Part 2. Gini Amat Jadi Mantannya

“Kenapa bukan kamu sih yang menikah dengan Jerol? Kamu itu terlalu egois makanya Jerol tidak betah sama kamu.”

Sekarang Fou tidak bisa menahan ini. Kenapa mengungkit kisah cinta monyet saat SMP, itu udah lima belas tahun, si mama pikir baru kemarin kejadian mereka putus?

Fou kesal dengan ‘ungkapan manis’ mamanya tentang mirisnya ‘jalan hidup perjodohannya’, maka Fou meninggalkan setrikaannya, masuk ke kamarnya, mandi dan keluar lagi dengan tampang masih kusut, niatnya ke mall aja. Setelah mengunakan helmnya Fou menjalankan motornya keluar dari halaman rumahnya dengan perlahan.

Minggu ini memang dia sudah menduga tentang pernikahan Jerol karena kesibukan sudah terlihat di rumah itu. Sekarang di jalan depan rumah sudah ada tenda terpasang menandakan pesta nikah si Jerol dilaksanakan di rumah ini saja.

Fou mengeluh, bakalan ramai dan bising dua hari ini. Biasanya jika ada acara di lingkungan ini yang punya hajatan pada nyewa musik dan soundsytem pasti dipasang dengan volume yang menghentak jantung dan nyaris merobek gendang telinga.

“Foura…”

Tante Anet mencegat Fou, Fou terpaksa berhenti.

“Ada apa tante Anet?”

“Tante mau minta tolong Fou yang tangani dessertnya ya… gak ada yang bisa, semua fokus bantuin masak makanan utama.”

“Oh??” Bibir Fou membulat.

“Nanti tante minta Jill bawah ke rumahmu bahan-bahannya. Buatnya di rumahmu aja ya… di rumah tante udah terlalu banyak orang.”

Tante Anet tidak menunggu Fou memberikan persetujuan, langsung pergi begitu saja masuk ke dalam rumahnya yang memang kelihatan sangat ramai dan sibuk.

“Ya ampun… kenapa harus aku sih?”

Fou merasa kekesalannya bertambah.

Kebiasaan di lingkungan ini setiap kali ada acara entah acara pesta syukuran termasuk acara dukacita warga akan bergotong-royong. Semua akan datang entah memang serius membantu atau serius bergibah, yang pasti jauh sebelum pesta ibu-ibu dan bapak-bapak yang gak ada kerjaan udah pada ngumpul untuk kegiatan meminjam barang-barang untuk digunakan, bersihin beras, bersihin bumbu masak, memasang tenda, bantuin ngedekor sampai bantuin memasak menu pesta, beneran gak butuh koki.

Sebenarnya ini hal yang positif karena bisa sepenanggungan dalam menjalani hidup. Tapi acara yang memang mengundang keramaian ini bakalan diadakan di depan rumah, jangan ditanya ribut dan ramainya nanti.

Dan asli hanya ada di sini, selama kesibukan acara mau sehari dua hari sampai tiga hari jalanan bakal ditutup untuk umum, kendaraan lain dilarang melintas gak bisa ada yang lewat kecuali warga di sini.

Fou menjalankan lagi motornya perlahan, dia harus segera pergi, malas banget harus terlibat dengan kesibukkan pernikahan si Jerol. Bahkan dia berniat pergi lama-lama, kalau perlu menginap di mana biar gak dituntut tante Anet untuk membuat makanan penutup. Aneh rasanya terlibat mengurusi pernikahan si Jerol karena predikat ini... mantan.

“Fou..." Istri pak Pala, bu Alsye meneriakkan namanya.

Alamak, udah ketutup helm dia masih dikenali juga, alamat gak akan bisa ke mall ini. Fou gak mungkin menambah kecepatan motornya karena ada banyak kursi dan meja panjang yang sudah menghalangi sampai ke tengah jalan. Bu Alsye sedang kerepotan menenteng barang-barang dari rumahnya untuk digunakan di sini.

