MWD 15 : Belajar Masak

"Apa kau mencoba untuk kabur? Apakah semuanya tidak cukup untukmu sehingga kamu ingin mencari kenyamanan di luar? Kamarnya kurang bagus atau kurang empuk? Ruangannya panas, AC-nya rusak?"

Begitulah pertanyaan beruntun Azka saat memergoki Reyna yang hampir saja keluar rumah.

"Kenapa aku tidak melihatnya duduk di sofa sih, bagaimana bisa aku berani kabur hanya dengan memastikan kamarnya tertutup rapat." Reyna saat itu juga merutuki dirinya, karena bertindak gegabah.

Azka bersidekap dada menatap Reyna yang duduk tepat di depannya, seperti biasa jika takut dia akan menunduk tidak berani menatap lawan bicaranya. Reyna sudah seperti berada dalam ruang introgasi, keadaannya cukup menegangkan.

"Tidak ingin menjelaskan apa alasan kamu ingin keluar rumah?" Reyna tambah bingung, jika dia memberitahukan alasannya karena ingin menolong teman kerjanya apa Azka akan percaya.

"Saya hanya ingin menghirup udara malam," jawaban seadanya tentu saja tidak membuat Azka langsung percaya, masa iya menghirup udara harus ngendap-endap kayak maling begitu, yang ada Azka semakin curiga tapi ya sudahlah dia tidak ingin ikut campur lebih dalam lagi.

"Baiklah, saya harap kamu mengatakan yang sebenarnya. Sekarang, kamu boleh kembali!" Azka melanjutkan kegiatan kerjanya yang sempat tertunda tadi, sepertinya dia masih belum mau beranjak ke kamarnya. Reyna gregetan, tangannya sudah gatal pengen seret Azka menjauh dari ruang tengah.

"Tatapanmu membuat saya tidak nyaman," Azka memang melihat layar laptopnya tapi bisa tau Reyna tengah menatapnya intens. Reyna segera membuang muka dan berlalu pergi. Oke, misi menyelamatkan Lia gagal. It's okay masih ada hari esok untuk mencari tau.

.

.

Reyna bangun sangat pagi, sadar dirinya menumpang di sini jadi harus dibiasakan, tidak peduli dengan matanya yang menolak bangun Reyna memilih untuk cuci muka agar rasa kantuknya hilang. Hari masih gelap tapi jam di ponselnya menunjukkan pukul setengah enam.

Reyna bergegas ke dapur sebelum orang rumah bangun, kakinya masih lemas langkahnya tak beraturan, kepalanya masih pusing, tapi Reyna paksakan saja.

Suasana dapur kosong, keadaannya juga gelap. Reyna tidak begitu tau di mana letak saklar lampu.

"Bodo amat, masak dengan suasana gelap gak ada salahnya," Reyna menyalakan kompor, api di kompor tersebut setidaknya bisa sedikit menerangi apalagi saat Reyna buka kulkas, lampunya menjadikan dapur sedikit terang. Tangannya yang gesit mulai memotong sayur yang akan dia jadikan sup.

"Ahh sial, daging ayam habis. Pake daging sapi enak juga, tapi sisa sedikit. Nanti Farel makan pake apa?" Cukup lama Reyna berpikir sampai akhirnya dia memilih untuk membaginya saja, setengah untuk bahan sup dan sisanya untuk Farel. Lanjut, Reyna beralih pada telur rencananya sih mau buat telur dadar.

"Ini gak ada yang tau bahan makanan habis ya?" Reyna mendengus pelan kala melihat telur ayam sisa 2, mana cukup untuk porsi empat orang termasuk dirinya yang juga harus makan.

"Oh iya, telur ini akan aku campur dengan sedikit tepung agar kelihatan banyak," Reyna menjentikkan jarinya, bangga dengan kualitas otaknya yang masih di bawah standar namun berhasil mengeluarkan ide yang begitu hebat.

"Kau bangun sepagi ini?"

