MWD 02 : Kerjaan Baru

Reyna merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya, hari ini rasanya letih sekali ditambah dia harus bertemu manusia menyebalkan sejagad raya, baru juga ketemu sudah main nuduh aja untung dia gak jadi dibawa ke polsek kalau saja bocah laki-laki itu tidak membelanya. Reyna mencoba menutup matanya untuk mengistirahatkan mental dan fisiknya. Walaupun matanya terpejam tapi pikrannya masih berkelana berfikir arah mana lagi yang harus ia tuju untuk mendapatkan pekerjaan.

"Tau bakalan begini aku gak akan boros dengan semua uang itu," Reyna memijat pelipisnya pusing. Karena lelah dengan hidupnya akhirnya Reyna terlelap menuju alam mimpi.

Reyna dikagetkan oleh suara ketuka pintu yang tidak bersahabat dari luar, udah kayak mau grebek maling. Reyna mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk, Reyna bangkit dari tempat tidur, pandangannya kabur dan kepalanya pusing, yang punya masalah darah rendah pasti paham lah. Nyawa belum terkumpul sempurna, tetapi Reyna memaksakan diri untuk berjalan dengan bertumpu pada tembok menuju arah pintu.

"Ohh ternyata kamu Sapi, gak bisa sabaran dikit napa," Reyna menguap tanda ia masih mengantuk dan ingin melanjutkan aktivitas tidurnya setelah mempersilahkan temannya masuk.

"Nama aku Sapira ya, bukan Sapi," protes Sapira lalu asal duduk di sofa tanpa disuruh, lagian dulu Reyna bilang kalo main ke sini gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri. Sapira adalah teman satu komplek hanya berjarak dua rumah dari kontrakan Reyna.

"Ada apa sore-sore begini?" tanya Reyna.

"Aku ada berita bagus, emm tapi sebelum itu kamu sudah dapat pekerjaan atau belum? Kalo belum mumpung ada nih deket banget sama tempat kerja aku, mereka butuh banget dan kamu bisa langsung kerja besok, bisa kan?" Mata Reyna yang tadinya mengantuk langsung melotot senang. Setelah gelap terbitlah terang, peribahasa yang menggambarkan nasibnya saat ini.

"Kerja apa tuh?" Reyna bertanya antusias.

"Katanya sih kamu hanya perlu mengantar makanan ke meja pelanggan, bisa?"

"Aduh, hanya mengantar makanan masa aku gak bisa, ngawur banget," Reyna tertawa remeh.

"Hmm iya juga sih. Ini alamatnya, besok kamu berangkat bareng aku ke sana."

Reyna mengangkat kedua jempolnya mantap tak lupa juga mengucapkan terima kasih pada Sapira yang sudah mau membantunya mencari kerja.

Keesokan paginya, Reyna sudah siap dengan pakaian formal nya, hari pertama kerja harus rapi dan bersemangat dong. Reyna menatap pantulan dirinya di cermin.

"Oke, sudah rapi, tinggal berangkat."

"Widih udah rapi aja, semangat banget ya hari pertama," goda Sapira, Reyna hanya tersenyum simpul. Mereka berangkat naik taxi Sapira yang bayarin ongkosnya. Tak sampai 10 menit perjalanan, mereka sampai di depan sebuah Kafetaria yang menjual berbagai jenis kue dan kopi, Kafe ini biasanya banyak dikunjungi pelanggan saat pagi, sore dan malam hari. Di waktu sore pelanggan suka menyaksikan sunset sambil menikmati kopi dan sepiring kue manis. Kebetukan matahari terbenam terlihat jelas dari jendela transparan Kafe tersebut, dan di saat itulah para pegawainya super sibuk melayani pelanggan yang datangnya gak henti-henti, meja dan kursi juga tersedia di luar Kafe bagi pelanggan yang ingin menikmati hidangan sambil melihat kendaraan berlalu lalang di depan mereka.

"I-ini beneran tempatnya?, kamu gak salah alamat kan?"

"Memangnya kenapa? Kamu gak suka ya?" Sapira mengernyit heran.

"Bu-bukan gak suka, tapi ini terlalu mewah. Apa aku bakalan diterima begitu saja sedangkan kamu tau pekerjaan jaman sekarang harus lulusan S1 atau nggak paling gampang lulusan SMA, kamu tau sendiri kan kalo aku ini hanya lulusan SMP," Reyna meremat ujung bajunya. Baiklah dia mulai ragu sekarang.

Sapira tertawa geli melihat temannya ini.