“Kebetulan ada kamu… masih banyak barang di rumah, kamu ambilin semua ya?”

Bu Alsye sepertinya tidak peduli Fou hendak keluar punya aktivitas pribadi, ibu bertubuh lumayan besar itu segera pergi menuju rumah Jerol. Fou si bu guru yang cantik ini mana bisa melanjutkan keinginan hati untuk me time ke mall. Seperti ada hukum tak tertulis di lingkungan ini semua wajib terlibat membantu tetangganya.

Saat selesai memindahkan begitu banyak barang dari rumah bu Pala...

"Fou... piring-piring itu perlu dikeringkan, baru aja dicuci."

Sekarang tante Mira yang meminta bantuannya. Fou hanya bisa merelakan tangannya untuk bekerja.

"Pindahin dulu ke ruang dalam Fou, di sini udah terlalu sempit," tante Mira mengarahkan.

Pertama kalinya dia bisa masuk ke dalam rumah utama si Jerol. Karena hubungan mereka dulu, Fou gak begitu bebas keluar masuk rumah tetangga depan ini, hanya pernah mendatangi kamar Lingkan di bangunan sebelah yang khusus kost.

Bangunan rumah utama ini terpisah dari bangunan kost-kostan, dan kost-kostan milik keluarga Jerol yang terbesar dan termahal di kompleks karena fasilitas yang lebih mewah. Sekarang yang kost di sini kebanyakan dokter-dokter muda yang koas di rumah sakit daerah yang jaraknya dekat dari sini.

“Eh Fou… kenapa kalian bisa putus sih?”

“Tante Mira, itu udah lama sekali, gak usah dibahas dong.” Fou masih menjawab sopan walau hati ngedumel parah.

“Padahal ya tante Mira, kak Jerol cinta mati sama kak Fou ini.” Jilly berkata dengan santai.

Ya astaga mulut si Jill benar-benar harus dibelikan saringan. Fou melihat sekeliling, dia merasa tidak enak bila ada yang mendengarkan mereka. Tapi kan percuma juga, tante Mira ini bibirnya seperti toa di kantor kelurahan selalu siap mengumandangkan sesuatu dengan cara yang lebih indah.

Fou menoel lengan Jilly. “Jill… jangan ngomong sembarangan, entar didengar calon istrinya, bisa-bisa salah paham.”

Anak itu sedang berdiri manja bersandar pada Fou yang sedang mengeringkan ratusan piring yang akan digunakan untuk acara resepsi besok.

“Biarin, emang bener kok, kak Jerol masih sayang sama kak Fou. Aku juga gak suka sama Vinzy, manjanya itu… diiih. Aku maunya kak Fou yang jadi kakak iparku.”

“Ya ampun Jilly… jangan gitu ah, kita udah lama bubar, udah lima belas tahun tau gak? Kamu malahan belum lahir waktu itu, jangan diungkit-ungkit.”

“Aku ngomong fakta kak Fou, percaya deh.”

“Gak ada yang kayak gitu. Jerol nikahnya udah besok loh, dia pasti sayang calon istrinya, masa gak.”

“Yaa… kak Fou gak percaya sama aku… dibilangin juga…”

Sedikitnya perkataan itu mengusik hati Foura, tapi astaga ini sudah lebih satu dekade masih aja ada yang ingat dan membahas hal yang sudah terkubur.

“Jangan mengada-ngada Jill… kamu bakal punya kakak ipar yang cantik…” Fou mengatakan sambil menyenggolkan lengannya ke bahu Jilly.

“Diih begitu dibilang cantik. Kak Jerol terpaksa nikah sama si Vinzy tau gak…”

“Terpaksa gimana? Udah bayar di muka gitu, saat gituan mana ada lelaki yang terpaksa yang ada minta dobel porsi, lah giliran diminta tanggung jawab bilangnya terpaksa.” Tante Mira menimpali tanpa menyeleksi perkataannya.

“Ya astaga tante, si Jilly masih anak-anak tante ngomong kayak gitu… entar didengar Jerol sama tante Anet loh…” Fou menimpali.

