Hari ini Reyna dibuat bingung oleh rekan kerjanya, mereka semua memakak pakaian yang bagus kecuali dirinya yang hanya mengenakan baju biasa, lalu di mana baju kerja mereka?, kenapa tidak memakainya, bukankah ini jam kerja? Apakah ada acara penting yang tidak Reyna ketahui? Jika ada acara lantas kenapa Ana tidak memberitahunya dari kemarin, kan setidaknya dia ada persiapan? Seluruh pertanyaan kian bermunculan di benaknya.
"Kalian tampak rapi, ada acara penting di sini?" Reyna menghampiri Ana dan Dodi yang sibuk selfi berdua mumpung pakai baju bagus.
"Iya, katanya sih Bos akan ke sini untuk melihat perkembangan Kafe miliknya," jawab Ana seraya menggeser layar ponselnya melihat hasil jepretan Dodi.
"Kok gak ada yang kasih tau aku, tau begini aku bisa memakai pakaian yang rapi juga dari rumah," Reyna menatap bajunya sendu.
"Kami juga baru tau loh Na dan gak ada persiapan sama sekali, baju ini dari Manajer kita tadi beliau sendiri yang membagikannya, mumpung gratis kan ya udah kita pakai," Ana berucap dengan senang, kapan lagi coba mereka dibelikan baju mahal seperti ini oleh atasan mereka, yang mereka tau Andi orangnya galak dan pelit tapi entah kesambet jin jenis apa tiba-tiba baik hati begini.
"Oh ya? Untuk aku gak ada?" tanya Reyna. Keduanya saling tatap, gak tau tentang baju untuk Reyna karena Andi tadi hanya memberikan empat paperbag kepada mereka, tapi yang satunya untuk Lia tapi perempuan introvert itu absen lagi hari ini. Ana menunduk, dia jadi tidak enak, bodohnya lagi dia baru tau kalau baju untuk Reyna tidak ada, apa Andi melupakan Reyna?
"Gak apa-apa jika tidak ada, aku bisa pakai mana yang ada saja. Kapan pemilik Kafe ini datang?" Reyna mencoba mengalihkan topik agar Ana dan yang lainnya tidak merasa bersalah, walaupun sebenarnya dalam hati dia merasa sedih karena hanya dia sendiri yang tidak dibelikan baju oleh atasannya.
"Sekitar pukul 9. Bagaimana kalo kamu pakai baju milik Lia saja, bukankah tinggi kalian sama?" Ana menyerahkan paperbag yang bertuliskan nama Lia di sana. Reyna menatap paperbag tersebut dan tersenyum.
"Mama pernah bilang kalo kita gak boleh memakai atau menggunakan barang yang bukan hak kita, walaupun Lia tidak masuk kerja hari ini tapi tetap saja itu milik dia, jadi aku gak punya hak untuk memakainya," Reyna sedikit mendorong paperbag yang disodorkan Ana. Ana semakin menundukkan pandangannya.
"Jika memang jadwalnya jam 9, aku bisa kok balik ke rumah untuk ambil baju," ujar Reyna.
"Tidak perlu!!" Andi muncul dari balik tembok, sepertinya dia habis menguping pembicaraan dua gadis muda itu. Semuanya lantas menoleh dan mendapati Andi dengan sebuah paperbag, tapi bentuk dan model paperbag itu sangat berbeda dengan milik Ana dan yang lainnya, bentuknya sangat elegan dan mewah, di sana juga tertulis nama Reyna bisa diprediksi bahwa barang itu untuk Reyna.
"Gunakan ini!!" Andi menyodorkan paperbag tersebut yang langsung diterima dengan senang hati oleh Reyna namun sedikit ragu-ragu juga.
"Untuk saya?"
"Bukan, itu untuk nenek kamu."
"Tapi nenek saya sudah meninggal." Andi memutar bola matanya kesal, ya untuk siapa lagi sudah jelas-jelas nama Reyna tertera di sana. Andi melenggang pergi, males juga ngeladenin Reyna yang banyak tanya.
"Terima kasih Pak!!" Reyna berteriak hingga tetdengar sampai ruangan Andi.
"Wow Reyna, ini terlihat berbeda dari punya kami, ayo cepat pakai aku ingin melihat bagaimana penampilanmu," Ana sangat antusias jika masalah baju mahal dan bagus, dia terus saja mendesak Reyna.