"Ehh, hah?" Reyna hampir saja melempar pisau ke arah Azka yang datang tiba-tiba dan mengejutkannya. Lelaki itu kini berdiri di samping Reyna.

"Jika kamu memasak dalam keadaan gelap begini, bisa saja Mama memukulmu dengan gagang sapu karena mengira jika kamu adalah pencuri," Azka terkekeh pelan, tangannya bergerak menekan saklar lampu yang berada tepat di dekat kulkas, Reyna ngedumel gak jelas. Bagaimana bisa dia tidak melihatnya, mungkin karena efek bangun tidur.

"Butuh bantuan?" tawar Azka saat melihat Reyna yang kesusahan membuka toples isi garam, sebenarnya tutup toples tidak sekuat itu, bukan juga karena Reyna ingin cari perhatian tapi karena Azka yang menatapnya dari tadi membuat Reyna grogi melanjutkan aktivitas nya.

"Terima kasih." Azka mengangguk lalu pergi, Reyna bisa bernafas lega mengelus dadanya yang berdetak tak karuan jika berada dekat seperti itu dengan Azka.

"Apa aku punya penyakit jantung?"

Untuk kesekian kali, Reyna berhasil mendapatkan hati Wati. Dia sangat menyukai masakan Reyna, tak jarang dia memuji kelezatan dalam setiap racikannga, Wati heran kenapa dia tidak bisa memasak seenak ini, dia jadi teringat saat mendiang suaminya masih ada, lelaki itu tidak pernah membantah bagaimanapun rasa masakan istrinya di saat Azka yang mengeluh tidak mau sarapan karena masakannya sangat asin.

Setelah Azka berangkat kerja, tinggallah mereka bertiga di rumah, Reyna memilih menemani Farel bermain di kamarnya karena hari ini hujan deras memungkinkan untuk tidak berkeliaran di luar rumah walaupun Farel sempat merengek mau mandi hujan sambil bermain.

"Ekhem, boleh Oma masuk?" Suara di pintu menbuat Reyna menoleh dan melempar senyum canggung. Farel tidak mendengar karena sibuk dengan mainan robot canggih yang bisa berubah bentuk.

Wati duduk tepat di samping Reyna, wanita paruh baya itu menyadari kegugupan Reyna.

"Apa aku mengganggu kalian?"

"Sama sekali tidak Nyonya--"

"Panggil Ibu saja." Reyna mengangguk pelan.

"Jadi begini Reyna, aduh bagaimana cara mengatakannya ya. Jika kamu bersedia, maukah kamu mengajariku memasak, mungkin agak sedikit memalukan aku mengatakan ini tapi--" Reyna diam menunggu. "Aku hanya ingin menjadi berguna untuk Azka dan Farel, selama ini aku sama sekali tidak pandai dalam memasak, tetapi mendiang suamiku tidak pernah mempermasalahkan itu, aku jadi merasa bersalah karenanya, sungguh aku bukan istri yang baik," Wati menunduk jika kembali mengingat bagaimana susahnya mereka saat kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, di sanalah kesetiaan Wati diuji. Mereka pernah ada di posisi paling bawah sekali, disebabkan perusahaan Papa Azka bangkrut karena suatu hal yang membuat Wati dan Azka menyimpan dendam kepada pelakunya. Lantas apa kaitannya dengan memasak? Wati yang sudah terbiasa dan terlena hidup mewah dari semenjak menikah dengan Rizal (Papa Azka) membuatnya lalai dalam melakukan pekerjaan rumah seperti beres-beres rumah, termasuk memasak juga. Wati menyarankan sebaiknya mempekerjakan ART saja agar kerjaan jadi lebih mudah dan usulannya tersebut disetujui oleh suaminya. Sehari-hari tugas rumah selalu dikerjakan oleh ART tanpa campur tangan Wati, dia hanya sibuk berkeliaran pergi ke rumah temannya dengan alasan arisan lah, reunian kampus lah, pesta ulang tahun lah, yah kurang lebih begitu. Sampai tiba waktu di mana mereka berada di ambang kehancuran, makanan pun hanya seadanya saja. Wati yang tak pandai memasak jadi mubazir makanan karena tidak ada yang mampu menghabiskan makanan buatannya.

