Fou ada di salon langganannya. Dalam job tertentu dia butuh penampilan istimewa. Ketrampilan make upnya sudah lumayan tapi untuk edisi khusus dia butuh sentuhan profesional di bidang ini.
"Udah Fou, udah cantik kannn..." Mega, stylish yang menangani rambutnya selesai memberi sentuhan akhir.
"Makasih kak Meg... wah ini membuatku jadi gorgeous girl, hehe... Kak Meg memang selalu luar biasa..."
Mega yang baru aja resmi 'nyebrang' gen*der dengan oplas tersipu malu.
"Fou sih dasarnya emang sudah bagus, body bagus, muka apalagi... diapain aja cocok semua."
Ucapan mega membuat Fou melihat penampilannya. Memang sempurna, dia puas dengan make up kali ini, membuatnya confidence untuk job besar ini yaitu pernikahan seorang anak pejabat di kota ini.
"Fou, jadi ambil skin carenya kan..." Mega bertanya saat Fou menyelesaikan transaksi pembayaran untuk semua treatmentnya.
"Mmhm..." Fou berguman sambil menimbang-nimbang, perlu tidak membeli produk yang ditawarkan, terdengar menggiurkan hasil yang bisa didapatkan.
"Oke kak Meg, aku ambil semua, dikurangin ya harganya..."
"Skin care gak bisa ditawar Fou, udah harga nett itu..."
"Kasih bonus dong, skin care kok mahal banget sih..."
"Cantik itu mahal cinta, bentuk wajah kamu udah gak butuh oplas tapi butuh dirawat biar cantiknya bertahan sampai tua..." Mega menjawab sambil memilih jenis produk yang ditawarkan pada Fou dari lemari displaynya.
"Dipakai ya, jangan cuma jadi pajangan meja riasmu, aku jamin deh tiga bulan pemakaian teratur kulitmu berubah glowing dan lembut, aku bisa kasih testimoni soal itu," cerocos Meg yang piawai dalam merayu konsumennya.
Fou akhirnya mau membeli produk perawatan, terdorong karena sejak menemani Petra belanja waktu itu, Fou jadi merasa perlu untuk lebih perhatian pada tubuhnya terutama wajahnya. Makanya sepanjang hari ini dia ada di salon Mega mendapatkan semua treatment yang dijadikan tumpuan harapan semua wanita dapat melanggengkan kecantikan.
Selesai dari urusan salon Fou segera memesan taxi online untuk ke ballroom sebuah hotel bintang lima. Jaraknya kurang lebih dua kilometer aja dari sini, jadi dia masih punya cukup waktu sebelum acara.
"Kak Meg, kenapa susah dapet taxi online ya..."
Fou bertanya setelah tidak bisa mendapatkan satu pun dari tiga aplikasi yang menyediakan itu.
"Ah, iya Fou... Kamu gak tahu ya... hari ini ada de*mo sopir angkot, protes karena banyaknya taxi online membuat mereka sepi penumpang, mereka dibantu ormas... Takut mereka jadi anar*kis makanya hari ini gak ada taxi online beroperasi. Emang kamu ke sini naik apa tadi?"
"Aku numpang mobil anak kost. Aduuh, mana gak bawa motor... aku pulang aja ngambil motor dulu..."
"Naik motor rambutmu bisa rusak Fou..." Salah seorang asisten Meg mengingatkan.
"Ya apa boleh buat," Fou berkata pasrah.
Dia harus berangkat dengan cara apapun, dia punya tanggung-jawab untuk pekerjaan yang sudah diterimanya, apapun alasannya dia harus tiba di tempat pesta. Sekali saja dia mengecewakan yang menyewa jasanya, itu akan merusak reputasi namanya yang sudah diperhitungkan di dunia ini, karena saingannya banyak. Income tambahan dari mc pun begitu menggiurkan. Dalam sebulan dapat empat job saja dia sudah dapatkan sepuluh juta.
