MWD 18 : Musibah

Berada di dalam situasi seperti ini sungguh bukan keinginan semua orang, melihat orang yang kita sayang terbaring tak berdaya di dalam sebuah ruangan yang sesak penuh dengan alat medis membuat hati siapa pun yang melihatnya akan terasa sesak, mereka pasti turut merasakan penderitaan yang sama.

Wati tidak bisa berdiam diri, dia terus saja mondar mandir di depan ruang IGD, Wati sempat memberontak ingin memaksa masuk namun berhasil dihalangi oleh perawat dan juga dokter, sekarang hatinya tidak tenang, sebelum melihat kondisi putranya secara langsung dia masih belum bisa rileks.

Semenjak sampai di rumah sakit, Farel sudah menangis meraung-raung memanggil sang Ayah, Reyna dapat merasakan bagaimana sakitnya berada di posisi Farel melihat keadaan orang tua satu-satunya sedang berjuang antara hidup dan mati karena menurut penjelasan dokter tadi, kondisi Azka sangat fatal akibat benturan keras di kepalanya, dan pecahan kaca menempel tepat di keningnya yang menyebabkannya kehilangan banyak sekali darah, tapi untungnya golongan darah Azka tidak susah dicari dan masih ada beberasa sisa kantonh darah yang tersedia di rumah sakit ini jadi setidaknya keluarga pasien bisa bernafas lega, namun satu hal yang masih sangat mengkhawatirkan, akibat benturan itu kemungkinan besar Azka akan mengalami gegar otak dan kemungkinan kecilnya Azka mengalami hematoma. Reyna mendongak mendengar ulasan dari sang dokter, semua yang disebutkan adalah penyakit yang cukup berbahaya, bagaimana dia akan menjelaskannya pada Farel jika anak itu mendesaknya nanti.

Cukup lama mereka menunggu sampai akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga. Dokter dengan green scrubs keluar ruangan yang menandakan bahwa telah selesai dengan operasinya. Dokter dengan nametag Zico memandang Reyna dan Wati secara bergantian.

Wati berhambur mengerubungi sang dokter untuk meminta penjelasan lebih lanjut karena merasa belum puas dengan teori tadi yang mengatakan Azka akan mengalami gegar otak atau bisa jadi juga hematoma.

"Bagaimana kondisi anak saya? Semua yang dokter bilang itu tidak akan terjadi, anak saya baik-baik saja 'kan? Jawab, Dok! Azka sekarang sudah siuman, iya 'kan?" Pertanyaan beruntun membuat dokter Zico tidak bisa menjawab.

"Maaf, Bu. Satu-satu dulu, saya bingung mau jawab yang mana," Dokter Zico cukup ramah dan sopan.

"Jangan bercanda!! Saya hanya ingin tau kondisi putra saya," Wati merasa kesal sampai membentak hingga membuat sang dokter terdiam dan mengatup bibirnya rapat-rapat, emak-emak selalu benar jadi jangan main-main.

"Mari ke ruangan saya, akan saya jelaskan secara detai di sana." Wati hendak menolak karena menjawab semua pertanyaannya tidak harus masuk ruangannya, namun ada Reyna yang selalu menenangkan Wati agar wanita paruh baya itu menurut saja siapa tau hal ini juga penting dan termasuk dalam tata cara penyembuhan Azka.

Mereka bertiga masuk ke ruangan dokter Zico, Wati duduk tepat hadapannya, dia sudah tidak sabar untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Zico, secara raut wajahnya seakan menggambarkan sesuatu yang tidak baik-baik saja, itu sama saja artinya dengan kabar buruk kan?

"Bisa saya bicara sekarang?"

"Silahkan, dok! Saya sudah siap dengan kemungkinan yang akan terjadi." Iya, Wati memang sudah siap tapi Reyna tidak begitu juga dengan Farel yang langsung menyembunyikan wajah imutnya di ceruk leher Reyna.

.

.

"Jadi, pasien atas nama Azka menderita gegar otak setelah benturan keras yang terjadi, tapi tenang saja hanya gegar otak ringan dapat disembuhkan dengan cepat dan cukup mudah juga."

"Kapan anak saya bisa siuman, dok?"

"Pasien masih dalam masa kritis, mungkin tiga hari ke depan, tetapi kami tidak bisa menetapkannya, akan kami pastikan kembali setelah tiga hari."

"Bolehkah saya melihatnya sebentar saja?"

"Hmm tentu saja, tapi jangan terlalu lama."

Wati mendapat kesempatan untuk masuk ke ruangan tempat Azka sekarang, anak kecil tidak diperbolehkan masuk jadi Reyna memilih untuk di luar saja menemani Farel walaupun dia sempat berontak karena terus memaksa ingin masuk, Reyna menenangkan Farel dengan mengajaknya berkeliling di sekitaran rumah sakit.

