Married With Duda
Perempuan dengan rambut kuncir kuda tengah duduk merenung di depan sebuah supermarket terbesar di kota itu, dia merenggut kesal. Bagaimana tidak? Saat dia ingin melamar pekerjaan malah ditolak mentah-mentah oleh pemilik Supermarket tersebut.
"Maaf Kak, lowongan nya sudah ada yang mengisi, jadi Kakak terlambat sedikit saja," ucap ramah pegawai Supermarket yang bertugas di bagian kasir.
"Jika sudah ada yang ngisi, kenapa tulisan butuh pegawai baru itu masih dipajang depan pintu?, kan orang lain jadi tertipu termasuk saya, mbak ini PHP sekali. Udah sini mana CV saya," dengan galak perempuan itu merebut map berwarna biru langit tersebut.
"Sekali lagi kami minta maaf Kak, akan saya cabut sekarang," pegawai kasir tadi segera berjalan ke arah pintu dan mencabutnya agar hati sang pelamar yang ditolak merasa lega. Kenyataan yang sebenarnya bahwa sampai sekarang belum ada yang ngisi pekerjaan tersebut, jadi kesimpulannya pegawai kasir tadi bohong.
"Kok kamu tolak perempuan tadi? Kita kan memang kekurangan pegawai loh," salah satu temannya yang bertugas di bagian angkut barang merasa heran, padahal mereka butuh banget sekarang ini.
"Bos bilang, pegawai baru harus lulusan S1, tadi aku lihat CV kakak itu dia hanya lulusan SMP, aku coba tanya tentang ijazah SMA nya, katanya saat SMA dia putus sekolah," bisik pegawai kasir itu agar tidak didengar.
"Huh jaman sekarang, apa-apa harus S1. Padahal cuma pegawai Supermarket syaratnya mewah banget," rekannya tadi hanya ngedumel gak jelas dan berlalu pergi. Oke sekarang mbak-mbak pegawai kasir jadi merasa bersalah akan hal tadi.
"Aku harus cari kerja di mana lagi? Baru juga satu hari sudah tiga kali ditolak, dengan alasan inilah itulah, orang-orang kok pada ribet banget ya tinggal terima aja apa susahnya sih," Reyna perempuan pencari kerja masih tidak terima jika harus ditolak untuk yang ketiga kalinya, ini sebenarnya kali pertama dia cari kerja semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia satu tahun yang lalu, saat mereka masih hidup kondisi ekonomi Reyna terjamin sekali karena sang Ayah adalah sekertaris sekaligus manajer di Perusahaan ternama di kota saat itu, tetapi hal yang tidak diinginkan terjadi, ternyata selama ini Ayah Reyna ketahuan mencuri uang Perusahaan dengan nilai yang tidak bisa dihitung dengan jari, setelah pemilik Perusahaan mengetahui itu dia segera memerintahkan para algojo nya untuk mencari rumah keluarga Reyna untuk tenggung jawab, dan saat itu juga keluarga Reyna beres-beres dan akan segera menghilangkan jejak dari kota ini karena Ayah Reyna tau pemilik Perusahaan akan menyusulnya ke sini, tanpa pikir panjang mereka segera mengangkut barang-barang mereka dan bergegas pergi, Reyna dan sang Ibu yang tidak tau akar permasalahan ini hanya menurut saja, karena percuma bertanya jika yang didapatkan hanya bentakan dan paksaan.
Ayah Reyna membawa mobil ugal-ugalan setelah sadar ada tiga mobil hitam mengikutinya dari belakang, ketiga mobil itu tak kalah cepat sehingga bisa menyalip mobil Ayah Reyna dan berhasil menghadanganya di depan, dengan cepat Ayah Reyna membanting setir untuk menghindari mobil hitam yang sudah siap siaga di depannya, alhasil mobil yang ditumpangi Reyna menabrak pembatas jalan dan menimbulkan suara yang sangat keras. Saat itulah kali tetakhir Reyna dapat melihat kedua orang tuanya lagi, dalam mobil hanya dia yang selamat setelah mendengar wasiat terakhir dari sang Ayah sebelum menutup mata untuk selama-lamanya.
"Larilah Nak, jangan sampai mereka bisa menangkapmu, bawalah uang ini untuk mencukupi kehidupan kamu, Ayah harap kamu bisa menggunakan nya dengan bijak," pesan terakhir sang Ayah sebelum meninggalkan dunia untuk selamanya. Reyna sangat terpukul karena pada waktu bersamaan harus kehilangan dua orang yang berharga dalam hidupnya.