Dandanan sudah paripurna, tapi mau tidak mau Fou berjalan kaki pulang ke rumah. Lumayan jauh, ini di ruas jalan utama, dia harus masuk ke lorong sekitar dua ratus meter. Sebelum tiba di mulut lorong ke rumahnya, sebuah mobil hitam berhenti. Tanpa melihat Fou tahu itu mobil siapa.
"Ra..."
Foura malas untuk meladeni jadi dia tetap berjalan.
"Dari mana Ra?"
"Mau ngemsi ya?"
Dua pertanyaan Jerol tidak dijawab Fou, menoleh pun tidak. Dia sudah memutuskan tak akan meladeni Jerol. Mobil berjalan perlahan mengikuti kecepatan langkah Fou. Fou gak mungkin berjalan cepat karena gaun panjangnya bisa-bisa dia menginjak ujung gaunnya dan lagi dia memakai heels.
"Naik Ra... kamu kerepotan, kamu bisa keringetan dan itu bisa merusak dandananmu." Jerol kemudian menawarkan bantuan.
"Ra... atau aku anterin ke tempat acara... gak ada taxi online loh..."
Perkataan Jerol membuat Foura bimbang... Kenapa harus dia yang muncul saat lagi butuh mobil begini? Kenapa bukan orang lain, kenapa bukan Petra siiih?
"Ra... ayo... gak usah gengsi dong, aku pengen bantu kamu... anterin tetangga yang butuh bantuan gak salah kan..."
Fou berhenti berjalan, Jerol juga menginjak rem. Keduanya bertatapan dan Fou menemukan sesuatu di mata itu, kebaikan hati Jerol selalu bisa terlihat di sinar matanya yang selalu memancar tulus.
"Jangan macem-macem ya Rol..."
"Kapan aku pernah macem-macem sama kamu, Ra?"
"Soal nama anakmu??"
"Itu... Itu aku minta tolong sama kamu kan... kamunya gak mau..."
Suara Jerol yang rendah seperti bernada kecewa membuat Fou diam dan tidak ingin membantah dan memperpanjang soal itu. Ada desakan kebutuhan sekarang, dan setelah menimbang-nimbang, Fou lebih memilih menerima tawaran Jerol. Terserah jika ada yang menggosipkan itu nanti. Fou akhirnya membuka pintu di deret kedua mobil Jerol.
"Naik di depan Ra, banyak sparepart mobil di situ..."
"Pindahin, aku duduk di belakang."
"Ra... itu berat-berat dan jumlahnya banyak... duduk di depan sini, emang aku mau apain kamu di sini..."
Dengan muka ditekuk terpaksa Fou duduk di depan. Pikiran baik tentang Jerol melintas, sejauh yang dia ingat Jerol tipe cowok yang baik sebenarnya, sangat penyayang, Fou bisa melihat kedekatan Jerol dengan tante Anet, juga kedekatan dengan Jilly sang adik. Yang tidak pernah dia lihat adalah Jerol memperlakukan Vinzy sebagai istri.
"Hotel Arya*duttha."
Sebuah alamat pendek diucapkan Fou dan setelahnya Fou diam hanya menatap ke jalan, Fou tak ingin bercakap sekedar basa-basi walau Jerol tengah melakukan yang baik untuknya.
Perasaan sangat aneh berkumpul di dada antara enggan tapi butuh, enggan karena status Jerol tapi sekaligus dia merasa lega karena dia bisa ke tempat ngemsi dengan nyaman tanpa takut riasannya hancur.
Selama perjalanan Jerol membuktikan dia tidak macem-macem salah satunya dengan tidak mengajak Fou berbicara. Dia diam saja fokus dengan setir dan jalanan.
Saat berhenti di entrance lobby hotel, demi kesopanan Fou menoleh sebelum turun...
"Erol... makasih."
Jerol menganggukkan kepala saja, dia tak ingin mengatakan apa-apa karena dia sadar sekarang setiap kali terlibat pembicaraan dengan Fou yang dia terima dari Fou adalah kemarahan Fou padanya. Fou tak melihat pada Jerol lagi, setelah turun dia bergegas masuk.
