My Neighbor, My Ex?
Fou memperhatikan penampilannya, hanya mengenakan dress simple selutut berwarna hitam berlengan pendek yang menempel membentuk siluet tubuhnya. Wajah hanya mendapatkan sapuan tipis bedak, perona pipi untuk membentuk kontur wajahnya, serta alis yang diberi garis tipis hanya untuk lebih mempertegas bentuknya.
Fou mengambil sepatu hitam bertali setinggi lima senti lalu keluar dari kamarnya sambil menjepit tas tangan hitam yang kecil.
“Mau ke mana Fou?”
“Ke nikahan temanku, ma…”
“Siapa?”
“Lingkan, yang pernah tinggal di kost depan.”
“Teman guru?”
“Teman kuliah, ma…”
“Ahh… mama tidak begitu ingat teman-temanmu, tapi seingat mama temanmu sudah banyak yang menikah, kamu pacar aja gak punya.”
Mama mulai lagi dengan keluhannya soal Fou yang belum menikah juga.
“Umurmu sudah dua puluh sembilan Fou, dua adikmu sudah melangkahimu…”
Fou menghembuskan napas dengan kasar.
“Baru dua sembilan, ma.”
“Baru? Tahun yang lalu baru dua delapan ma... alasanmu sama setiap tahun.”
“Iya iya nanti, ma…”
“Kapan? Makanya jangan terlalu pemilih.”
Fou dengan cepat mengunci tali sepatunya supaya bisa segera berangkat untuk menghindari pembahasan basi yang selalu menyakiti perasaannya.
Kenapa perempuan di umur seperti dirinya yang dibahas banyak orang adalah status yang masih single? Apa begitu hina jika perempuan mengskip konsep pernikahan dari hidup? Apa memang perempuan itu wajib menikah? Apa ada karmanya kalau tidak menikah? Lagi pula bukan dia yang terlalu pemilih, memang sekarang tidak ada pria yang nyangkut di hati jadi gak mungkin ada yang datang melamar dirinya.
Fou atau panjangnya Foura tanpa sadar menghentakkan kakinya dengan kesal, berjalan keluar dari lorong rumahnya. Sesampai di perampatan yang menurun tajam, Fou baru ingat untuk memesan mobil online. Dengan dandanan seperti ini dia gak mungkin pergi dengan motor maticnya.
Baru membuka aplikasi sebuah mobil berhenti di sampingnya. Fou hanya melirik sebentar dan menggeser tubuhnya lebih ke tepi tapi mobil itu tidak bergerak.
“Kak Foura? Mau ke nikahannya kak Lingkan?”
“Eh? Jil? Iya…”
Kaca mobil hitam itu sudah diturunkan, Fou bisa melihat beberapa orang di dalamnya. Ternyata mobil tetangga depan rumah, dan yang barusan berbicara adalah anak bungsu di keluarga itu, tetangga di mana si Lingkan dulu pernah ngekos.
“Bareng kita aja, kak… naik di belakang…”
“Hah?” Memang siapa yang menginginkan kursi depan? Fou membatin.
“Buruan… tempatnya jauh, entar kena macet kita… di sana nanti susah dapet parkiran.”
Si sopir berkata sekarang, itu kakak si Jilly, Jerol namanya. Fou segera membuka pintu sebelum pemilik mobil melesatkan mobilnya, lumayan dia menghemat sekitar delapan puluh ribu rupiah, itu baru sekali jalan dengan mobil online bertarif paling murah, aula tempat pesta si Lingkan memang cukup jauh.
Ada mamanya Jilly dan seorang cewek yang gak dikenalnya, si cewek memandang Fou dengan muka sebal yang sangat kentara karena harus bergeser posisi mungkin. Fou bersikap bodoh amat, siapapun dia. Yang terpenting bukan dia yang memaksa ikut mobil ini.
“Malam tante Anet…”
“Malam Foura… mamamu gak ikut?”
“Hanya aku yang diundang, tante…”
“Oh begitu," tante Anet mengangguk maklum.
“Vinzy, kamu juga gak diundang… kenapa ikut sih?”Jilly memutar kepala ke arah belakang, si anak SMP ini belum bisa memfilter perkataannya.
“Huss Jilly?” tante Anet memajukan badannya dan tangan kirinya memukul bahu Jilly.
“Mama? Sakit ihh…”
“Gak papa tante," gadis di sebelah Fou menjawab dengan suara seperti terjepit.
“Umurmu berapa sekarang Foura? Si Lingkan seumuran denganmu kan?” Tiba-tiba tante Anet bertanya.
“Eh?? Iya, tante…”
“Berapa umurmu sekarang?” Tante Anet mengulangi pertanyaannya.
Aduuh, hati Fou mulai terasa diremas.
Sekarang dia sensitif saat orang menanyakan umurnya, terlebih ini sedang otewe nikahan teman, serasa jadi perempuan yang gak laku-laku dan yang tereliminasi dari bursa jodoh. Gak ada pertanyaan lain yang lebih intelek dan lebih berbobot kah?