“Badannya aja masih anak-anak tapi isi otaknya udah gak inosen…. ratu gibah juga dia ngalahin kak Ros yang di tipi. Lagian Anet sendiri yang ngomong kok, marahin Jerol di depan kita.” Tante Mira masih nyerocos. Bibir dan tangan sama giatnya.

Masa Jerol terpaksa? Fou menyimpan tanya dalam hati.

Fou malas untuk menanggapi lagi perkataan tante Mira dan memilih diam, ingin segera menyelesaikan pekerjaannya lalu menghilang diam-diam, sebab kerjaan gak akan habis jika dia terus ada di sini, dan pastinya gibahan sama banyaknya dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Begitulah, lingkungan ikut membentuk karakter seseorang dan kebiasaan diwariskan dari generasi ke generasi.

“Eh, masih ingat gak, si Jerol nangis-nangis depan pagar rumahmu minta balikan… itu berapa tahun yang lalu ya?” Tante Mira bicara lagi.

“Astaga tante… itu karena dia masih anak-anak. Aduuh lupain itu tante, entar didengar yang lain, aku gak enak tante,” sergah Fou kesal.

“Mir… hehehe, aku juga masih mengingat itu sampai heboh lorong kita, kirain si Jerol dipukuli papa si Foura, gak tahunya lagi mohon-mohon minta balikan… anak itu kayak dunia udah kiamat buat dia, hehehe.” Tante Monik singgah dan bergabung dengan tante Mira.

Mereka berdua tertawa-tawa berdua melanjutkan membahas si Jerol yang dulu yang memang cengeng.

“Aku juga masih ingat saat Foura diapelin cowok lain si Jerol ngumpulin anak-anak lorong mau mukulin pacarnya Fou… hahaha," giliran tante Moonik yang membagi nostaligianya.

“Ya astaga, tante…” Fou jengkel sekarang.

Fou masih mencoba bertahan, dia menggelengkan kepala, matanya melihat-lihat jangan-jangan ada di Vincy di sini, karena tadi pagi dia masih melihat calon istri si Jerol ini.

Saat matanya jelalatan mencari matanya kemudian terpaku pada sebuah figura besar di dinding, salah satunya berisi foto close up si calon pengantin. Dada Fou sedikit berdesir, di foto itu cowok itu terlihat sangat berbeda.

Ehh… dia ganteng di foto itu?

Fou seperti baru menyadari sesuatu. Dia terbiasa mengabaikan Jerol sehingga tak begitu peduli soal cowok itu, dan metamorfosis cowok itu luput dari perhatiannya.

Aku punya empat mantan dan ternyata dia yang paling ganteng, Fou membatin.

“Foura, kamu tau… Anet itu sebenarnya lebih suka kamu yang jadi menantunya…”

Fou menghembuskan napasnya tapi dia menahan galau sekarang, jadi penasaran dengan lanjutan kalimat itu. Sejujurnya dia selalu merasakan kehangatan dalam setiap perlakuan tante Anet padanya.

“Anet gak suka sama calon menantunya.”

“Si Vinzy kan malas banget, kamar kostnya paling berantakan, terus gak hormat sama mamanya katanya suka ngeliat Vinzy marah-marahin mamanya kalau orangtuanya datang ke sini…”

“Katanya sih si Vinzy itu punya banyak pacar juga, kamu lihat gayanya kan, suka menggunakan baju seksi… eh jangan-jangan emang udah bergaul bebas sebelum ketemu Jerol terus Jerol yang sial harus nikahin dia…”

Dua tante ini saling sambung-menyambung menyampaikan gosip terkini.

“Makanya, sampai tadi pagi masih ngomong… kenapa bukan Foura si yang nikah sama Jerol?”

“Hahh? Beneran tante Anet ngomong itu?” Fou terusik.

