Fou heran melihat mamanya berdandan pagi-pagi memakai kebaya. Rambut panjang yang masih tebal dan rajin dirawat ditata sendiri hanya diangkat poninya telah membuat mama terlihat cantik apalagi make up yang diaplikasikan sedikit mencolok, itu sudah membuat mama berbeda.
Dibandingkan dengan Fou, mama Silvia lebih peduli dengan penampilannya sehari-hari. Bahkan di rumah aja mama jarang memakai daster kecuali di dalam kamar. Begitu keluar kamar pagi-pagi mama sudah terlihat segar dan rapih. Dan satu yang membuat Fou suka gemas dengan mamanya, sepatu atau sandalnya semua di atas lima senti, di dalam rumah aja mama memakai sandal bersol tinggi. Dan Sepatu mama berderet-deret, kadang Fou suka memakai sepatu mamanya saat ada job MC.
Di lingkungan ini di antara para ibu-ibu, boleh dibilang mama yang paling cantik, makanya Fou heran bisa-bisanya hati papa berpindah ke wanita lain.
"Mama mau ke mana?"
Fou bertanya sambil membereskan tas kerjanya.
"Hari ini ada serah terima jabatan, papamu jadi kepala di nas lagi..."
"Mama... kenapa selalu jadi istri yang bodoh sih? Mau aja mengikuti keinginan papa. Mama udah bukan istri papa!"
Setiap kali rotasi jabatan, papa selalu memohon mama yang mendampingi, ini yang membuat Fou marah karena mamanya tidak pernah menolak.
"Ini acara resmi, Fou... mama masih istri papa loh, emangnya bisa si hugelnya papa mendampingi? Bisa-bisa papa gak dapat jabatan kalau pak*gub tahu..."
"Ya udah, biarin si papa tanpa istrinya, biarin juga kantor tahu kelakuan papa, bagus papa gak punya jabatan lagi biar tahu rasa kenapa selingkuh nyakitin istri nyakitin anak!"
Suara Fou hampir berteriak di depan sang mama. Emosi Fou naik pagi-pagi ini. Papa lama gak muncul di sini, dan ketika papa muncul lagi membawa Nando, kompleks ini langsung heboh. Hari-hari ini giliran keluarganya yang menjadi topik utama pembahasan dan gaungnya udah bukan secara bisik-bisik, langsung konfirmasi sama Fou dibicarain orang-orang di depan Fou. Itu makanya Fou gak nyaman, dan pagi ini mama bertingkah menjadi istri yang berbakti.
"Jangan seperti itu Fou, papamu memang punya prestasi kerja yang baik, kalau masih dipercaya seharusnya kamu bersyukur."
"Aku malas bahas papa, yang aku gak mengerti itu sikap mama? Kenapa jadi perempuan yang lemah sih? Terus-menerus disakiti masih aja mau menerima, masih aja bersikap baik sama papa, gimana papa gak bertindak seenaknya. Mama gak boleh kompromi lagi dengan kelakuan papa!"
Fou termasuk anak yang gak rela melihat mamanya menangisi suami saja, Fou ingin mamanya bersikap tegas, bahkan kenapa gak pisah aja?
"Mama udah pernah bilang Fou, papa selamanya akan tetap jadi suami buat mama."
"Aku gak ngerti ma, gak ngerti sikap mama." Dongkol, Fou berkata ketus pada mamanya.
Fou meninggalkan mama di ruang tengah itu, dengan dandanan yang sudah seperti itu pasti mama gak masak sarapan. Fou terbiasa mengisi perut sebelum ke sekolah. Maka Fou mengambil sereal peninggalan si adik tirinya. Adik tiri yang punya kelakuan ajaib tapi manis untuk Fou, dia memilih meninggalkan semua snack yang dibeli Fou di sini, katanya dia akan sering ke sini jadi itu buat stok jajanan di sini aja biar kak Fou gak repot, ahh anak itu jadi sesuatu buat Fou padahal baru beberapa kali bertemu.
Tapi sekarang dia sedang marah pada sang mama berkaitan dengan si papa dan secara tidak langsung itu juga berkaitan dengan si WIL nya papa dan muaranya si adik tiri itu. Entah kenapa kesalahan satu orang yang kena getahnya banyak orang, kemarahan jadi berantai.
Sementara Fou makan sereal yang dicampur susu coklat, si mama Silvia duduk di depan Fou.
"Fou..."
Fou diam tak menatap mamanya, mereka hanya berdua di rumah ini sejak lima tahun belakangan. Adik-adiknya nikah muda, malah Eillen si bungsu gak menyelesaikan kuliahnya, hanya dia yang tahu berapa banyak jumlah airmata sang mama.
"Fou, papa sedih kamu gak pernah mau bicara dengannya. Dia tetap papamu, Fou... cobalah buka hati lagi untuk papa." Mama berkata lembut.
Fou hanya melihat mamanya sepintas, gak ingin menanggapi, dalam hati bertekad gak akan seperti mama terlalu gampang dirayu sang papa, dia juga gak mau punya pria yang kelakuannya seperti papa. Memang belakangan papa rajin datang ke sini bersama Nando, dan Fou tidak bersikap ramah sama sekali, hanya Nando yang diladeninya. Dan sekarang mama meminta dia menyambut papa di sini?
