MWD 20 : Kabur

Semenjak ruangan Azka dipindah, mereka bergantian untuk menjaganya sepanjang malam. Wati sempat gelisah, sudah hampir satu minggu tetapi Azka tak kunjung siuman walaupun kata dokter masa kritisnya sudah berakhir. Bukannya memberikan pencerahan dan kalimat penenang untuk keluarga pasien, dokter Zico malah ikutan bingung dan harus bolak balik untuk memeriksa kembali keadaan Azka dalam setiap jam nya.

"Ibu mohon bersabar ya, mungkin pasien masih butuh waktu," hanya kalimat inilah yang menjadi andalan dokter Zico untuk membungkam Wati karena terlalu cerewet.

Masalah perusahaan, Wati memerintahkan Rudy orang kepercayaan suami dan anaknya untuk meng-handle sementara Azka pulih, rapat antar kolega untuk sementara dihentikan, project yang akan diluncurkan minggu ini juga ditunda karena kabar kecelakaan Azka. Tidak ada yang tau kapan takdir bekerja, jadi semua kolega menerima saja dan bersedia melakukan rapat ulang nanti setelah Azka sembuh total.

Reyna menatap Azka yang masih terpejam, tangannya bergerak menyentuh tangan Azka yang dipenuhi selang infus. Wati sejak tadi belum kembali, katanya pulang ambil baju untuk menginap di sini, Reyna memandang Farel yang tertidur di sofa, tampak tidak nyaman tapi anak itu baik-baik saja. Fokusnya kembali pada Azka. Reyna memposisikan kepalanya untuk tiduran di samping tubuh Azka sambil menggenggam tangannya. Reyna sebenarnya dari tadi was-was takut Wati tiba-tiba masuk dan memarahinya karena sudah lancang menyentuh Azka, tapi mau gimana lagi, hatinya seolah memaksanya agar seperti ini dulu sejenak.

Reyna merasakan pergerakan di tangannya, dia terbangun dan memperhatikan. Jari Azka bergerak seolah berusaha ikut menggenggan tangan Reyna. Wajah senangnya tidak bisa disembunyikan, dengan cepat Reyna menekan tombol yang digunakan untuk memaggil dokter jika ada keadaan darurat. Dokter dan suster berbondong-bondong datang ke ruang rawat Azka dan menanyakan apa yang terjadi. Setelah mendengar penjelasan dari Reyna, dokter Zico langsung saja memeriksanya, mulai dari mata hingga detak jantung.

"Bagaimana dokter, apakah pasie akan sadar sekarang?" Reyna tampak tidak sabar.

"Sabar, Nona. Yang terjadi pada pasien tadi hanya reaksi kecil karena adanya sentuhan fisik, tapi bisa dipastikan sebentar lagi pasien akan mulai siuman," jelas dokter Zico.

"Ada apa ini?" Wati baru saja kembali dengan tas berat di pundaknya, Reyna tebak pasti itu semua isinya pakaian untuk stok berjaga di rumah sakit. Wati yang tidak tau dan bingung kenapa pada berkumpul di sisi brankar Azka.

"Kami hanya memeriksa kondisi pasien, karena pasien baru saja menerima ransangan akibat sentuhan fisik yang membuatnya bereaksi, seperti menggerakkan jari nya.

"Ohh benarkah? Jadi putra saya sudah sadar?"

"Masih belum, ini hanya permulaan, tapi Ibu tenang saja dalam waktu dekat saya pastikan putra Ibu akan siuman secepatnya." Senyum Wati seketika sirna, padahal sudah berharap lebih.

.

.

Sudah berapa kali Lia bolak balik kamar mandi hanya untuk muntah yang tidak keluar apa-apa sama sekali, perutnya serasa diaduk, kepalanya pusing, wajahnya pucat, dan semua itu disadari oleh yang lain. Tak terkecuali Ana yang senantiasa menemaninya muntah di kamar mandi dan mengurut tengkuknya pelan.

"Kamu kalo sakit istirahat di rumah saja," tutur Ana yang mulai khawatir dengan kondisi Lia, secepat itu staminanya berkurang. Lia menggeleng dan selalu mengatakan Aku baik-baik saja, Ana. Baik-baik saja bagaimana, mungkin jika dihitung sudah 10 kali dia bolak balik dari kamar mandi dan ini yang ke-11.