Syaratnya, Wati harus menggunakan baju green scrubs dan waktunya sangat terbatas, hanya sekedar melihat tidak diperkenankan untuk menyentuh atau mengajak pasian bicara. Ini aturan yang sangat gila, Wati mau protes tapi gak jadi demi melihat Azka.

Wati mulai masuk dengan hati yang bergetar, dia tidak tega melihat Azka yang terbaring lemah di atas brankar dengan banyaknya alat medis memenuhi anggota tubuhnya, Wati tidak kuat, pemandangan seperti ini membawanya pada masa lalu di mana suaminya juga sama nasibya dengan Azka, Wati tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi, sudah cukup sang suami yang pergi meninggalkannya jangan Azka.

"Waktunya hanya 5 menit ya, Bu. Karena pasien butuh istirahat banyak. Jangan banyak berinteraksi juga dengan pasien."

"Kan saya tidak mengajaknya berjoget, biarkan saya berlama-lama dengan anak saya, sudah sana suster keluar saja!"

"Maaf, Bu. Tapi ini ketentuan dari dokter, pasien butuh istirahat selama masa kritisnya, seharusnya saat ini tidak ada jam berkunjung dan tidak boleh ada yang masuk ruangan ini karena bisa mengganggu waktu pemulihan pasien."

"Lahh, situ kenapa gak dilarang masuk juga? Suster kan bukan orang tua pasien, kok lancang sekali masuk ruangan orang, tau gak jika kehadiran suster juga mengganggu waktu pemulihannya, itu sama saja suster mengganggu waktu istirahatnya, saya orang tuanya jadi berhak untuk melihat bagaimana kondisinya." Bukannya nurut, Wati malah ajak suster tersebut adu mulut. Suster nya mulai jengkel, baru kali ini nemu orang keras kepala, dibilangin malah ngelawan ya sudah lah kembali lagi pada kata kunci emak-emak selalu benar.

"Seperti yang sudah ditetapkan, waktu Ibu lima menit tidak boleh lebih ataupun melebihkan, pas lima menit Ibu bisa langsung keluar," suster tersebut menyunggingkan senyum manis namun terkesan dipaksakan lalu melenggang keluar.

Puas mengajak Farel keliling, Reyna memutuskan untuk kembali menemui Wati mungkin saja dia sudah selesai dengan sesi berkunjung nya.

Untuk sampai ke ruang IGD, mereka harus melewati lorong yang panjangnya 10 meter ke Barat. Di perjalanan, Reyna tidak sengaja melihat teman lamanya yakni Lia sedang tergesa-gesa entah mau kemana. Niat Reyna untuk menyusul Wati seketika hilang, saat ini tujuannya ingin menghampiri Lia karena sudah lumayan lama mereka tidak bertukar kabar. Reyna mengajak Farel berlari kecil untuk mengikuti Lia, namun sayangnya Reyna kehilangan jejak.

"Mungkin Lia masuk di salah satu ruangan di sini, tapi yang mana?" Satu persatu ruangan Reyna terawangi siapa tau bisa melihat Lia tapi gorden di pintu semuanya tertutup itu artinya semua ruangan sedang digunakan saat ini. Reyna memilih untuk menunggu saja, siapa tau dalam salah satu ruangan ini ada Lia.

Farel sih oke-oke aja, dia gak protes sama sekali karena diajak nongki di depan ruangan orang.

Cukup lama menunggu, penantian Reyna ternyata tidak sia-sia. Tebakannya benar, Lia ada di salah satu ruangan itu tapi jarak dari tempat Reyna duduk sedikit jauh membuatnya tidak sempat menjangkau Lia. Lagi dan lagi Lia tampak buru-buru keluar, Reyna hendak memanggilnya namun Lia sudah duluan pergi. Reyna ingin tau sebenarnya Lia sakit apa sampai datang ke rumah sakit besar ini.

"Hah, spesialis kandungan? Buat apa Lia masuk ke sini? Masa iya Lia mau periksa kandungan, dia kan belum nikah?" Reyna menggaruk keningnya, menebak belum tentu benar tapi mau bertanya orangnya sudah hilang.

"Aku tanya lain kali saja," Reyna kasian juga liat Farel yang selalu murung dari tadi, mungkin dia rindu dengan Ayahnya.

"Ibu akan pulang sekarang?" Reyna bingung saat melihat Wati sudah akan bertolak pulang.

"Mau gimana lagi, jengukin aja gak boleh apalagi nginep, emang kamu mau tidur di luar?" Wati menghela nafas pasrah, dia juga sebenarnya enggan meninggalkan rumah sakit ini, kasihan juga sama Azka sendirian dalam ruang rawat yang gelap dan dingin itu.

"Benar juga. Jadi, Tuan Azka tinggal sendirian di sini?"

"Nggak, banyak kok. Di sini ada suster dan dokter yang siap jaga dari pagi sampai malam khusus untuk Azka." Reyna bisa bernafas lega.