"Tenang aja Na, tempat ini gak mempermasalahkan atau berpatokan dengan masalah gelar ataupun sampai mana kamu sekolah yang penting kamu jujur dan bekerja keras, lagipula aku sudah ajukan kok CV kamu tadi, dan mereka setuju-setuju aja, asal kamu kembali pada syarat yang utama yaitu harus jujur dan tekun gak boleh malas-malasan karena manajer di sana benci pegawai yang malas dan hanya mengandalkan orang lain," jelas Sapira seraya mengusap pundak Reyna.

Reyna kembali mendongak menatap netra Sapira berusaha mencari kebohongan di baliknya, tapi hanya tatapan teduh dan tulus yang ia dapatkan membuat Reyna semakin yakin jika Sapira tidak berbohong dengan ucapannya tadi.

"Ngomong-ngomong kamu dapat CV aku dari mana? Bukannya seharian kamu di tempat kerja, aku juga bawa CV aku loh gak pernah aku tinggalin," satu pertanyaan yang nyangkut di benak Reyna.

"Hehe, aku foto CV kamu waktu ke toilet tadi pagi buat jaga-jaga siapa tau aku dapat lowongan buat kamu, maaf deh kalo aku lancang," Sapira mengatupkan kedua tangannya meminta maaf.

"Buat apa minta maaf justru aku yang sangat berterima kasih sama kamu."

"Iya tenang aja. Udah yuk, nanti keburu diisi oleh orang lain kalo kamu telat," Sapira merangkul bahu Reyna.

Hari ini pelanggan lumayan ramai, dan pegawai di sana juga tampak sibuk mengurusi pesanan para pelanggan yang baru datang. Sapira menghampiri salah satu pegawai yang bertugas sebagai pegawai kasir karena hanya dia yang gak terlalu sibuk seperti yang lain.

"Permisi kak, ini teman saya yang kemarin mau melamar kerja di sini, ruang manajernya di mana ya?" Sapira bertanya dengan ramah.

"Manajer lagi gak ada di ruangannya, kalo mau langsung kerja aja." Reyna dan Sapira saling pandang sejenak kemudian Reyna mengangguk mantap, inilah sebenarnya yang dia mau gak perlu bertemu manajer dan tidak akan ditanyakan berbagai macam hal tentang kehidupannya. Perempuan itu bergegas menuju belakang tempat khusu pegawai ganti baju, Reyna ngekor di belakang sementara Sapira sudah kembali ke tempat kerjanya.

"Kalau sudah selesai langsung ke depan ya," ujarnya dengan ramah lalu meninggalkan Reyna sendiri di sama untuk ganti baju, karena kalo ditunguin kan malu. Reyna segera mengenakan seragam tadu bukan seragam sekolah ya, seragam khususu untuk pegawai Kafetaria.

"Apa yang bisa saya bantu?" Reyna masih sungkan dan ragu untuk sekedar menyapa, bisa dibilang dia itu tidak terlalu bisa bersosialisasi.

"Hey pegawai baru, ini tolong antarkan ke meja nomor delapan setelah itu ke meja nomor enam!" seorang laki-laki dengan postur tubuh pendek dan agak sedikit gemuk berteriak memanggil Reyna untuk mengantarkan pesanan, dengan sigap Reyna bergerak dengan gesit.

Waktu istirahat tiba, Reyna duduk sambil bersandar di kursi, hari pertama sangat melelahkan sesekali Reyna menghela nafas.

"Wow kamu tadi lincah banget, pekerjaan jadi cepat selesai," perempuan yang merupakan pegawai kasir tadi duduk di depan Reyna dan memuji energi Reyna yang membara, baru pertama dia lihat pegawai segesit itu.

"Ahh tidak, semuanya cepat selesai karena kita saling membantu bukan hanya karena aku tapi kalian semua juga," jawab Reyna merendah lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Tidak-tidak, aku kenal semua yang bekerja di sini dan aku juga tau potensi mereka masing-masing, tapi saat melihat kamu aku jadi kaget dan takjub," ujarnya sambil berekspresi kaget. Reyna tertawa renyah, selain pekerjaan yang bagus dia juga bisa mendapat teman yang baik dan ramah di tempat kerjanya.

"Oh iya nama kamu siapa? Aku Ana," perempuan bernama Ana itu mengulurkan tangannya dengan senang hati Reyna menerimanya. "Aku Reyna."

"Hey ada apa nih? Ngerumpi gak ngajak-ngajak," pria pendek yang sempat berteriak pada Reyna ikutan nimbrung dan langsung duduk di sebelah Ana.

"Nah kalo pria gembul ini namanya Dodi."

"Bisa tidak berhenti mencolek lenganku?" Dodi protes karena Ana gemar sekali memainkan lengan gemuk Dodi. Ana tertawa jahil lalu menghentikan aktivitas konyolnya.

"Di sini ada berapa pegawai?"

