"Mas, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." ucap Amanda, mendatangi Ashraf di ruang tamu malam itu. Saat Ashraf terlihat sedang sibuk di hadapan laptopnya.
"Katakan saja ada apa." jawab Ashraf, sambil terus fokus pada laptopnya.
"Bapak dan mamaku saat ini sedang membutuhkan uang. Siapa lagi yang mereka mintai tolong kecuali aku. Aku pun tidak ada orang lain yang bisa aku mintai uang kecuali dirimu. Karena kamu adalah suamiku. Aku hanya minta uang sebanyak 3 juta untuk aku kirimkan kepada kedua orang tuaku. Mereka sedang butut sekarang." ucap Amanda pada sang suami Ashraf.
Ashraf yang tadinya fokus pada laptopnya. Kini menjadi menghentikan aktivitasnya sejenak.
Ashraf mencoba mencerna kata-kata Amanda yang minta uang untuk ia kirimkan kepada kedua orang tuanya.
Ashraf nampak menghela nafas panjang. Dan sejurus kemudian ia menoleh dan memandang ke arah sang istri.
"Kamu tahu kan keuangan ku seperti apa. Dan kamu juga tahu kan slip gaji ku berapa. Aku saja tak mengambil banyak dari hasil gaji ku. Aku sudah berikan semuanya untuk mu. Untuk membayar sewa rumah ini dan kebutuhan kita sehari-hari. Dan kamu juga tahu kan jika aku masih punya tanggungan terhadap anakku Jasmin. Bukannya aku tidak mau menolong orang tua mu. Tapi kamu juga harus tahu keadaan keuangan ku. Itu saja yang sekarang ini aku prioritas kan. Aku tidak punya uang lebih sebanyak itu untuk si berikan ke orang tua mu, jadi maaf. Aku belum bisa bantu." jelas Ashraf pada Amanda.
"Bukannya mas hampir sebulan ini lembur. Pasti ada uang lemburannya kan mas. Aku juga tidak pernah minta uang lebih sama mas sebelumnya. Baru kali ini saja minta uang untuk di berikan ke orang tuaku. Selama ini mas selalu pulang jam sepuluh, kadang sampai jam dua belas, bahkan pernah jam satu pagi. Aku pikir mas ada uang lebih. Dan aku hanya ingin minta uang itu untuk membantu perekonomian keluarga ku." jelas Amanda masih bersikeras.
Mendengar hal itu, Ashraf menjadi sedikit emosi. Pasalnya, Amanda sudah mulai lancang dan ngotot.
"Amanda, bukankah kamu masih punya saudara yang lain. Kenapa orang tuamu tidak meminta saudaramu yang lain. Kenapa hanya kamu yang dimintai tolong. Saudaramu itu lebih kaya dari kita, harusnya mereka yang lebih membantu. Bukan aku tidak mau bantu. Hanya saja keuangan kita saat ini belum stabil."
"Masalahnya mereka tidak mau tahu dengan kondisi kedua orang tuaku mas."
"Maaf, aku belum bisa bantu."
"Untuk kali ini gunakan dulu uang Jasmine. Pasti mbak Emily mengerti." ujar Amanda. Sontak saja ucapan Amanda membuat Ashraf terkaget. Karena sang istri mulia berani membahas uang nafkah untuk anaknya, Jasmine.
"Aku sudah katakan, aku tidak bisa Amanda. Dan kamu jangan pernah sekalipun mengungkit soal uang nafkah anak ku. Aku akan tetap memberikannya pada Jasmine sesuai tanggal setiap bulannya. Karena nafkah untuk dirinya juga prioritas dan penting bagi ku."
"Jasmine tidak akan kekurangan. Ibu nya sudah lebih dari berkecukupan. Harusnya kamu jelaskan pada Emily jika keruangan mu sebenarnya tidak mampu untuk membayar uang nafkah yang setiap bulannya hampir 5 juta. Dan uang untuk Jasmine saja itu sudah setengah dari gaji mu mas. Jika mas berat dengan uang nafkah sebesar itu. Harusnya mas tidak usah paksakan jika uang nafkah untuk Jasmine itu terlalu besar dan mas ngk mampu. Kamu bisa berikan setengahnya kan. Kebutuhan kita jauh lebih penting mas." tutur Amanda, dengan sedikit meluapkan emosinya soal uang.