"Iya-iya, tapi masa aku ganti di sini," Reyna menatap dua lelaki yakni Dodi dan Rizky yang sedang menyaksikan aksi lebay Ana. Ana ikut menatap sekeliling dan mendelik kepada Rizky yang menatapnya datar.
"Pengacau," dengus Ana lalu menarik lengan Reyna menuju belakang.
"Cepat pakai!" Ana mendorong tubuh kurus Reyna untuk masuk ke ruang ganti.
Di dalam, Reyna mengeluarkan baju tersebut dari paperbag. Oh ternyata itu bukan baju tapi sebuah dress. Tapi tunggu, ini kan dress mahal banget kok bisa Manajernya memberikan dress semahal ini untuknya, bahkan gajinya tiga bulan saja masih belum cukup untuk membeli dress ini. Saat membuka lipatan dress tersebut tiba-tiba dari dalam jatuh sebuah amplop warna putih yang terselip di dress itu. Reyna memungutnya dan menatap amplop tadi.
"Apa ini gaji pertamaku? Tidak mungkin, bahkan aku baru tiga hari bekerja di sini. Bisa jadi uang bonus atau nggak uang makan," tanpa berlama-lama menebak yang tidak pasti Reyna memilih untuk membukanya daja daripada penasaran kayak orang bego. Reyna cepat-cepat membuka perekat yang menempel pada amplop agar terlihat isinya. Raut kekecewaan di wajah Reyna mulai terlihat, bukannya uang yang didapat malah sebuah kertas. Reyna berdecak kesal, ternyata terlalu berharap itu tidak baik apalagi kepada manusia.
Reyna mengeluarkan kerts yang dilipat memanjang memenuhi ruang amplo tersebut, ada tulisan dengan tinta merah dengan capslock. "BERHENTI IKUT CAMPUR!!!!!"
Reyna memgernyit bingung, lagi-lagi masalah tentang ikut campur. Sebenarnya ada apa sih sampai segitunya ngelarang Reyna ikut campur.
"Semua yang ada di Kafe ini aneh, gak ngerti lagi sama mereka," Reyna menghela nafas pelan lalu membuang surat aneh itu di sembarang tempat.
"Reyna!! Udah belum ganti bajunya? Kalo ada masalah sama resletingnya sini biar aku bantu," suara teriakan Ana dari luar membuyarkan lamunan Reyna.
"Sebentar lagi Ana," Reyna ikut berteriak karena mungkin saja ruangan ganti ini kedap suara walaupun mustahil. Dengan kecepatan angin, Reyna sudah terbaluti dengan dress mahal selutut warna coklat muda, sesuai sekali dengan warna kulitnya yang putih. Tapi sedikit terbuka di bagian dada membuat Reyna sedikit risih untuk keluar dan menyambut Bos pemilik Kafe ini, apa tidak sopan memberikan sambutan dengan dress sedangkan Reyna hanya karyawan biasa di sini, sungguh tidak pantas jika dibayangkan.
"Jangan berkhayal di dalam, sebaiknya keluar dan tunjukkan penampilanmu Reyna!" Lagi-lagi suara Ana memenuhi gendang telinganya, perempuan itu sungguh cerewet. Reyna masih ragu, dia harus keluar dengan dress ini atau mengganti lagi dengan baju yang dia pakai dari rumah?, tapi nanti Andi akan tersinggung dan kecewa karena Reyna tidak menghargai pemberiannya di sisi lain Reyna malu dan gak enak karena hanya dirinya yang mendapatkan baju sebagus ini. Reyna berfikir sambil menggigitu kuku jarinya.
"Terserah gimana pandangan orang, aku akan tetap pada pendirianku." Reyna melangkah keluar dan disambut oleh teriakan histeris dari Ana yang sangat berlebihan.
"Reyna!! Ini kamu? Wahhh aku gak percaya ini, kamu cantik sekali," Ana menutup mulutnya dengan eskpresi kagumnya yang lebay, Reyna tersenyum canggung dan mencoba menerka apa Ana gak iri jika hanya Reyna yang mendapat dress cantik?
"Aku pikir kamu kurang make up, lihat saja bibirmu pucat. Mari aku olesi dengan lip cream punyaku, dan sedikit bedak akan mempermulus wajahmu." Ana berlari ke arah lokernya dan mengambil tas miliknya, Ana meraba-raba isi tasnya, wajahnya tersenyum cerah ketika dia menemukan apa yang dicarinya. Sebuah lip cream dan bedak bermerek. Reyna menggeleng kuat, dia yang tidak pernah memakai apapun di wajahnya langsung menolak.
