow up…”
Jerol hanya memandangi Fou dengan tatapan sejuta misterinya, melihat tanpa berkedip gadis yang selalu ada di hati hingga sekarang ini.
“Ra… tau gak, kamu mantan terindahku, aku belum melupakan cin…”
“Jangan melankolis ahh… entar kamu nangis-nangis di sini…” Fou memotong.
Ini sudah gak bisa ditoleransi oleh Fou, dia punya akhlak dan moral seorang guru yang bener-bener harus jadi teladan, dan citranya sedang terancam cinta lama belum kelar milik Jerol.
“Apa sih… masa aku nangis depan kamu…”
“Iya kali mau ngulang masa lalu, tiap abis aku putusin suka nangis sambil teriak… Ra, aku pasti nikahin kamu, hehehe… gak nyangka kamu mau nikah sekarang, tapi bukan sama aku…”
Eh, si bu guru malah nostalgia. Tersadar kemudian…
“Sana… kamu udah ganteng banget, sana jemput pengantinmu…”
Fou terpaksa menyentuh Jerol, menarik tangan yang sedikit berotot, lengan panjang kemejanya menyatakan itu, lalu mendorong Jerol keluar kamarnya.
Astaga… ya ampun Jerol? Buatku kamu hanya mantan, gak ada embel-embel, gak ada indah-indahnya…
.
Dan rombongan pengantin pria bersama keluarga dan beberapa tetangga sudah pergi dengan beberapa mobil, menjemput penganten wanita yang gak tahu ada di belahan bumi mana, yang pasti mereka akan ke acara pemberkatan.
Suasana lorong agak sepi, tapi dua buah tenda di jalanan dan di sebagian halaman rumah Jerol sudah rapih. Kerjasama yang luar biasa dari para tetangga. Memang benar perkataan King Salomon, Lebih baik tetangga yang dekat dari pada keluarga yang jauh. Kursi plastik mereka Napol ly segala warna sudah rapih di atur beberapa deret di beberapa bagian, dan yang tepenting panstove berisi hidangan pesta sudah ada di atas meja.
Mau tidak mau Fou harus menata bagian pekerjaannya sendiri, mengatur sop buah dan puding buatannya di beberapa meja bulat khusus dessert.
“Foura… kamu menolak katanya ya jadi MC acara resepsi… kasihan loh…” Tante Dora menyenggol pinggang Fou.
“Tante Dora, di sini banyak kok yang bisa, kali ini aku bagiannya buatin puding sama sop buah, ngemsinya orang lain…
“Kalo MC untuk ulang tahun bocah sih semua bisa…”
Fou berpura-pura serius menata piring kertas dan sendok plastik kecil untuk wadah makan puding. Lalu sekelebat dia melihat seseorang yang datang.
“Pak Pala… gak ke acara pemberkatan?”
“Gak, Dora… tadi pak Herry minta saya jadi MC, mau persiapan… saya gugup sebenarnya ini, ini bukan upacara bendera… tapi saya sungkan menolak, siapa itu yang biasa jadi MC… bu guru itu, kenapa gak minta dia aja?”
Tante Dora di belakang Fou menunjuk-nunjuk Fou sambil berbicara tanpa suara, pak Pala teladan di kecamatan ini mendekati Foura setelah mengerti bahasa isyarat tante Dora.
“Bu guru… ahh, bu guru saja yang jadi MC ya, lebih cocok karena sudah profesinya bu guru itu… saya bukannya gak bisa, tapi ini banyak tamu dari luar, nanti mempermalukan lingkungan kita saja… tolong bu guru saja ya? Ah ini termasuk perintah dari pak Pala ya bu guru… saya sudah tidak bisa berhenti keringatan dari tadi ini, belum mulai acara saya sudah gugup begini.”
“Tapi pak Pala…”
“Ah bu guru jangan menolak, bu guru warga yang baik di sini, bu guru harus bantu saya ya… saya cukup sambutan pemerintah saja kalau pak Lurah tidak hadir. Saya mau ganti kemeja saya, sudah basah ini. Ah saya mau ikut acara pemberkatan kalau begitu… bu guru, saya serahkan acaranya sama bu guru. Ini nama-nama yang akan memimpin doa dan yang akan memberi sambutan mewakili keluarga.”