"Empat, ditambah kamu jadi lima," jawab Ana. Reyna mengangguk paham. "Itu namanya siapa?" tunjuk Reyna pada seorang perempuan yang sedang fokus mengela meja bekas pelanggan, dia bekerja seolah tidak peduli dengan kondisi sekitar tatapannya hanya tertuju pada objeknya.

"Itu Lia, dia orangnya introvert banget dan jarang banget kumpul kayak gini, kami jadi sungkan buat menyapanya walaupun sudah lama bekerja bersama di sini," jawab Dodi yang diiringi anggukan kepala dari Ana. Reyna menatap lekat perempuan bernama Lia itu sampai netra mereka tidak sengaja bertemu, Reyna melemparkan senyuman untuk mengawali pertemuan mereka tapi dengan cepat Lia membuang pandangannya tanpa menoleh lagi, Reyna menaikkan alisnya bingung, apa dia salah?

"Sudahlah Na, jangan terlalu dihiraukan anaknya memang begitu. Laki-laki tinggi berkulit tan itu namanya Rizky," kali ini Ana mengenalkan pegawai yang terakhir, pemuda tinggi itu baru saja dari toilet.

"Eyy Rizky, kamu gak mau kenalan dengan pegawai baru yang cantik ini kali aja kamu minat, kebetulan kan kamu lagi cari pacar," Dodi dengan teriakan khas nya memanggil Rizky untuk menghampirinya.

"Kamu tidak sopan sekali mempromosikan anak orang, kamu pikir Reyna barang," Ana mendelik tajam, Dodi mengedikkan bahunya acuh. Sementara Rizky dia hanya menoleh sekilas kemudian menghampiri Lia yang masih fokus dengan kegiatannya yang sepertinya tidak selesai-selesai dari tadi. Reyna memperhatikan gerak-gerik keduanya, bukan apa-apa hanya saja dia ingin mengakrabkan diri dengan teman kerjanya tapi sayang ternyata ada yang introvert, itu artinya bakalan susah dideketin.

Terdengar lonceng di atas pintu berbunyi, itu artinya ada yang datang. Semuanya serempak menengok ke arah pintu mendapati seorang laki-laki tinggi dengan setelan jas warna navy memasuki kafe, yang lain segera berdiri sementara Reyna bengong kayak orang bego sampai sebuah tepukan keras mendarat di bahunya, orang yang melakukannya adalah Rizky yang tiba-tiba saja dia di belakangnya. Lelaki kulit tan itu mengisyaratkan Reyna untuk berdiri, walaupun sedikit bingung dia tetap menurut dan segera berdiri seperti yang dilakukan teman kerjanya.

"Pegawai baru? Ikut ke ruangan saya!" Reyna menatap satu-satu temannya meminta pertolongan, jika masalah beginian dia paling takut.

"Santai Na, palingan juga kamu disuruh buat isi beberapa berkas kayak kita dulu," ujar Ana menenangkan.

"Kok kayak di perusahaan pakai berkas segala."

"Ya, karena berkas itu akan diserahkan pada Bos besar."

"Lah beliau tadi bukan Bos pemilik Kafe ini?" tanya Reyna. Ana menggeleng pelan.

"Sudah sana, nanti aku ceritain. Sebaiknya temui beliau dulu." Ana mendorong tubuh Reyna yang masih membatu. Sebelum pergi, Reyna menghela nafas dulu itulah rutinitasnya jika tengah gugup.

Sebagai perempuan yang mempunyai sopan santun, Reyna mengetuk pintu terlebih dahulu walaupun pintu sudah terbuka.

"Masuk!!"

Karena sudah mendapat perintah barulah Reyna melangkahkan kakinya ke dalam menemui sang Manajer.

"Silahkan duduk!"

"Kamu kerja di sini melalui perantara temanmu dan saya tebak kamu tidak membawa surat lamaran bukan? Karena kamu tidak membawanya, silahkan isi formulir ini selengkap lengkapnya, saya tidak mau ada unsur kebohongan di dalamnya," laki-laki itu menyerahkan beberapa lembar kertas. Dengan telaten Reyna membacanya satu persatu dan mulai menulis sesuai apa yang diminta di sana, butuh 10 menit kurang untuk menyelesaikannya karena ada bagian di mana membuat Reyna bingung, mau bertanya tapi malu alhasil dia pahami sendiri saja. Untungnya saat Reyna menyerahkannya, laki-laki itu hanya menatap sekilas kemudian memasukkannya ke dalam map hijau. Reyna dipersilahkan keluar, akhirnya dia bisa bernafas lega.

Di depan pintu, Reyna gak sengaja bertemu dengan Rizky, pemuda itu tersenyum manis kemudian berlalu pergi.

Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!