"Kamu tahu kenapa mama mau menyabar-nyabarkan hati? Kamu pikir mama bertindak seperti ini tanpa berpikir?"
Mama masih berkata lembut akhirnya memutuskan memberikan penjelasan untuk anak tertuanya ini...
"Mama gak mau rugi banyak dan membiarkan hugelnya papa hidup nyaman merampas semua yang menjadi hak mama dan kalian. Dulu mama emosi, marah gak mau bertemu papa, bahkan minta pisah. Tapi kemudian mama sadar, papa masih produktif, si hugel itu yang enak dong hidup nyaman sementara mama yang sudah banyak berkorban untuk papa... udah diduain terus gak dapat apa-apa."
Fou menyimak setiap kalimat sang mama. Baru sekarang mereka duduk berdua membahas hal ini, baru sekarang dia mendengarkan isi hati mama tentang si papa.
"Mama tidak kompromi papa selingkuh Fou, mama tidak lemah, tapi kalau mama menjauh semua uang papa dikuasai si hugel itu. Karena itu mama bisa memegang buku dan atm gaji papa. Si hugel papa kasih modal usaha dan mereka hidup dari itu. Dia harus kerja keras, mama ongkang kaki di rumah. Dia hanya memiliki tubuh papa, tapi papa kerja keras gajinya untuk kita... semua gaji papa Fou. Karena itu mama harus hadiri acara pelantikan papa, sekarang tunjangan jabatan papa bertambah, dan hanya beberapa tahun lagi papa pensiun, mama tidak ingin itu diterima si hugel."
Mata Fou membulat mendengarkan alasan si mama, sangat materialistis... Fou berpikir mama bertahan karena sangat mencintai papa.
Tapi saat Fou mencari bola mata sang mama, Fou lihat sesuatu, masih ada luka di sana. Mungkin cinta tetap ada dan justru karena cinta dia membiarkan suaminya memuaskan hasrat terliarnya yang tidak ingin dikekang atas nama cinta dan membiarkan papa tapi dengan persyaratan seperti yang dijelaskan sang mama.
Fou hanya melihat sebuah misteri di balik luka itu, mungkin ini semacam balas dendam terselubung seorang istri yang dikhianati?
"Ayo... kamu hampir terlambat, papa juga sedikit lagi menjemput mama... baik-baikin adikmu Fou, dia menyukaimu... malah minta sama papa buat tinggal bersama kita, si hugel sibuk dengan toko grosirnya gak ada di rumah, kasihan dia hanya berdua si mbak katanya..."
Fou menatap mama dengan rasa heran, lalu menemukan sesuatu tersirat dalam mimik wajah itu, jangan-jangan mama sedang memainkan kartu yang lain dari trik balas dendamnya? Mungkinkah mama yang lembut penyuka sepatu dan sinetron ini otaknya bisa memikirkan balas dendam atau?
Di depan pagar saat hendak mendorong pagar yang tertutup seseorang membantunya. Dari balik helm yang sudah nangkring cantik menutupi kepalanya Fou tersenyum, itu si pak dokter yang punya senyum magnetis. Fou menatap beberapa detik, menikmati senyum yang menghalau galaunya pagi-pagi.
"Pagi, Ra..."
Petra menyambut Fou di gerbang itu dengan gaya seolah mereka sangat akrab sekarang, berdiri begitu dekat dengan tatapan menghujam mata Fou. Fou menghindari tatapan dengan naik ke atas motornya.
"Pagi pak dokter..."
"Susah ya menyebut Petra aja?"
"Hehehe..."
Fou hanya tertawa mendengarkan protes yang konsisten dari si dokter.
"Mau berangkat ke sekolah, Ra?"
"Gak pak dokter, mau ke kebun binatang..."
"Hahaha... Memang di sini ada kebun binatang ya?" Si dokter tertawa renyah.
Aduhh hati Fou serasa mau meledak, tapi dia tahu bagaimana meredam rasa senang mendengar suara tawa itu, segera Fou bersikap biasa.
"Ada kok, di Aertembaga..." Fou menjawab tenang.
"Serius ada?"
"Serius... tapi maaf ya, aku udah telat..."
Fou segera tancap gas meninggalkan si dokter yang akhirnya hanya bisa mengikuti Fou dengan pandangannya. Gadis yang membuat si dokter penasaran, bersikap akrab tapi secepat kilat menjauh lagi.
.
.
Cuacana benar-benar tidak bisa lagi diprediksi, saat berangkat sekolah langit biru kemilau tanpa awan segaris pun, sinar matahari menyengat sepanjang hari membuat ruang kelas juga begitu panas padahal ada alat pendingin ruangan. Dan sore ini tiba-tiba hujan disertai angin, Fou lupa membawa jas hujan. Fou sedang mengarah menuju bagian lain kota ini, hari ini ada jadwal memberikan les privat, dia telah membersihkan diri dan berganti baju di sekolah tadi.