"Ya sudah kalo kamu ngotot pengen di sini," Ana sudah capek dengan jawaban Lia yang tetap sama sepanjang dia memberi saran.

Ana menyadari semua perubahan pada diri Lia sejak kemarin, gadis itu jadi lebih pendiam lagi suka ngelamun juga, gak kayak biasanya. Karena sesama perempuan, Ana memberanikan diri untuk bertanya walaupun sedikit canggung karena tidak terlalu akrab dengan Lia, jawaban yang Ana dapatkan tentu saja belum memuaskan batin, tapi dia juga tidak bisa memaksa Lia untuk berterus terang, mungkin ada masalah pribadinya yang tidak bisa diceritakan dengan mudah sekalipun kepada teman dekat.

Terlepas dari semua itu, Ana tak pernah putus komunikasi dengan Reyna, apa yang terjadi pada Lia dia ceritakan semuanya. Sampai Reyna speak up tentang dirinya yang melihat Lia kemarin di rumah sakit, Ana sempat membantah karena mana mungkin Lia hamil, secara dia wanita yang baik-baik apalagi pendiam, Reyna pun berpikir demikian, tidak ingin berspekulasi atau menuduh hal yang bukan-bukan sebelum ada buktinya.

"Yah, kita do'akan yang terbaik saja untuk Lia semoga apa yang kita pikirkan jauh dari fakta."

"Benar, Na. Aku harap juga begitu. Oh iya, bagaimana kondisi Tuan Azka, sudah membaik? Dan bagaimana pekerjaan barumu, apakah menyenangkan sejauh ini?"

"Hmm, Tuan Azka sudah membaik, hanya saja belum siuman hampir satu minggu. Tentang pekerjaan, aku suka dan lumayan menyenangkan walaupun rasa lelahnya berkali-kali lipat dibanding saat aku bekerja di Kafetaria."

"Aku senang jika kamu menyukainya, tapi aku di sini juga butuh kamu, Dodi semenjak pacaran selalu mengabaikanku dan tidak pernah punya waktu luang untuk bergosip, dia hanya fokus pada ponselnya. Rizky juga begitu, entah kenapa dari dua hari yang lalu dia selalu menghindar dari kami, dia mengasingkan diri." Ana curhat tentang kondisi di tempat kerja, dia merasa rekan kerjanya semua gak ada yang waras, hanya Reyna yang dia butuhkan sekarang.

"Kamu tidak sendiri, Ana. Aku juga merasakan hal yang sama."

.

.

"Mau kemana kamu?" Mirna memergoki Zila yang tengah mengemas semua isi lemarinya ke koper. Zila kaget, niat hati ingin kabur diam-diam malah ketangkap basah.

"Aku mau pergi dari rumah ini, Ma."

"Huh, baguslah. Bebanku berkurang satu, pergilah sejauh mungkin dan jangan pernah kembali lagi, kamu yang setiap harinya hanya bisa menghabiskan uang untuk foya-foya malah sok-sok an mau kabur, mau jadi gelandangan kamu di luar sana, memangnya apa yang bisa kamu lakukan untuk menghidupi diri kamu?" Zila hanya bisa diam, Mirna benar dia sama sekali tidak punya kemampuan untuk bekerja, akibat keseringan dimanja orang tua ya gini.

"Kalau pun kamu dapat pekerjaan, paling kerjaan kamu kayak Mama, kerja di club malam atau tidak jual diri," Zila langsung naik pitam mendengarnya, sampai tangan kanannya terangka hendak menampar Mirna.

"Apa? Mau nampar Mama? Ya udah, nih sebelah sini mumpung empuk bisa jadi sasaran tangan kotor kamu." Zila mulai terisak, dia merasa tidak berguna lagi di sini.

Sungguh Mama nya berubah total, tidak ada kasih sayang terselipkan di matanya hanya ada rasa haus akan kekayaan sampai tega mengorbankan anaknya juga dalam tingkah kotornya.

"Sudah sana cepat pergi, klien Mama akan datang sebentar lagi, Mama tidak mau kamu jadi pengacau seperti kemarin," Mirna melenggang pergi dan menutup pintu kamar Zila dengan kasar.