“Fou dua sembilan ma, dia satu tanggal lahir denganku kan, hanya beda tahun kelahiran aja, aku lebih tua setahun.”
Ehh? Ada yang membantu menjawab, dan kejutannya dia masih ingat informasi pribadi Fou. Fou meringis. Mungkin karena Jerol itu mantan dan tanggal ulang tahun memang sama, tapi Fou sendiri jujur udah lupa tentang hal ini.
Saat menoleh ingin melihat reaksi tante Anet Fou melihat lirikan sebal si Vinzy. Fou meringis dalam hati, feelingnya langsung menangkap sesuatu, cewek ini mungkin pacarnya si Jerol yang sebal karena Jilly menguasai jok depan dan sebal karena pacarnya mengatakan sesuatu tentang cewek lain.
“Ah kalian berdua siapa yang duluan menikah? Kalian udah pantas menikah dengan umur kalian ini...” Tante Anet entah mengeluhkan siapa sebenarnya, anak sendiri atau anak tetangganya?
“Kami yang duluan," suara si Vinzy dengan volume yang agak tinggi.
“Eh?? Kamu mau menikah Vinzy? Tante jangan gak diundang loh... semua anak yang kost di rumah tante selalu mengundang tante saat menikah. Siapa calon suamimu? Tapi bukannya kamu baru kelas dua SMA?”
Fou terusik, jangan-jangan salah satu muridnya? Kemungkinan anak ini bersekolah di SMA Negeri tempat dia mengajar karena anak ini kost di lingkungannya. Fou melirik memperhatikan, dia gak mengenali Vinzy, mungkin murid kelas Reguler, murid ada ribuan dan dia mengajar di kelas Binsus.
Fou tertawa dalam hati, si anak ingusan ini tadi bersikap sinis padanya.
“Aku nikahnya sama kak Jerol.”
Si cewek berkata dengan emosi, mungkin dia mengharapkan Jerol mengatakannya. Matanya terlihat menatap emosi punggung Jerol yang cuek mengendarai mobil.
“Hahh??? Apa?” Tante Anet terbatuk karena tersedak, kaget tentu saja.
Fou juga kaget, astaga si Jerol demen sama anak SMA?
“Kalian pacaran?” Tante Anet penasaran jadi meskipun masih ada sisa batuk dia segera bertanya.
”Aku hamil tante.”
“Hahhh????” Suara tante Anet seperti menjerit, dengan kaca mobil yang tertutup sedikit memekakkan telinga. Tante Anet terlihat shock.
Jerol menginjak rem mendadak lalu menoleh ke belakang.
“Vinzy?”
Jerol setengah teriak, mimik wajah kaget juga tersirat di wajahnya, Fou apalagi, si cewek ingusan berkata dengan berani di depan mereka.
“Aku hamil kak, dan itu anak kak Jerol.”
Jerol kemudian menepikan mobil ingin memastikan apa yang disampaikan Vinzy. Dia dan Vinzy memang tidak pacaran tapi mereka beberapa kali terlibat keintim*an. Anak kost itu datang sendiri ke kamarnya dan dia terjebak hasratnya sendiri. Tapi dia tidak berpikir jika itu akan berakibat seperti ini.
“Apa yang kamu bilang barusan?”
“Aku hamil kak, dan kak Jerol gak boleh menyangkal kalau itu perbuatan kak Jerol. Aku udah bilang kan kemaren?”
“Aku kira kamu bohong!” Ada emosi dalam suara Jerol.
Jerol melihat ke arah Fou, mata mereka beradu, Jerol mendadak merasa kehilangan muka di hadapan Fou, ini aibnya dan Fou harus tahu di detik pertama.
“Aku gak bohong,” suara si Vinzy semakin tinggi.
Fou merasa menyesal menerima tawaran naik mobil bersama mereka, dia merasa salah posisi dan terlebih tidak ingin masuk dalam situasi milik tetangga ini. Fou memalingkan wajah menatap sisi jendela, di luar pemandangan sudah sangat buram karena gelap malam telah merajai. Fou memperhatikan kelap-kelip lampu di jalan dan mulai menimbang-nimbang langkah selanjutnya.
Dalam hati Fou gak menyangka Jerol akan seperti ini, dia tahu ketatnya didikan di keluarga mereka. Fou juga merasakan hatinya sedikit terusik, entah perasaan apa ini.
Turun aja kali ya? Fou membatin.
“Aku udah curiga tuh setiap kali lihat si Vinzy selalu ada di sekitar kamar kak Je… astaga, ngincar kak Je ternyata. Licik banget," Jilly berkata dengan suara tajam.
“Jill!! Jaga mulutmu!!” Tante Anet juga mulai bertambah emosinya.
Fou segera memutuskan... "Maaf tidak tepat kalau aku terus ada di sini, makasih ya…”
Fou turun segera menjauh dari mobil Jerol, menjauh dari masalah tetangganya, dia cukup telah mendengar sedikit saja dan tak ingin mencari tahu lebih banyak apalagi mencampuri, dia bukan member ekslusif geng gibah ibu-ibu kompleks. Fou jadi menyesali, kenapa tidak menggunakan motornya saja…
.
🪵
.