Pak pala lingkungan ini segera menyerahkan sebuah kertas lalu pergi begitu saja. Fou hanya bisa melongoh.
“Fou… sabar ya… kasihan kamu udah ditinggal nikah harus ikut sibuk juga...”
“Eh?? Tante mengatakan apa tadi?” Fou mulai panas.
“Yang sabar… kamu udah nungguin lama ternyata Jerol nikah sama yang lain.”
“Iya yang sabar aja, pasti kamu ada jodohnya nanti, yang lebih baik dari Jerol…”
“Iya udah bener kamu menolak jadi MC, entar kamu nangis-nangis… aduh masa mereka tega nyuruh kamu sih…”
“Kasihan banget kamu, harus melihat dengan mata kepala sendiri Jerol menikah. Sakit hati pastinya kan… yang sabar aja… sekarang waktunya move on…”
Ada beberapa ibu yang datang ke tenda dekat Fou berdiri, membawa panstove berisi makanan, dan membawah gibahan versi yang lain yaitu versi Fou yang gagal move on.
“Ehh? Aku baik-baik aja… seandainya ada yang gagal move on itu bukan aku, itu Jerol… kenapa ceritanya jadi gini?” Fou jadi emosi sekarang.
“Wajar kalau kamu nolak Fou… jangan mau dipaksa jadi MC, aku nolak juga seandainya kejadian yang sama terjadi pada diri aku… eh tapi sebenarnya semua warga pengennya si Jerol nikah sama kamu, kita gak rela dia nikah sama orang luar…”
Salah satu ibu masih bersikukuh dengan komen yang sama. Ternyata sebagian warga termakan cerita yang sesat. Fou memutuskan mengambil job dari si mantan, karena tak suka cerita yang telah bergulir.
Maka Foura langsung balik ke rumahnya masih ada cukup waktu untuk berdandan, dan dia pastikan akan meminta bayaran sama Jerol, gak ada gratis meskipun tetangga, ini gak termasuk kegiatan gotong-royong. Anggap aja membayar cerita-cerita yang bersileweran dan semakin tidak masuk akal. Saat rombongan pengantin datang, Foura sudah siap untuk melakoni pekerjaannya.
Mata Jerol segera mengenali Foura dengan tampilan stunningnya. Jerol mendekati Foura membiarkan si pengantin wanitanya. Vinzy melotot tapi tidak bisa mengikuti si suami berhubung orang bridal sudah mengarahkannya ke kamar untuk mengganti gaunnya.
“Ra?”
Jerol tersenyum sumringah, melihat dandanan Foura dia tahu Foura mau melakukan apa yang dia minta. Jerol menatap dengan tatapan terpesona, dia tak menatap pengantinya dengan cara itu tadi karena selalu bermimpi bahwa Fouralah yang akan menjadi istrinya
“Iya… jangan lupa transfer loh, gak gratis kali walaupun tetangga…” Fou menegaskan memutus tatapan Jerol padanya.
“Iya… pasti aku transfer.” Jerol masih senyum, hati yang sebenarnya gundah dengan pernikahan ini menjadi terhibur karena ada Fou.
“Tarif aku tiga ikat…”
Tiga jari bagian tengah tangan kanan Fou terangkat ke atas. Dia sengaja meminta lebih banyak dari biasanya.
“Tiga juta? Astaga Ra? Mahal amat?”
“Naik lima ratus doang, kamu banyak uangnya, kalau gak mau, aku batal…”
“Iya Ra… iya, jangan batal dong, aku pasti transfer.”
Jerol mengusap lengan Fou, salah satu tindakan sayang yang sering dilakukan bertahun-tahun yang lalu meninggalkan desiran di dada. Fou segera bergeser memutus kegiatan sang pengantin pria, matanya beredar ke sekililing, ada banyak mata memandang kepo, pasti jadi bahan empuk pergosipan.
.
🚥
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sri Astuti
kesiannya Foura
2023-06-30
0
Putri Minwa
kuat banget ya
2023-04-19
0
Bunda Titin
hahahahaha..........kita LG puasa Aby jd ga mau mikir yg ngeres2 nti puasanya batal........🤭😁
2023-04-05
1