“Iya Fou, kamu gak tahu ya selama ini… Anet setiap kali kita nanyain tentang Jerol suka bilang kalau dia sering mendorong Jerol untuk balikan sama kamu… katanya kamu udah punya kerjaan bagus masa depan udah terjamin, PNS kan punya pensiun, katanya lagi udah ketahuan siapa kamu, cantik terus gak neko-neko, baik katanya perhatian sama orang tua, pokoknya menantu idaman banget,” jelas tante Monik panjang lebar.

Fou merasa tersanjung, tapi nalurinya mengingatkan dia, bahwa ini tidak baik untuknya. Kasihan juga dengan posisi Vinzy karena gadis itu siapapun dia tak lama lagi akan resmi jadi istri Jerol, jadi kurang baik jika mendiskreditkan si Vinzy.

“Ada yang ngomong tadi di belakang, berharap Jerol gak jadi menikahi Vinzy tapi menikahi Foura aja…”

Entah tante siapa yang mengucapkan kalimat halu itu, tapi Foura sudah ada pada limitnya menerima pergunjingan ibu-ibu ini, semua bibir di sini sedang mendapat kesenangan menyebut-nyebut dirinya dan dia tidak mau mendengarkan lebih banyak lagi.

Foura berdiri dan meninggalkan piring-piring yang sedang dikeringkannya, bodoh amat dia gak ingin membantu lagi. Langsung terasa gak enak banget punya mantan tetanggaan, cerita-cerita ‘indah’ dulu banyak yang diketahui warga satu lorong, dan apesnya dibahas-bahas saat sang mantan mau nikah sama orang lain.

“Foura… belum selesai ngelap piring loh, masih banyak,” teriak tante Mira.

“Eh… aku harus pergi, ada yang harus aku kerjakan.” Fou membalas tanpa menoleh lagi.

Gini amat jadi mantan si Jerol, sampai akhir hidupnya mungkin mereka akan terus ketemu bila gak ada yang pindah dari lingkungan ini, mau tidak mau cerita hidup tentang sang mantan akan selalu didengar telinga dan akan selalu dilihat mata, dan sialnya dia pun harus turut bersibuk ria atau paling tidak terkena dampak dari kesibukan pesta pernikahan seorang Jerol.

.

.

Terpopuler

Comments

Sri Astuti

Sri Astuti

emak" mmg luarbiasa klo sdh bergibah

2023-06-30

0

Putri Minwa

Putri Minwa

tetap semangat

2023-04-19

0

Bunda Titin

Bunda Titin

ini memang udh seperti budaya ya klo blm nikah di tanya kpn nikah klo udh nikah di tanya kpn punya anak trs aj ga ada berhentinya ............dan itu memang resiko punya mantan yg tetanggaan Fou hrs tebal telinga selalu di bandingkan jd ya hrs punya banyak stok sabar kamunya.......🤦🥴🤪🤭😁