"Kenapa aku tidak ikut mati saja bersama kalian, kenapa harus kalian yang meninggalkan aku terlebih dahulu, aku bisa apa tanpa kalian?" Reyna menangis sejadi-jadinya sebelum keluar dari mobil sesuai arahan almarhum Ayahnya. Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan mereka, tapi mengingat keadaan bahwa sebentar lagi pasti para algojo yang mengejar tadi akan mendatangi mobil mereka, dengan tangan dan baju bersimbah darah Reyna turun dari mobil dan berlari sejauh mungkin.
"Maafin Reyna, Ayah, Ibu. Reyna janji akan hidup dengan baik bahkan tanpa kalian, walaupun itu sulit tapi Reyna akan beruaaha agar kalian bangga punya anak seperti Reyna," Reyna langsung pingsan di tempat sampai akhirnya ada warga yang menemukannya tergeletak pingsan di sebuah lapangan luas.
"Ini aku harus cari kerja di mana lagi?" Reyna membawa kakinya melangkah menyusuri kota untuk mencari pekerjaan yang sesuai keahliannya walaupun dia sebenarnya tidak punya keahlian spesial.
Karena merasa haus, Reyna mampir sebentar di sebuah kedai minuman yang menyajikan berbagai jenis minuman untuk menghilangkan dahaga. Reyna memesan segelas es teh karena itulah menu yang paling murah mengingat uang di kantongnya semakin menipis. Reyna duduk termenung sambil melamun harus kerja di mana jika di kota besar ini hanya menginginkan yang lulusan S1. Masalahnya Reyna hanya lulusan SMP, gimana ceritanya ya?, kok bisa Reyna sekolah mentok di SMP doang. Oke, flashback ke masa 7 tahun yang lalu.
Setelah lulus SMP, Reyna masuk SMA ternama yang siswanya dari kalangan atas semua, bahkan gedungnya pun luas dan mewah pasti lah bayarannya juga gak main-main. Saat masih kelas 1 SMA ada satu insiden yang membuat dia harus putus sekolah, di mana saat itu salah satu guru olahraga mereka ingin membuat kopi tapi gas LPG belum dipasang, dengan sok pintar dia mencoba memasangnya berbekal tutorial dari youtube yang ditontonnya, alhasil tabung gas tersebut meledak karena selang dan kran penutup tabung gas tidak kencang ditambah dapur sekolah mereka tertutup banget dan gak ada ventilasi sedikit pun. Untung saat guru olahraga tersebut sudah meninggalkan dapur untuk mengambil kopi sachet yang sudah dibelinya dan saat itu juga terjadi ledakan yang tidak bisa terelakkan, untungnya lagi tidak ada korban jiwa, hasil ledakan tadi berhasil membakar hangus sekolah elit itu, hanya tersisa bati bata yang berserakan di tanah. Para siswa yang kecewa diliburkan selama dua bulan lebih sementara para guru dan kepala sekolah akan mencarikan mereka sekolah yang lain untuk menyambung kegiatan belajar mengajar mereka agar tidak terputus di tengah jalan, tapi sayangnya sekolah lain tidak ada yang bisa menampung murid sebanyak itu, bahkan mereka kekurangan fasilitas juga karena satu-satunya sekolah yang bisa menampung murid banyak hanya sekolah elit yang terbakar, yang lain mah sekolah kalangan biasa dan juga bangunannya yang terbilang kecil. Sebagian murid ada yang melanjutkan SMA di luar negri dengan fasilitas yang terjamin dan sebagiannya lagi nganggur termasuk Reyna di antara nya, nganggur sekolah malah keenakan Reyna jadi terbiasa buat gak bangun pagi dan harus pergi ke sekolah, beberapa kali kedua orang tuanya memaksa nya untuk sekolah di SMA deket rumahnya, tapi Reyna tolak dengan alasan yang gak masuk akal, alasan sekolahnya kecil lah, banyak terjadi pembulian, fasilitasnya kurang. Ibu Reyna hanya bisa mengelus dada mendengar ucapan Reyna, mereka jadi capek mendesak Reyna untuk lanjut sekolah, sayang kan sama masa depannya yang masih panjang, tapi namanya juga anak labil pikirannya sering berubah-ubah. Baru sekarang Reyna menyesali perbuatannya dulu karena tidak mematuhi perkataan orang tua, bisa dibilabg dia mendapat karma. Sedang asik-asiknya mengenang masa lalu, tiba-tiba ada seorang bocah kecil laki-laki datang menghampirinya.
