Rasa bersalahnya Ashraf pada Jasmine

"Jasmine, kok diam saja. Ayo habiskan sarapan mu. Nanti kita telat." ucap Emily memperingatkan Jasmine untuk cepat menghabiskan sarapannya pagi itu. Saat Emily memperhatikan putrinya nampak murung.

"Aku malas sarapan ma. Aku tidak lapar." ujar Jasmine, kini ia justru beranjak dari duduknya dari meja makan. Kemudian Jasmine berjalan menuju ruang tamu dan duduk di salah satu sofa yang ada di sana.

Dalam keadaan seperti ini, biasanya Emily sangat berhati-hati jika ingin bertanya tentang perasaan sang putri.

Emily bisa membaca dari wajah Jasmine jika ia terlihat sedih. Sepertinya bada sesuatu yang Jasmine pikirkan. Mungkin ia sedang rindu ayahnya. Karena ia kecewa, rasa rindu itu berubah menjadi rasa risau.

Emily nampak menarik nafas panjang. Mengambil sebuah tissue untuk membersihkan mulutnya. Emily kemudian berjalan ke arah Jasmine. Yang saat itu duduk dengan melipat kedua tangannya ke dadanya.

Duduk tepat di samping sang putri, Emily kemudian merangkul bahu anak gadisnya tersebut.

"Sayang, ada apa? Berbagilah sama mama tentang apa yang kau rasakan." tanya Emily lembut.

"Tidak ada ma." jawab Jasmine singkat. Dengan masih memperlihatkan wajah sedihnya.

Emily kemudian diam sejenak.

"Mama mau bertanya, kamu jawab dengan jujur ya. Apa Jasmine rindu sama ayah? Apa Jasmine ingin bertemu dengan ayah?" tanya Emily lagi l, sangat berhati-hati saat ia mengucapkan kata-kata itu.

"Tidak. Aku tidak kangen sama ayah. Aku juga tidak ingin bertemu dengan ayah. Aku hanya sudah tidak betah tinggal di sini lagi ma. Apalagi saat aku melirik rumah sebelah itu. Aku tidak suka. Aku sedih karena dia telah mengambil ayahku." ucap Jasmin, yang baru kali ini ia mengungkapkan perasaannya.

Bahkan Jasmine mengucapkan kata kata itu penuh dengan penekanan.

Memahami dengan apa yang dimaksud Jasmine dan apa yang menyelimuti perasaannya. Membuat Emily sedikit terpukul dengan kejujuran perasaan sang putri.

Kesehatan mental sang anak bagi Emily adalah segalanya.

Jika memang Jasmine ingin pindah dari komplek perumahan ini karena sang putri sepertinya memiliki trauma juga dengan rumah sebelah. Yaitu rumah Amanda. Di mana perempuan itu telah mengambil ayahnya, membuat Emily berpikir jika mungkin pindah rumah adalah tindakan yang tepat untuk mengurangi sedikit beban kekecewaan dan juga sakit hati yang dialami oleh sang putri.

"Jadi Jasmine mau pindah dari rumah ini." tanya Emily memastikan.

Emily senang, jika putrinya jujur dengan perasaannya.

Jika Jasmine terbuka dengan dirinya. Hal itu bisa mengurangi trauma yang anak itu rasakan.

Jika keinginan sang putri ingin pergi meninggalkan rumah yang saat ini mereka tempati. Emily pasti akan mengabulkannya. Dan ia sama sekali tidak keberatan untuk pindah rumah.

"Iya ma. Setiap kali aku berada di rumah ini hatiku sedih. Tidak hanya sudah tidak ada ayah lagi di rumah ini. Tapi jika aku menoleh ke samping, ke tetangga sebelah itu. Aku jadi ingat wanita itu ma. Dan aku sangat marah padanya. Karena dia mengambil ayahku." celoteh Jasmine.

Mendengar kata kata yang keluar dari mulut sang putri. Membuat Emily merinding.

Setrauma itu Jasmine dengan perceraian ke-dua orang tuanya.

"Baiklah, Mama akan pikirkan nanti. Mama akan cari tempat tinggal baru untuk kita." jawab Emily dengan lembut, dan menentramkan.

Emily ingin mengembalikan kepercayaan diri dan juga semangat putrinya.

Dua hal itu akan jadi prioritas Emily jika bisa mengembalikan kepercayaan diri dan keceriaan Jasmine.

Dan Emily pikir, ia tidak perlu menjual rumahnya. Mungkin ia bisa menyewakan rumah yang ia tinggali saat ini.

Toh finansial Emily saat ini jika untuk membeli rumah baru yang sederhana juga mampu.

Bagaimanapun, rumah itu adalah rumah kenang-kenangan yang ia beli bersama Ashraf dari nol, dari mereka awal menikah sampai mereka memiliki Jasmine.

Terlepas dari memori buruk yang ia rasakan bersama Ashraf. Rumah itu juga banyak menyimpan kenangan indah.

Dulu saat mereka masih suami istri. Kebutuhan dari a sampai z memang Ashraf yang memenuhi. Sehingga uang yang dicari oleh Emeli benar-benar utuh.

Jadi sepeninggal Ashraf, finansial Emily tetap stabil.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Kabar tentang keinginan sang putri yang ingin pindah dari rumahnya kini telah sampai di telinga Ashraf.

Kabar itu sangat memukul hati Ashraf. Ia merasa sedih dan sangat merasa bersalah atas semua yang dirasakan oleh putrinya. Karena hal sedih dan trauma yang dirasakan putrinya akibat ulahnya sendiri.

Sudah hampir 6 bulan Asraf belum bisa bertemu dengan Jasmine. Lantaran Emily melarangnya untuk bertemu dengan putrinya.

Tidak hanya di larang oleh Emily. Sebab Jasmine sendiri juga belum mau untuk bertemu dengan dirinya. Benar benar membuat Ashraf frustasi.

Kehidupan berumahtangga yang sangat berbeda Ashraf rasakan. Dan itu memberinya banyak pelajaran.

Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!