2023-04-05

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1. Baru Dua Sembilan
2 Part 2. Gini Amat Jadi Mantannya
3 Part 3. Ngemsi di Nikahan Mantan
4 Part 4. Terlalu Mencintai
5 Part 5. Menantu Ajaib
6 Part 6. Terlibat atau Terkait?
7 Part 7. Bu Guru Cantik Sainganku
8 Part 8. Jalan Bareng Bu Guru
9 Part 9. Mantan Antik
10 Part 10. Menikmati Malam
11 Part 11. Kebaikan Hati
12 Part 12. Adik Tiri
13 Part 13. Istri yang Tersakiti
14 Part 14. Mamanya Elsie
15 Part 15. Family Time
16 Part 16. Sepuluh Langkah Maju?
17 Part 17. Jika Memungkinkan?
18 Part 18. Yang Pdkt dan Yang Nungguin
19 Part 19. Seratus Langkah Pdkt
20 Part 20. Masa Lalu yang Mengikuti
21 Part 21. Hanya Ada Jerol
22 Part 22. Si Mantan Versus Si Pacar, Mari Bersaing
23 Part 23. Gak Terima Kata Putus
24 Part 24. Cinta Setigita?
25 Part 25. Meminta Kesempatan
26 Part 26. Jika Hidup Hanya Bisa Mengikuti Alur
27 Part 27. Tanpa Antusiasme
28 Part 28. Yang Retak di Hati
29 Part 29. Jenzen, JP, Petra
30 Part 30. The Magic Baby
31 Part 31. Memilih dari Dua
32 Part 32. Hati yang Panas
33 Part 33. Yang Pernah Hilang
34 Part 34. Cinta yang Membawa Masalah
35 Part 35. Harus Buka Hati atau Harus Patah Hati?
36 Part 36. De Ja Vu
37 Part 37. Langkah Berani Jerol
38 Part 38. Cinta Gak Punya Kekuatan
39 Part 39. Hidup yang Diinginkan
40 Part 40. Menginginkan Kamu Jadi Istri
41 Part 41. Tunangan
42 Part 42. Gak Patah Semangat
43 Part 43. Persimpangan
44 Part 44. Semoga Langgeng Sampai Nikah
45 Part 45. Aku Akan Luluh
46 Part 46. Papa dan Putrinya
47 Part 47. Satu Demi Satu
48 Part 48. Menemukan Gerbang
49 Part 49. Lebih Fair tentang Petra
50 Part 50. Cerita yang Berbeda
51 Part 51. Lebih Tulus
52 Part 52. Aku Akan Bersabar Menunggu Cintamu
53 Judul Baru
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Part 1. Baru Dua Sembilan
2
Part 2. Gini Amat Jadi Mantannya
3
Part 3. Ngemsi di Nikahan Mantan
4
Part 4. Terlalu Mencintai
5
Part 5. Menantu Ajaib
6
Part 6. Terlibat atau Terkait?
7
Part 7. Bu Guru Cantik Sainganku
8
Part 8. Jalan Bareng Bu Guru
9
Part 9. Mantan Antik
10
Part 10. Menikmati Malam
11
Part 11. Kebaikan Hati
12
Part 12. Adik Tiri
13
Part 13. Istri yang Tersakiti
14
Part 14. Mamanya Elsie
15
Part 15. Family Time
16
Part 16. Sepuluh Langkah Maju?
17
Part 17. Jika Memungkinkan?
18
Part 18. Yang Pdkt dan Yang Nungguin
19
Part 19. Seratus Langkah Pdkt
20
Part 20. Masa Lalu yang Mengikuti
21
Part 21. Hanya Ada Jerol
22
Part 22. Si Mantan Versus Si Pacar, Mari Bersaing
23
Part 23. Gak Terima Kata Putus
24
Part 24. Cinta Setigita?
25
Part 25. Meminta Kesempatan
26
Part 26. Jika Hidup Hanya Bisa Mengikuti Alur
27
Part 27. Tanpa Antusiasme
28
Part 28. Yang Retak di Hati
29
Part 29. Jenzen, JP, Petra
30
Part 30. The Magic Baby
31
Part 31. Memilih dari Dua
32
Part 32. Hati yang Panas
33
Part 33. Yang Pernah Hilang
34
Part 34. Cinta yang Membawa Masalah
35
Part 35. Harus Buka Hati atau Harus Patah Hati?
36
Part 36. De Ja Vu
37
Part 37. Langkah Berani Jerol
38
Part 38. Cinta Gak Punya Kekuatan
39
Part 39. Hidup yang Diinginkan
40
Part 40. Menginginkan Kamu Jadi Istri
41
Part 41. Tunangan
42
Part 42. Gak Patah Semangat
43
Part 43. Persimpangan
44
Part 44. Semoga Langgeng Sampai Nikah
45
Part 45. Aku Akan Luluh
46
Part 46. Papa dan Putrinya
47
Part 47. Satu Demi Satu
48
Part 48. Menemukan Gerbang
49
Part 49. Lebih Fair tentang Petra
50
Part 50. Cerita yang Berbeda
51
Part 51. Lebih Tulus
52
Part 52. Aku Akan Bersabar Menunggu Cintamu
53
Judul Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!