Sekelebat bayang-bayang memori dahulu membuat Wati merasa berdosa pada suami dan anaknya, untuk sekarang semoga dia bisa menebusnya. Wati mendongak menatap Reyna yang sepertinya tampak berpikir.

.

.

"Bu, potong bawangnga jangan terlalu tebal karena nanti akan mempengaruhi rasanya, lebih baik dipotong tipis saja."

"Tapi ini sudah tipis, mau setipis apa lagi?" Setipis kesabaranmu Bu. Reyna tersenyum teduh, diajarin bukannya nurut malah protes. Reyna hanya bisa mengulum senyum dan senantiasa bersabar.

Wati beralih memotong tomat, seperti arahan Reyna agar memotong tipis lagi tapi hasilnya sama saja.

"Memotong itu susah, bagaimana jika tanganku tergores pisau." Ahh ternyata itu masalahnya, Wati takut tangannya terluka.

"Jika hati-hati akan baik-baik saja Bu. Ibu hanya perlu memegang gagang pisau ini dan objeknya seperti ini," kesabaran Reyna setebal isi dompet Azka, dia berhasil memberikan arahan pada Wati dan kabar baiknya itu berhasil, Wati cukup puas dengan kerja kerasanya sampai gak sadar dia mengusap matanya bekas potong bawang, alhasil dia berterika kepanasan.

Cukup lama Reyna mengajarinya, sekarang waktunya menguji coba masakan Wati dengan Reyna sebagai pencicip dan Wati yang memasak. Udah kayak acara Master chef aja.

Mulai dari yang sederhana saja, Wati ingin memasak omelet telur. Sudah tau takaran garam berapa sendok serta cara membuatnya Wati benar-benar paham, tinggal uji coba.

Wati menghidangkan omelet yang sudah jadi di meja makan, bentuknya agak berantakan tapi Reyna tak mempermasalahkan itu siapa tau rasanya bisa membuktikan bahwa bentuk takkan mengubah rasa.

Saat Reyna akan memakannya, reaksi Wati sungguh berlebihan, dia berteriak heboh takut akan gagal. Reyna diam, bagaimana dia akan menikmati rasanya jika Wati terus saja berteriak seperti orang gila.

"Reyna, tolong jangan katakan apa pun, aku tidak ingin mendengarnya. Apa garamnya kebanyakan? Tidak, tidak, jangan katakan itu. Apakah enak?" Reyna menghela nafas pasrah, Wati bertingkah seperti anak kecil.

"Ibu masukin gula berapa sendok?" tanya Reyna lembut. Bukankah dia sudah bilang membuat omelet tidak pakai gula.

"Huh, syukurlah jika omeletnya tidak asin. Tadi aku tidak sengaja memasukkan garam setengah sendok makan, ya sudah pake gula saja biar gak asin banget, tapi enak kan?" Wati harap-harap cemas.

"Terlalu manis dan juga asin campur jadi satu, tapi teksturnya enak hanya kelebihan takaran gula dan garamnya saja," Reyna segera meneguk segelas air.

"Ternyata memasak punya aturan juga," Wati menelungkupkan wajahnya.

"Ibu sebaiknya ikut kursus memasak saja agar dapat pengetahuan yang lebih baik lagi, saya dulu pernah ikut." Wati mengangkat sedikit wajahnya, saran Reyna gak ada salahnya juga, siapa tau dia akan menjadi ahli setelahnya. Wati mengangguk dengan senyum sumringah. Dia membuka internet, mencari tempat kursus memasak terdekat yang beroperasi hari ini, detik ini juga.

"Aku sudah dapat lokasinya, kamu dan Farel harus ikut serta," Wati berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Terpopuler

Comments

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

Mulyanthie Agustin Rachmawatie

hmm....seru juga ngajarin mak lampir eh udah berubah jadi lbih baik yaa....

2023-10-08

1

lihat semua
Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!