Setelah menjalankan tugasnya, Fou keluar ke lobby hotel. Dia begitu exited dengan job kali ini, secara dalam job kali ini dia mendapatkan pembayaran double. Pihak keluarga sudah mentransfer sebelumnya sejumlah uang sesuai tarifnya dan tadi dia mendapatkan bonus di sebuah amplop dari pihak keluarga yang puas dengan performancenya.
Di lobby Fou duduk di salah satu sofa empuk berwarna merah maroon lalu membuka aplikasi untuk memesan taxi online, dalam beberapa detik mencari baru Fou ingat soal de*mo. Fou segera keluar hotel menuju jalan berniat mencegat ojek biasa.
Jalan telah sepi, acara tadi memang lumayan panjang, itu karena banyaknya sesi foto dan sambutan pernikahan yang panjang-panjang oleh beberapa orang top di provinsi ini. Fou menunggu lama gak ada ojek yang lewat.
Dan kali ini Fou terkejut saat mobil Jerol kembali berhenti di depannya. Fou membelalakkan mata. Apa dia tidak pulang dan sengaja menunggu Fou selesai acara? Astaga di saat dia kepepet, si suami orang lagi-lagi muncul menawarkan bantuan.
"Naik Ra, jangan banyak membantah sudah larut... aku sengaja nungguin kamu..." Dari dalam mobilnya Jerol berkata kalem membuat Fou mengganti ekspresi wajahnya.
"Kenapa kamu lakukan hal seperti ini Erol?"
"Gak usah drama, Ra... naik ojek gak aman malam begini dengan bagian atas bajumu terbuka seperti itu..."
Fou baru sadar, gaun yang dia sewa ini memang bisa dikategorikan sexy topless dress, dan Jerol ternyata memperhatikan itu. Walau hati gak mau tapi dengan alasan yang sama yaitu sangat butuh tumpangan maka Fou naik ke mobil tanpa sanggahan lagi.
"Apa kata orang nanti jika ada yang ngeliat aku turun dari mobilmu, turunin di ujung lorong aja."
"Udah malam Ra, ibu-ibu penggosip udah pada tidur kali, kamu turun di ujung lorong ada bapak-bapak di poskamling, sama aja... ada yang ngeliat juga."
"Tapi turun di depan rumah kita, kalau dilihat istrimu, pasti gempar lorong kita malam-malam begini."
"Dia gak ada, Ra... dia kabur..."
"Hah?? Serius? Kok aku gak denger diomongin ibu-ibu kompleks?"
"Barusan kok perginya..."
"Tau dari mana kamu, kamu bilang kamu nungguin aku sejak tadi..."
"Mama baru aja nelpon, mbak liat Vinzy keluar bawa koper dijemput orang katanya..."
"Kasihan sekali kamu, Rol..."
Fou hanya berbicara pelan seperti untuk dirinya sendiri. Entah kenapa, tiba-tiba rasa kesal di dada Fou berganti rasa kasihan, gak ada habisnya persoalan dalam pernikahan Jerol yang belum ada setahun. Tapi Fou kemudian menoleh pada Jerol, membaca raut wajah itu seperti datar saja tak ada ekspresi marah, galau, atau cemas. Ekspresi di wajah itu yang bisa segera ditangkap Fou adalah ekspresi lelah dan mengantuk. Fou tidak heran melihat rekasi Jerol.
Fou ingin bicara tentang penilaiannya terhadap rumah tangga sang mantan, tapi kemudian dia menjaga bibirnya untuk ikut campur, itu rana pribadi dari Jerol dia tak boleh menyampaikan apa yang ada di mulutnya mengenai Vinzy dan mengenai cara Jerol memperlakukan Vinzy. Posisinya rentan untuk jadi orang ketiga terutama jika mengingat beberapa ungkapan Jerol yang masih menyimpan cinta. Makanya sepanjang perjalanan Fou tidak bicara apapun.