"Bunda, Bunda. Falel haus," anak kecil itu menunjuk es teh Reyna yang sisa tinggal setengah di gelas. Reyna mengernyit bingung, ni anak kenapa manggil dia Bunda, kenal aja nggak. Reyna celingak celinguk mungkin ada yang ngeprank dia atau jahilin dia dengan menggunakan bocah laki-laki yang Reyna duga berumur tiga atau empat tahun ini, tapi di sekitarnya sepi gak ada siapa pun selain dia dan anak itu, kebetulan juga suasana kedai minuman ini sepi tidak ada pelanggan selain dirinya. Dengan ragu-ragu Reyna menyodorkan es teh tersebut kepada bocah itu.
"Falel gak haus lagi," ucap anak itu kemudian tersenyum manis, Reyna tertegun betapa imutnya anak itu, ini siapa sih yang punya anak?, imut-imut gini ditelantarin, apa dia culik aja ya terus dia asuh di kontrakannya, ahh tidak-tidak untuk makan dia sendiri saja masih kurang. Reyna menatap lekat anak itu, hidungnya kecil tapi mancung, bibirnya tipis, netra hazel nya sangat mencuri hati Reyna, alisnya sedikit tebal dan bulu matanya lentik. Apakah dia malaikat? Sungguh, pahatan sempurna dari Tuhan.
"Bunda, Falel mau ketemu Ayah," bocah itu merengek. Reyna meneguk salivanya, ini dia harus bagaimana. Sudah gak jelas asal usulnya nih anak malah minta dicariin Ayahnya, lagian yang punya anak gak bertanggung jawab banget ngebiarin bocah tampan ini berkeliaran, untung saja Reyna orangnya baik hati dan tidak sombong yang didatangi, kalo anak ini sampai pada orang yang gak berperikemanusiaan kan bisa diculik dan dijual, hiihh membayangkannya saja Reyna bergidik ngeri.
"Ayo Bunda, cari Ayah," anak itu terus mendesak. Reyna menyerah, setelah membayar minumannya dia menuntun bocah tiga tahun yang gak jelas asalnya dari mana itu keluar untuk mencari Ayahnya.
"Bunda, Falel mau digendong," anak itu merentangkan tangannya minta digendong, lagi-lagi Reyna mematung di tempat. Kalo kayak gini dia berasa punya anak padahal nikah aja belum.
"Ayah kamu di mana?" tanya Reyna mencoba membuka percakapan.
"Di lual, tadi cedang telponan cama ceceolang." Akhirnya Reyna bisa menebak nama anak ini, ternyata namanya Farel ketahuan dari cara dia nyebut huruf 'R' belum fasih.
"Terus Farel ditinggal begitu saja?" Farel mengangguk cepat. Reyna berdecak kesal, orang tua macam apa yang dengan seenak jidat menelantarkan anaknya begini.
"Aduhh, ini aku mau bawa anak ini ke mana?"
"Hey, kamu!! Kenapa kamu culik anak saya?" Datang seorang laki-laki tinggi dengan setelan jas menghampirinya dengan tergopoh-gopoh dan berteriak kayak orang kesetanan. Reyna membelalak kaget. Cepat-cepat lelaki dengan muka garang merebut paksa Farel dari gendongan Reyna, sementara Reyna hanya diam mematung berusaha mencerna semuanya. Saat ini banyak beredar kasus penculikan anak di berita, jadi wajarlah jika Reyna dituduh sebagai tersangka walaupun sebenarnya dia gak salah.
"Dasar perempuan gila, berani sekali ya kamu nyentuh anak saya? Saya bisa saja laporkan kamu ke polisi atas tindak pidana penculikan anak," oceh lelaki tersebut.
"Heh, jangan asal ngomong ya. Anak situ tadi yang datang menghampiri saya dan minta dicarikan Ayahnya," gertak Reyna tak kalah galak.
"Halah, alasan klasik. Maling mana ada yang mau ngaku, ayo kamu ikut saya ke polsek terdekat untuk melaporkan kejadian ini," lelaki itu menarik pergelangan tangan Reyna dengan paksa. Reyna memberontak dengan keras, dia menatap memelas oada Farel untuk menjelaskan semuanya pada lelaki gila ini, tapi anak itu hanya tertawa sambil bertepuk tangan melihat adegan itu.
Dasar bocah prik, tau begini gak bakalan aku tolong dia tadi.
Reyna bergumam kesal dan pasrah aja ditarik-tarik kayak benang layangan sampai pada akhirnya yang ditunggu-tunggu akhirnya ngomong juga.
"Ayah udah jangan kacal cama Bunda, Bunda gak calah kok, Bunda tadi yang bantuin Falel buat cali Ayah."
"Apa? Bunda???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
ha...ha...ha...bingung Reyna di pggil bunda ha...ha....ha....
2023-10-07
1