Niat kabur, Zila urungkan sejenak. Zila masih sangat menyayangi sang Mama dan untuk meninggalkannya tentu saja sangat berat mengetahui juga bagaimana tabiat Mirna di rumah ini, namun di satu sisi Zila sudah capek ngomong panjang lebar kali tinggi tidak akan pernah dihiraukan sama sekali oleh Mirna, mungkin sampai mulutnya berbusa pun Mama Zila tak akan mendengarnya. Antara pergi dan tinggal, sungguh pilihan yang sulit.

Zila mendengar suara deru mobil mulai memasuki pekarangan rumahnya, cepat-cepat dia mengintip lewat jendela, dan benar saja mobil yang kemarin datang lagi namun sepertinya ada mobil baru lagi. Ohh tidak, Mama sudah benar-benar gila, 8 pria sekaligus? Zila kembali mengingat ucapan si botak kemarin tentang ikut serta menikmati tubuhnya, buru-buru dia mengunci pintu dari dalam kala mendengar suara langkah kaki yang ramai mulai menapak di dekat kamar Mirna.

"Di mana putrimu yang cantik dan sexy itu Mirna, bukankah kau sudah berjanji kemarin?" Sayup-sayup Zila mendengar percakapan mereka, jantungnya berdegup kencang menunggu jawaban Mirna, tidak mungkin kan Mama akan menjualnya pada lelaki badjingan itu. Air mata mulai menetes di sertai rasa takut dan khawatir yang bercampur jadi satu saat mendengar jawaban dari Mirna.

"Dia di kamarnya, kalian masuk saja." Deg. Zila tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Mirna sudah keterlaluan, Zila tidak ingin berakhir di ranjang dengan cara seperti ini, tangannya bergetar hebat saat knop pintu kamarnya mulai ditarik ke bawah. Otaknya tidak dapat berpikir saat ini, walaupun pintu sudah ia kunci tapi tetap saja ketakutan nya tidak bisa hilang. Pikiran untuk melompat dari jendela mulai terbesit di benaknya, sebelum pintu itu didobrak dia harus berusaha kabur.

Satu persatu selimut dia ikat agar jadi tali untuk jadi pegangan supaya dia tidak terjatuh dari ketinggian 15 meter. Zila ingin berteriak kencang saat pintu digedor dengan keras, sebelum itu Zila sudah menghadangnya dengan lemari serta meja dan kursi. Selimut yang dia ikat tadi seperti nya kurang karena panjangnya tidak sampai menyentuh tanah. Zila bodo amat, yang penting tidak tinggi-tinggi banget kalo dia memilih lompat.

"Sayang, i'm coming." Zila jijik mendengarnya sampai ingin berenang di samudra Hindia, suara lelaki botak yang Zila ingat betul gimana tangan najis nya menyentuh pipi Zila kemarin.

"Jangan harap aku mau melayanimu dasar laki-laki sampah," Zila berteriak menyahuti sebelum benar-benar kabur melalui jendela.

"Kau menantangkau, awas saja jika aku berhasil mendapatkanmu akan ku buat kamu tidak bisa jalan," si botak unyu-unyu itu sudah tersulut emosi sampai ingin memakan kepala temannya. Pintu ia dobrak sekuat tenaga tapi tetap saja tidak bisa terbuka. Dih, badan doang yang besar tapi tenaga gak ada, malu bang.

"Heh, Buntal. Tolong aku dobrak pintu ini," dia memanggil kawannya untuk membantunya.

"Bodoh, dia sudah kabur. Gadis itu tidak ada di kamarnya sekarang." Pria yang si botak panggil Buntal itu menarik nya untuk melihat dari jendela kamar Mirna bagaimana usaha Zila untuk kabur.

"Sial, terlepas lagi," matanya menyala, keinginannya untuk bersenang-senang dengan tubuh Zila sudah sirna.

"Kubur saja hasrat mu itu, kamu tidak akan pernah bisa menemukannya lagi, sementara itu nikmati saja tubuh Ibu nya, bukankah sama saja?"

"Tidak sama, wanita itu sudah longgar tidak enak lagi."

Terpopuler

Comments

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Edhan ngadepin laki2 haus sex , sungguh mengerikan....🙈🙈🙈

2023-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!