Jerol sendiri sekalipun fokus pada setirnya tapi dalam hati Jerol menyusup rasa senang. Dia mendapatkan simpati dari Fou, walaupun simpati itu karena Vinzy. Sejak menikah dia memang tidak punya komitmen pada Vinzy selain hanya agar anak mereka memiliki ayah dan tidak dilahirkan di luar nikah. Dia punya tekad setelah anak itu lahir dia akan minta pisah. Kendalanya, papanya sangat menentang perceraian karena itu ditentang dalam keyakinan spiritual yang dipegang papanya. Mamanya walau diam tapi dia tahu tidak menyukai Vinzy.
Di kepala Jerol banyak hal yang ingin dia lakukan setelah ini.
Saat turun, kata yang sama diucapkan lagi oleh Fou.
"Makasih ya Erol..."
Bersamaan dengan itu sebuah mobil juga berhenti di belakang mobil Jerol dan Fou bisa mengenali mobil itu walau hanya dengan terang lampu jalan ditambah terang dari lampu pagar rumah Jerol. Itu mobil Petra. Petra masih menunggu mobil Jerol masuk ke halaman setelah itu baru dia bisa masuk.
Fou bisa melihat bahwa Petra sedang menatapnya. Fou bimbang sejenak, apakah mau menyapa atau masuk saja. Fou memilih masuk dengan mendorong pintu pagar rumahnya. Tidak ada alasan untuk bertegur sapa dengan pak dokter itu. Setelah momen belanja bersama dan berakhir ngobrol panjang lebar sambil makan es krim, setelah itu tak ada inisitif bertemu lagi, si dokter sibuk dengan dinasnya, tak ada chat atau telpon membuat Fou merasa bahwa dia tidak perlu berharap terlalu jauh.
Ketika hendak menutup pintu pagar dari dalam, seseorang menahan pagar besi hitam itu, dan itu tangan dari Petra.
"Hi..."
"Eh... Hi, dokter..."
"Lupa namaku, Ra?" Rupanya pria ini tidak suka dipanggil dengan nama jabatannya, padahal itu sudah melekat pada dirinya.
"Hehe... sama aja kan, toch aku gak melupakan orangnya..."
Petra tersenyum... senyum yang selalu indah di mata Fou.
"Dari mana?"
"Habis berenang, Petra..." Fou menjawab iseng.
"Hahaha... dari acara pesta?"
"Iya..."
"Bareng Jerol?"
"Hah? Eh kebetulan bertemu, gak ada taxi online beroperasi karena ada de*mo katanya, jadi aku memanfaatkan bantuan seorang tetangga..." Fou sedikit menjelaskan, walau mungkin gak perlu sebenarnya.
Sementara menjawab, Fou bisa melihat Jerol di depan pintu rumahnya menatap ke arah mereka. Dan saat menatap mata Petra, dia menangkap mata itu sedang memperhatikan bagian atasnya yang berpotongan rendah. Risih, Fou pun berputar sambil pamit...
"Aku masuk dulu."
"Eh sebentar Ra... aku..."
"Selamat malam pak dokter...
"Pagarnya?"
"Boleh bantu dorong pak dokter? Terima kasih ya?"
"Ra..."
Terlihat sekali pak dokter ini ingin menahan Fou entah untuk apa. Dan sekalipun dia mulai tertarik pada pak dokter Petra, tapi dia tidak ingin itu terbaca oleh Petra sekarang. Ada sesuatu yang membuat dia menahan langkahnya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sri Astuti
ya lah Fou.. jgn nampak jelas ya..😁😁
2023-06-30
0
Lucia Varash Waibakul
dikasih selow aja urusan nya dengan pak dokter, Fou. Gak usah terlalu baper. juga dengan Erol, biar tetap semangat ngeMC 🤭😄
2023-04-12
1
Bunda Titin
Fou serba salah memang.........dia ingin lbh peduli pada Jerol sebagai sahabat dan tetangga tp dia jg tkt akan ada gosip macam2 tentang mereka dan tkt jg Jerol akan salah faham mengira Fou membuka hati kembali untuknya...........aku penasaran di luar itu semua apakah Fou msh merasakan sesuatu pada Jerol atau memang udh ga ada rasa LG sama sekali............🤔🤔
2023-04-11
1