Fou berteduh di selasar sebuah ruko kosong dan bersamaan dengannya ada dua orang, sepertinya sepasang kekasih, yang juga berteduh. Mereka berdua berdiri tak jauh dari Fou. Hujan tidak sekeras tadi, mungkin sebentar lagi hujan berhenti.
Lalu berselang beberapa waktu di sana Fou mendengar pasangan di sebelahnya bercakap. Fou memaklumi saja melihat keduanya saling perhatian bahkan saling menempel dan ada kalimat-kalimat bersifat intim di antara mereka, Fou hanya bisa senyum.
"Aku belum boleh hamil kata perawat, baru sebulan lebih aku melahirkan."
"Iya... iya, nanti kita mampir beli kndm."
Oh... ternyata suami istri pikir Fou memaklumi kenapa dari tadi percakapan mereka seperti itu, walaupun sepintas Fou melihat mereka masih sangat muda.
Menikah muda, batin Fou.
"Gak kangen anakmu?" Si pria bertanya.
"Itu anak kita... dia mirip kamu, rambutnya kriwil-kriwil kayak kamu." Si wanita menjawab.
"Mereka gak curiga?" Si pria lagi.
"Gak tahu, kelihatannya mereka sayang." Si wanita lagi.
"Kenapa tinggalin dia kalau itu anak kita?"
"Emang kamu bisa beli susunya? Bisa beli diapersnya? Kamu aja beli pulsa minta sama aku..."
Fou mulai merasa heran mendengarkan isi percakapan itu, mulai ada yang aneh.
"Biarin aja dia di sana, lagi pula udah tercatat di akte papanya adalah Jerol. Dan aku lihat sebulan ini si Jerol sayang sama anak itu, ya udah buat dia aja."
Fou terperanjat saat mendengar nama Jerol disebut. Fou lalu memperhatikan si wanita itu...
Oh ya ampun... Ini Vinzy, dan anak itu? Astaga.
Fou kaget dan tidak tahu akan bereaksi seperti apa mengenai apa yang didengarnya. Ini sebuah hal besar dan dia harus tahu tentang ini lebih dahulu dari pada orang lain, bahkan mungkin Jerol dan keluarganya gak tahu?
Belum terdengar isue apapun tentang ini, ibu-ibu penguasa berita di lorong dan di poskamling masih senang bergunjing tentang mama dan papanya serta tentang Nando. Dan Fou merasakan sebuah perasaan yang entah bagaimana menjabarkannya, hanya dia gak mengerti kenapa ada waktu di hidupnya dia sepeti dibawa harus melintas pada hal-hal tentang Jerol.
"Kenapa sih kamu cepat-cepat pergi tinggalin rumah itu? Kan sayang tiap bulan kamu dapet uang banyak dari mereka..." Si pria bertanya lagi.
"Aku udah gak tahan... terutama sama Jerol, sejak nikah benar-benar gak peduli sama aku... Aku sakit hati gak dianggap istri, ya udah aku denger kamu putus sama Olan... aku ngajak kamu balikan, kamunya mau..."
Ini lagi suara istri yang tersakiti selain mamanya tapi beda langit dan bumi cara penanganannya, yang ini masih sangat muda dan tidak dewasa, bahkan dasar pernikahannya pun tidak kuat. Fou hanya mengeluh dalam hati, dan mulai merasa ngeri membayangkan pernikahan.
"Aku masih marah kamu nikah loh..." Suara si pria lagi.
"Ya kan aku hamil, kamu gak bisa tanggung jawab... jadi ya aku cari aja orang yang bisa..."
"Tapi kamu duain aku..."
"Diih sama aja, kamu juga selingkuh..."
Keduanya terus bercakap di samping Fou sampai akhirnya hujan reda dan kemudian pasangan itu berangkat lebih dahulu dengan motor yang meninggalkan suara knalpot yang bising, tanpa bisa mengenali Fou, bahkan mungkin gak memperhatikan kehadiran Fou di sana.
.
Hi.... dukung terus cerita ini yaaaa. Maafkan suka gak balas komen, soalnya nulis dua judul di antara tugas di RL, semoga dimaklumi.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Sri Astuti
miris bener sm Vinzy.. udah rusak tuh bocah
2023-06-30
0
ein
mama Fou pinter.. hehe..
2023-04-14
1
Bunda Titin
aku memahami sikap mama Fou,. klo di tanya kok rela di perlakukan seperti itu sama suami malah ga mau di cerai ?? udh tentu ga ada yg rela ya udh pasti sakit hati ..........tp kita perempuan mikirnya jauh ke dpn klo kita di cerai kita ga dpt apa2 sementara kita ga kerja dr mana kita membiayai kebutuhan setiap hr dan jg sekolah anak mungkin terkesan matrealistis tp menurutku logis.........kita yg pertama jd kita yg berhak atas semua milik suami termasuk gaji dan segala macam.........dia berani berselingkuh jd hrs berani tanggung akibatnya membiayai selingkuhannya tanpa mengurangi jatah kita.........terkesan jahat ya tp itu sepadan menurutku, kita melakukannya jg demi anak dan jg demi kita sendiri..........maaf ini pendapatku aj lho..............,🙏🙏😊
2023-04-13
1