“Fou, si Jerol mau menikah. Kenapa kamu ketinggalan sih? Di lorong ini sepertinya tersisa kamu aja yang belum nikah padahal umur udah semakin tua.”
Astaga punya mama seperti ini, gak ada bosan-bosannya mengatakan tema yang sama sehari-harinya.
.
Besoknya dan besoknya lagi...
“Apa yang salah sama kamu sih? Kamu udah punya kerjaan, PNS lagi, kamu gak jelek juga kan, kamu cantik Fou, tapi kenapa belum nikah juga, apa yang salah sih? Kamu terlalu judes kayaknya makanya cowok enggan mendekatimu.”
Sepertinya mama tidak akan berhenti sebelum Fou menikah. Informasi Jerol akan menikah membuat mama terintimidasi, jauh di lubuk hatinya dia masih menginginkan Jerol berjodoh dengan Fou, dulu selalu mendorong Fou untuk balikan lagi dengan Fou.
Dan seperti biasa Fou tidak terlalu menanggapi, dan hatinya juga tidak terdorong untuk segera mencari atau membuka diri. Dia abai bahwa untuk mamanya dia ada di usia kritis. Fou bukannya pernah gagal dalam cinta atau diselingkuhin lalu trauma, dalam setiap hubungannya Fou yang lebih dahulu mengakhiri. Fou hanya keasikan being single, itu aja dan ada di fase tak peduli dengan kesendiriannya.
Kondisinya biasa, dan menilik sejarah umat manusia dari abad ke abad, ada saja perempuan meskipun cantik secara fisik pintar dan bertalenta tapi terpinggirkan dari arus ‘berpasang-pasangan’ sehingga tetap sendiri sampai usia tertentu.
.
Sebulan kemudian…
“Fou besok Jerol menikah, aduuuh di lorong ini mungkin tersisa kamu aja yang belum menikah… padahal mama berharap kalian berjodoh, tapi sekarang gak ada harapan lagi…”
"Mama?"
O em ji.... Fou hampir melempar setrika di tangannya. Dia sedang menyetrika pakaian mereka berdua. Ini hari sabtu, hari libur tapi hari untuk membereskan rumah bagi si Fou, si mama keranjingan nonton sinetron, kerjaan mama hanya memasak, sehari-hari itu aja kegiatannya. Urusan membenahi dan merapihkan rumah adalah bagiannya Fou.
Dua adiknya sudah pindah bersama suami, dan mama membiarkan papanya hidup berbahagia dengan selingkuhannya dengan syarat gaji papa dikuasai mama. Mama punya passive income karena halaman samping dibangun kost-kostan dua lantai dengan delapan kamar. Fou dan si mama sudah berdamai dengan keadaan si papa, dan seharusnya mereka hidup dengan tentram saja.
Tapi begitulah… menikah dan umur yang semakin beranjak tua untuk Fou menjadi isu pokok di pikiran sang mama.
“Kenapa bukan kamu sih yang menikah dengan Jerol? Kamu itu terlalu egois makanya Jerol tidak betah sama kamu.”
"Kapan mama berhenti sih? Bosan tau gak disuruh nikah terus? Gak usah mama menyebut nama Jerol ma.... "
Sekarang Fou tidak bisa menahan ini. Kenapa mengungkit kisah cinta monyet saat SMP, itu udah lima belas tahun, si mama pikir baru kemarin kejadian mereka putus?
Siapa yang bisa membanggakan kisah cinta pertama yang lebih banyak nyakitin karena si Jerol mata keranjang, semua yang cantik-cantik di sekolah dipacarinya tanpa bilang putus, bolak-balik mengatakan sayang setiap kali pengen jalan bareng lagi dengan Fou dan mengaku balikan karena bosan dengan pacar lain.
Dan cinta monyet itu sekarang tidak bersisa di hatinya. Setelah lebih dewasa, kadang masih bertegur sapa sewajarnya sebagai tetangga, dan di mata Fou sekarang si Jerol bukan seseorang yang diinginkan lagi, tak ada desiran, tak ada perasaan apapun, enggan menyimpan kenangan apapun, hanya seorang tetangga saja. Dia tidak pernah lagi memperhatikan Jerol sekalipun rumah mereka berhadapan.
Dan hari-hari ini topik tentang Jerol jadi trending di lingkungan ini. Berharap warga terutama ibu-ibu di lingkungan tidak mengingat kisah-kisah ‘aneh’ mereka dulu dan menjadikan itu topik pergibahan.
.
🚥
.
Hi… cerita baru ini muncul karena Aby ikut tantangan menulis tiga puluh hari. Semoga bisa lolos aja gak ada bolongnya... hehehe, dan semoga readers suka…
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Salsa Sal
selalu suka dengan cerita Aby, tapi karena nemunya telat, jadi bacanya juga telat hihi
2024-07-07
0
Sri Astuti
wah baru nemu tulisan Aby lagi.. sukses sist
2023-06-30
0
cha
aku kira fou mau nglempar setrikaan ke muka mamanya sangkin sebalny...rupanya cuman naro doang🤣🤣
2023-06-02
0