"Hey, menyambut sang pemlik Kafe tidak seperti ini, jadi kamu harus cantik yah kalo pucat begini nanti bukan sambutan namanya," Ana menahan dagu Reyna dan mengisyaratkan untuk Reyan supaya membuka mulutnya agar mudah bagi Ana mengolesi lip cream ke bibir Reyna. Reyna terpaksa menurut, jika menolak nanti bisa-bisa Ana mendiaminya sebulan.
"Nice. Sekarang sedikit bedak untuk mempermulus." Ana yang ahli dalam per-make up an sangat telaten merias wajah Reyna, seharusnya Ana jadi MUA aja gak sih gak perlu kerja di Kafe.
"Oke. Selesai. Lihatlah!!" Ana memberikan Reyna sebuah cermin.
"Gimana? Cantik kan?" Ana menaik turunkan alisnya bangga dengan hasil kerjanya. Reyna tersenyum menatap pantulan wajahnya setelah dirias Ana.
"Ini sangat bagus Ana. Besok saat aku menikah sepertinya aku tidak perlu menyewa MUA," goda Reyna dibalas tawa renyah oleh Ana.
"Jangan mengejekku, kemampuanku masih di bawah standar," jelas Ana.
Ana menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 8:40.
"20 menit lagi, ayo kita ke depan pasti yang lain sudah menunggu," Ana menarik lengan Reyna.
"Tapi aku malu."
"Kenapa?"
"Dress ini membuatku tidak nyaman, aku malu jika harus jadi pusat perhatian dengan penampilanku," jawab Reyna.
"Kenapa dengan penampilanmu Reyna? Bukankah ini sudah perfect?, aku saja tidak bisa berkata-kata saat melihat perubahan kamu," Ana yang masih belum paham dengan arah pembicaraan Reyna.
"Aku merasa tidak pantas jika harus mengenakan dress ini, tidak sesuai dengan posisi aku yang hanya sebagai karyawan biasa di sini." Ana diam sejenak, perkataan Reyna ada benarnya juga.
"Tapi bukankah Pak Andi sendiri yang memberikannya padamu, jadi untuk apa harus malu? Ini juga kan bukan keinginan kamu. Ayo bangkitlah, kamu mengenakannya hanya beberapa jam ke depan setelah itu kamu bisa melepasnya." Reyna akhirnya mengiyakan ucapan Ana dan memilih berjalan di belakang perempuan itu.
"Kenapa kalian lama sekali? Meja-meja itu masih belum di-- Wow, Reyna!! This is you?" Dodi tak kalah kagetnya dengan Ana, suaranya sampai terdengar ke ruangan Andi. Baiklah, Reyna gugup sekarang. Tolong siapa pun sembunyikan Reyna dari seluruh pasang mata yang menatapnya. Dodi dan Rizky menghampiri Reyna yang masih dengan posisinya di dekat meja kasir bersama Ana di sampingnya yang senyam-senyum, masih bangga dengan hasil riasannya yang merubah Reyna menjadi secantik ini, bahkan Lisa Blackpink kalah dengan Reyna. (Fans BP jangan hujat aku, ini hanya cerita novel 😭).
"Jika kamu setiap hari seperti ini, bisa-bisa aku menyelingkuhi pacarku," kekeh Dodi.
"Dihh masih mending Rini mau jadi pacar kamu Dod, sok-sok an banget bilang mau nyelingkuhi," sahut Ana dengan sarkas.
"Nenek lampir diwajibkan diam karena gak ada naskah nya," ujar Dodi kesal lalu berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya mengatur meja dan kursi.
"Kamu sendiri ngapain masih berdiri di sini? Sana bantu Dodi!!" Rizky tak menghiraukan Ana yang ngomel gak jelas, ucapannya hanya dianggap angin lalu, matanya tetap fokus menatap Reyna yang sedikit menunduk.
"Awas, ntar naksir kan bahaya. Bisa-bisa Lia punya saingan, ups." Ana refleks menutup mulutnya yang gak bisa direm ini. Reyna sontak menatap Ana bingung sementara Rizky melotot tajam.
...----------------...
Maafkan jika ada kalimat yang kurang tepat dan kebanyakan typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments