Ketika Ashraf mencium keningnya. Amanda merasa bahagia karena hal semacam itu tidak sering Ashraf lakukan jika Amanda tidak mengingatkannya.
Berbeda dengan dulu, Amanda sering melihat Ashraf menciumi kening Emily saat mereka sedang joging di sekitar kompleks.
"Hati-hati ya mas berangkat kerjanya." ujar Amanda, sambil melambaikan tangan kepada Ashraf ketika suaminya itu sudah menjalankan motornya untuk pergi ke kantor.
Di sepanjang perjalanan menuju kantor. Ashraf nampak berpikir keras.
Bagaimana tidak, uang yang saat ini ia miliki yang masih ada di tabungannya sebenarnya adalah jatah nafkah yang harus ia berikan pada Jasmine putrinya.
Tapi di saat yang bersamaan, ia juga dituntut untuk bisa segera membayar uang kontrakan rumah yang ia tinggali dengan Amanda.
Sedangkan kedua-dua kebutuhan itu pun sangat penting bagi Ashraf.
Meskipun ia saat ini sudah tidak lagi bekerja dengan gaji yang besar. Ashraf tetap berusaha untuk bisa memberikan nafkah kepada Jasmin.
Dengan membiayai sekolah dan keperluan anaknya tersebut.
Jika dibuat perbandingan. Jasmin yang saat ini bersekolah di swasta yang cukup mahal biayanya. Sebenarnya sangat berat bagi Ashraf jika harus menyisihkan uangnya untuk membayari biaya sekolah Jasmine.
Tapi sebagai seorang ayah yang tetap harus memberikan nafkah kepada anaknya, mau tida Ashraf tetap dan ingin konsisten membiayai sekolah Jasmine
Meskipun biaya sekolah Jasmine memakan separuh dari gaji yang ia terima saat ini.
Ashraf dihadapkan pada situasi yang sangat krusial. Antara membayar kontrakan terlebih dahulu dan ia akan telat memberikan nafkah kepada Jasmine putrinya. Atau ia telat membayar kontrakan dengan konsekuensi mungkin sang pemilik kontrakan akan marah dan mengusirnya.
Karena Ashraf tahu sang pemilik kontrakan orangnya sedikit keras dan di awal perjanjian sudah di sepakati jika ada keterlambatan lima hari saja mereka harus segera pergi meninggalkan rumah itu.
Sebuah situasi keuangan yang sulit bagi Asraf.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Setibanya di kantor, Ashraf langsung memulai pekerjaan.
Karena ada sesuatu yang harus ia bicarakan dengan Emily. Sepertinya Ashraf harus berbicara dengan mantan istrinya itu.
Karena sang mantan istrinya tidak menyimpan nomor ponselnya. Karena ia sudah memblokir nomor ponselnya. Otomatis Ashraf tidak memiliki kontak nomor Emily.
Dan satu-satunya cara untuk bisa berkomunikasi dengan Emily adalah mendatangi kantor Emily atau mendatangi rumahnya.
Saat jam makan siang nanti. Ashraf ingin menemui Emily untuk menyampaikan suatu hal penting yang Ashraf ingin sampaikan kepada Emily.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Dan akhirnya, pada jam makan siang itu. Ashraf mendatangi kantor Emily dan mengirimkan pesan kepada resepsionis kantor untuk menyampaikan bahwa ia ingin bertemu dengan Emily.
Di perusahaan tempat Emily bekerja. Emily menjabat jabatan yang sangat penting di perusahaan itu. Semua karyawan yang ada di perusahaan itu pasti sudah sangat kenal Emily.
"Bu ada yang ingin bertemu dengan anda. Namanya Pak Ashraf, dia sedang menunggu di lobby kantor."
Emily yang saat itu masih sibuk di depan laptopnya. Nampak menghela napas berat. Karena mantan suami ingin bertemu dengannya.
Dalam hati Emily berpikir dan penasaran. Untuk apa Ashraf ingin menemuinya. Padahal ia sudah berpesan kepada Ashraf jika tidak ada sesuatu yang penting ia tidak ingin menemui mantan suaminya tersebut.
Karena Ashraf sudah datang ke kantornya. Mau tidak mau Emily pun harus menemui sang mantan suami.
"Suruh dia ke coffee shop yang ada di lobby kantor. Aku akan menemui dia di sana." ucap Emily kepada office boy yang memberitahu informasi untuknya.
"Baik Bu, saya akan sampaikan kepada pak Ashraf untuk menunggu ibu di cafe."
Emily kemudian membereskan pekerjaannya. Dengan membawa ponsel dan dompetnya. Emily berjalan meninggalkan ruang kerjanya dan menuju coffee shop yang ada di lobby gedung perkantoran tempat ia bekerja.
Emily sudah melihat Ashraf tengah duduk di salah satu kursi yang ada di coffee shop.
Sebenarnya ia tidak mau bertemu dengan pria yang telah membuat ia sakit hati itu.
Tidak mengucapkan salam atau apapun. Emily langsung duduk di salah satu kursi yang ada di hadapan Ashraf.
Dengan tanpa basa-basi, Emily langsung berkata.
"Ada apa kau ingin menemuiku?" tanya Emily seperti biasa dengan nada culas.
Dalam hati Ashraf sebenarnya sangat bahagia. Karena ia bisa melihat raut wajah sang mantan istri. Yang sampai detik ini masih sangat ia cintai.
Dan kebersamaan seperti ini membuat Ashraf bernostalgia. Ia merasa hangat meskipun ia tidak bisa lagi menyentuh wanita yang telah melahirkan anak untuknya tersebut.
"Jika tidak ada sesuatu yang tidak penting, aku tidak akan kemari. Aku ke sini untuk membicarakan sesuatu. Aku harap kau memaklumi keadaan ku."
"Bicara saja ke intinya. Aku tidak ingin membuang waktu ku." Ucap Emily, bicara tanpa memandang wajah Ashraf. Ia bicara sambil mengarahkan pandangannya ponsel miliknya.
Tetapi Ashraf sendiri tidak ingin membuang kesempatan. Dia terus memandangi wajah cantik Emily dan melepaskan rasa rindu terhadap wanita yang masih sangat ia cinta itu.
"Seharusnya hari ini adalah tanggal di mana aku harus memberikan uang nafkah seperti biasa pada Jasmine. Aku hanya ingin bilang. Aku tidak bisa memberikan uang nafkah itu secara full. Aku baru bisa berikan setengahnya. Karena saat yang bersamaan. Aku sedang membutuhkan uang hari ini, untuk membayar uang sewa rumah ku. Aku hanya bisa memberikan separuh dari uang yang biasanya aku berikan kepadamu." ucap Ashraf, sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisikan uang nafkah untuk anak mereka Jasmine. Ashraf kemudian menyerahkan amplop tersebut kepada Emily.
Paham dengan maksud sang mantan suami. Emily kemudian tersenyum getir.
"Jika kau memerlukan uang itu untuk membayar sewa rumah kontrakan mu, tidak perlu lagi kau memberikan uang nafkah untuk Jasmine yang hanya setengah itu. Aku tidak menerima uang nafkah di cicil. Karena uang yang kau berikan itu tidak cukup untuk membiayai uang bulanan sekolah dan keperluan Jasmine." jawab Emily tegas.
"Lalu aku harus bagaimana Emily. Aku tidak punya cukup uang untuk memberikan full. Aku janji, aku akan upayakan secepatnya untuk membayar sisa nya." sahut Ashraf.
"Bukan masalah kecilnya uang yang kau berikan kenapa aku masalahkan itu. Harus kamu konsisten. Dari awal aku sudah bilang. Aku tidak memaksa mu yang tetap memberikan nafkah pada Jasmine. Tapi karena kamu dah kekeuh ingin berikan nafkah pada Jasmine, bahkan kau berjanji. Aku hanya menagih janji mu. Dan sekarang, baru berjalan beberapa bulan saja kau sudah mau abay. Bagaimana kamu bisa membiayai nafkahi Jasmine sampai anak itu dewasa." ucap Emily penuh penekanan.
"Jika untuk biayai hidupmu saja kamu masih kekurangan. Jangan memaksakan diri untuk memberikan uang kepada anakmu. Meskipun kau bertanggung jawab untuk menafkahinya. Jangan biarkan pelacur itu kelaparan dan kau tidak mempunyai tempat tinggal gara-gara kau memberikan uang mu pada Jasmine. Aku tidak mau karena alasan nafkah untuk Jasmine malah membuat kalian ribut. Aku tidak mau anak mu di salahkan. Karena bagi ku, menafkahi Jasmine kecil bagi ku."
Betapa kata-kata Emily langsung mengenai mental Ashraf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Marlinda linda
good emly suatu ucapan yang sangat bagus yaitu pelacur
2023-04-13
0
Tina Nine
makany pikirkan kalau ingin berhianat...Ashraf..
2023-04-06
2
Tina Nine
seberapan pun di berikan orang tua yg sudah bercerai terima la,,karna keadaan sudah berbeda em3ly,,walau tak sesuai perjanjian di pengadilan..
2023-04-06
1