Karena menurut Amanda. Dirinya selama ini sudah cukup bersabar dengan keuangan Ashraf yang seolah dia tidak prioritaskan kebutuhan rumah tangganya.
Melainkan Ashraf nampak berjuang mati matian untuk anaknya saja. Sedangkan untuk dirinya sekedarnya.
Amanda tau, Emily punya gaji yang besar dan mereka juga sudah hidup nyaman. Tinggal di rumah milik Ashraf yang sengaja ia tinggalkan untuk anak dan mantan istrinya.
"Mas, mas kan sekarang sudah menjadi suamiku. Kita sudah kehidupan punya rumah tangga sendiri. Seharusnya mas pikirkan itu juga. Mas juga harus prioritaskan rumah tangga kita. Aku tahu mas masih punya kewajiban untuk menafkahi putrimu. Tetapi mas juga tidak bisa mengabaikan begitu saja kebutuhan kita mas. Aku tahu mas wajib memberikan nafkah kepada Jasmine. Masalahnya terkadang mas terlalu fokus pada kebutuhan anak mu saja. Padahal jauh dari itu, kita yang dalam keadaan pas pas an ini juga butuh uang lebih mas. Tidak hanya untuk bayar sewa rumah dan makan saja. Jika mas mati matian cari lebih hanya untuk anak mu, mana untuk ku, mana untuk kita."
"Cukup Amanda!" bentak Ashraf.
"Aku merasa sama sekali tidak menikmati pernikahan kita ini." imbuh Amanda lagi.
"Stop!"
Ashraf kini melayangkan pandangan tajam ke arah Amanda.
"Kamu sudah berani ya berkata seperti itu padaku. Kamu sudah melampaui batasan mu." ucap Ashraf, memandang Amanda dengan tatapan tajam.
"Maaf mas, jika aku tidak sopan. Aku hanya ingin mas tau apa yang aku rasakan. Beberapa bulan ini. Mas selalu pergi pagi pulang malam. Rumah seolah hanya untuk tidur dan beristirahat. Mas hanya kerja, kerja dan kerja. Tidak memikirkan aku dan jarang tanya kabar ku di rumah. Mas selalu berfikir bagaimana caranya bisa tetap kasih jatah anak mas dg nominal yang cukup besar. Bagaimana mas bisa memberikan uang lebih kepada ku jika mas selalu prioritas dia. Padahal dia masih ada ibunya. Kenapa mas kenapa tidak bilang saja jika keuangan mas tidak seperti dulu. Bahkan aku selama 6 bulan ini rela hanya diberikan separuh dari gaji mas. Jika dibandingkan aku dengan Jasmine. Nafkah yang diberikan mas sama Jasmin itu jauh lebih besar dari uang yang mas berikan untuk ku."
"Cukup Amanda, aku bilang cukup. Jangan bawa bawa mantan istri ku dalam setiap perdebatan kita. Jangan pernah membandingkan dirimu dengan putriku."
"Ingat mas, mas sudah tidak punya hubungan dengan mantan istrinya mas. Mas hanya punya hubungan dengan Jasmine."
"Pergi ke kamarmu atau aku yang meninggalkan rumah ini sekarang. Jangan bicara sepatah katapun lagi. Karena aku sekarang sedang marah dengan mu. Cepat ke kamar!" seru Ashraf, yang kemudian mengarahkan tangan telunjuknya ke arah kamar. Yang mengisyaratkan Amanda untuk pergi ke kamar.
Tahu saat ini sang suami sedang marah. Amanda kemudian langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
Yang penasaran kisah rumah tangga Emily dan Ashraf bisa baca Dear my husband 🥰🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
KUNCORO'S Days
Ooooo.... kabur dulu ke sana ah...
2023-04-20
1
momnaz
mangkanya aku penasaran.. kok gk ada cerita tentang Rumah tangga Asraf-emily ternyata ada novel nya sendiri..waah kebalik donk..ini aku baca nya..thks udah di info kak..🤭
2023-04-14
1