"Aku gak mau pulang, mau temenin Ayah," Reyna mendengar isakan kecil yang membuatnya terenyuh.

"Farel tenang saja, besok kita kesini lagi, pokoknya kapan pun Farel mau Oma akan temenin begitu juga dengan Reyna, iya sayang yah. Sekarang ayo kita pulang." Untuk pertama kalinya, Farel nurut sama Wati, dia yang biasanya selalu berontak dan gak mau dengan Wati kini berubah 360 derajat, Farel jadi lebih penurut.

Reyna berbalik menatap pintu kaca yang bertuliskan IGD di atasnya, Reyna tidak menyangka jika Azka akan berakhir di sini, padahal dia sudah janji akan membawa Farel jalan-jalan dan membelikan apa pun yang dia mau.

"Aku harap, ini kali pertama dan terakhir kamu ingkar janji dengan Farel, Tuan Azka." Reyna memeluk tubuhnya sendiri karena udara dingin tiba-tiba menyelimuti, mungkin karena sebentar lagi malam.

"Aku akan datang lagi besok, aku janji!"

.

.

Malam ini terasa sepi tanpa Azka, Reyna bisa merasakan nya, malamnya terasa hampa tanpa senyuman duda tampan itu, biasanya setelah makan malam Azka akan membantunya membereskan bekas makan mereka, sekedar bagi tugas karena Azka paham pasti Reyna capek melakukannya sendiri.

Mata Reyna mengembun, rasanya sakit sekali.

Kenapa denganku, kenapa aku seperti ini?

Yang ditahan akhirnya keluar juga, kristal bening itu meluncur begitu saja tanpa seizin Reyna.

Reyna menatap kursi yang biasa Azka duduki kini kosong tanpa penghuni, ini baru semalam bagaimana dengan malam yang selanjutnya, apa Reyna akan terbiasa. Reyna hanya bisa berdoa semoga Azka segera diberikan kesembuhan totak tanpa cedera sedikit pun, agar dia biaa melakukan aktivitasnya sehari-hari lagi.

Usai membereskan semuanya sendiri, Reyna segera ke kamarnya. Dia berhenti sejenak di anak tangga ke-4, Reyna menatap ruang tengah yang juga biasanya Azka tempati untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Cepatlah sembuh, rumah ini sepi tanpa kehadiranmu.

Reyna berhenti lagi di depan kamar Azka, pintunya tertutup rapat. Niat ingin masuk langsung dia urungkan, karena tindakannya ini termasuk lancang, Reyna hanya boleh masuk jika sudah mendapatkan izin dari pemiliknya langsung, selain itu tidak boleh dan tidak diperkenankan melanggar. Reyna menghela nafasnya pelan, sebelum menuju kamar terlebih dulu Reyna ingin memeriksa Farel.

"Farel, kok belum tidur? Tadi katanya ngantuk?" Reyna mendekati ranjang, Farel seperti tak menghiraukan panggilan dan kedatangannya, pandangannya kosong dan terus fokus ke depan.

"Farel, kamu baik-baik saja?" Hening, tidak ada sahutan apa pun darinya, hanya suara deru nafas yang tersenggal-senggal namun bukan itu yang menjadi masalahnya.

"Kita do'a sama-sama ya, semoga Ayah cepat sembuh dan bisa berkumpul bareng Farel, Bunda, dan Oma juga." Di umurnya yang baru saja menginjak 4 tahun, Farel sudah merasakan artinya kehilangan sosok Ibu kandung yang telah melahirkan nya, dan sekarang di umur nya yang baru 5 tahun dia juga harus berjuang untuk menguatkan dirinya saat sang Ayah terbaring lemah di rumah sakit, Farel sangat berharap kejadian yang sama takkan terulang lagi, bagaimana bisa dia berdiri dengan kedua kakinya lagi jika dunianya saja sudah meninggalkannya sendiri di sini.

"Apakah nasib Ayah akan sama dengan Bunda dulu? Apa Ayah akan ditanam juga seperti Bunda?" (Udah ya, capek buat Farel cadel, gak terlalu paham juga hehe. Karena Farel sudah umur 5 tahun jadi lidahnya sedikit panjang gak cadel lagi. Jangan protes ya).

Reyna terkesiap dengan pertanyaan Farel yang tak terduga ini, bagaimana bisa anak umur segini paham dengan sistem tanam menanam, yah walaupun sebagian besar tau lah maksudnya tetapi menurut Reyna, Farel tuh tipe anak yang tertutup dan jarang interaksi, jadi untuk hal seperti itu dia tidak akan paham kecuali Azka sendiri yang menceritakan padanya.

"Shuttt, Farel gak boleh ngomong gitu, do'akan Ayah yang terbaik aja," Reyna mencium pucuk kepala Farel dan mengajaknya tidur.

Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!