MWD 05 : Dress?

Hari ini Reyna dibuat bingung oleh rekan kerjanya, mereka semua memakak pakaian yang bagus kecuali dirinya yang hanya mengenakan baju biasa, lalu di mana baju kerja mereka?, kenapa tidak memakainya, bukankah ini jam kerja? Apakah ada acara penting yang tidak Reyna ketahui? Jika ada acara lantas kenapa Ana tidak memberitahunya dari kemarin, kan setidaknya dia ada persiapan? Seluruh pertanyaan kian bermunculan di benaknya.

"Kalian tampak rapi, ada acara penting di sini?" Reyna menghampiri Ana dan Dodi yang sibuk selfi berdua mumpung pakai baju bagus.

"Iya, katanya sih Bos akan ke sini untuk melihat perkembangan Kafe miliknya," jawab Ana seraya menggeser layar ponselnya melihat hasil jepretan Dodi.

"Kok gak ada yang kasih tau aku, tau begini aku bisa memakai pakaian yang rapi juga dari rumah," Reyna menatap bajunya sendu.

"Kami juga baru tau loh Na dan gak ada persiapan sama sekali, baju ini dari Manajer kita tadi beliau sendiri yang membagikannya, mumpung gratis kan ya udah kita pakai," Ana berucap dengan senang, kapan lagi coba mereka dibelikan baju mahal seperti ini oleh atasan mereka, yang mereka tau Andi orangnya galak dan pelit tapi entah kesambet jin jenis apa tiba-tiba baik hati begini.

"Oh ya? Untuk aku gak ada?" tanya Reyna. Keduanya saling tatap, gak tau tentang baju untuk Reyna karena Andi tadi hanya memberikan empat paperbag kepada mereka, tapi yang satunya untuk Lia tapi perempuan introvert itu absen lagi hari ini. Ana menunduk, dia jadi tidak enak, bodohnya lagi dia baru tau kalau baju untuk Reyna tidak ada, apa Andi melupakan Reyna?

"Gak apa-apa jika tidak ada, aku bisa pakai mana yang ada saja. Kapan pemilik Kafe ini datang?" Reyna mencoba mengalihkan topik agar Ana dan yang lainnya tidak merasa bersalah, walaupun sebenarnya dalam hati dia merasa sedih karena hanya dia sendiri yang tidak dibelikan baju oleh atasannya.

"Sekitar pukul 9. Bagaimana kalo kamu pakai baju milik Lia saja, bukankah tinggi kalian sama?" Ana menyerahkan paperbag yang bertuliskan nama Lia di sana. Reyna menatap paperbag tersebut dan tersenyum.

"Mama pernah bilang kalo kita gak boleh memakai atau menggunakan barang yang bukan hak kita, walaupun Lia tidak masuk kerja hari ini tapi tetap saja itu milik dia, jadi aku gak punya hak untuk memakainya," Reyna sedikit mendorong paperbag yang disodorkan Ana. Ana semakin menundukkan pandangannya.

"Jika memang jadwalnya jam 9, aku bisa kok balik ke rumah untuk ambil baju," ujar Reyna.

"Tidak perlu!!" Andi muncul dari balik tembok, sepertinya dia habis menguping pembicaraan dua gadis muda itu. Semuanya lantas menoleh dan mendapati Andi dengan sebuah paperbag, tapi bentuk dan model paperbag itu sangat berbeda dengan milik Ana dan yang lainnya, bentuknya sangat elegan dan mewah, di sana juga tertulis nama Reyna bisa diprediksi bahwa barang itu untuk Reyna.

"Gunakan ini!!" Andi menyodorkan paperbag tersebut yang langsung diterima dengan senang hati oleh Reyna namun sedikit ragu-ragu juga.

"Untuk saya?"

"Bukan, itu untuk nenek kamu."

"Tapi nenek saya sudah meninggal." Andi memutar bola matanya kesal, ya untuk siapa lagi sudah jelas-jelas nama Reyna tertera di sana. Andi melenggang pergi, males juga ngeladenin Reyna yang banyak tanya.

"Terima kasih Pak!!" Reyna berteriak hingga tetdengar sampai ruangan Andi.

"Wow Reyna, ini terlihat berbeda dari punya kami, ayo cepat pakai aku ingin melihat bagaimana penampilanmu," Ana sangat antusias jika masalah baju mahal dan bagus, dia terus saja mendesak Reyna.

"Iya-iya, tapi masa aku ganti di sini," Reyna menatap dua lelaki yakni Dodi dan Rizky yang sedang menyaksikan aksi lebay Ana. Ana ikut menatap sekeliling dan mendelik kepada Rizky yang menatapnya datar.

"Pengacau," dengus Ana lalu menarik lengan Reyna menuju belakang.

"Cepat pakai!" Ana mendorong tubuh kurus Reyna untuk masuk ke ruang ganti.

Di dalam, Reyna mengeluarkan baju tersebut dari paperbag. Oh ternyata itu bukan baju tapi sebuah dress. Tapi tunggu, ini kan dress mahal banget kok bisa Manajernya memberikan dress semahal ini untuknya, bahkan gajinya tiga bulan saja masih belum cukup untuk membeli dress ini. Saat membuka lipatan dress tersebut tiba-tiba dari dalam jatuh sebuah amplop warna putih yang terselip di dress itu. Reyna memungutnya dan menatap amplop tadi.

"Apa ini gaji pertamaku? Tidak mungkin, bahkan aku baru tiga hari bekerja di sini. Bisa jadi uang bonus atau nggak uang makan," tanpa berlama-lama menebak yang tidak pasti Reyna memilih untuk membukanya daja daripada penasaran kayak orang bego. Reyna cepat-cepat membuka perekat yang menempel pada amplop agar terlihat isinya. Raut kekecewaan di wajah Reyna mulai terlihat, bukannya uang yang didapat malah sebuah kertas. Reyna berdecak kesal, ternyata terlalu berharap itu tidak baik apalagi kepada manusia.

Reyna mengeluarkan kerts yang dilipat memanjang memenuhi ruang amplo tersebut, ada tulisan dengan tinta merah dengan capslock. "BERHENTI IKUT CAMPUR!!!!!"

Reyna memgernyit bingung, lagi-lagi masalah tentang ikut campur. Sebenarnya ada apa sih sampai segitunya ngelarang Reyna ikut campur.

"Semua yang ada di Kafe ini aneh, gak ngerti lagi sama mereka," Reyna menghela nafas pelan lalu membuang surat aneh itu di sembarang tempat.

"Reyna!! Udah belum ganti bajunya? Kalo ada masalah sama resletingnya sini biar aku bantu," suara teriakan Ana dari luar membuyarkan lamunan Reyna.

"Sebentar lagi Ana," Reyna ikut berteriak karena mungkin saja ruangan ganti ini kedap suara walaupun mustahil. Dengan kecepatan angin, Reyna sudah terbaluti dengan dress mahal selutut warna coklat muda, sesuai sekali dengan warna kulitnya yang putih. Tapi sedikit terbuka di bagian dada membuat Reyna sedikit risih untuk keluar dan menyambut Bos pemilik Kafe ini, apa tidak sopan memberikan sambutan dengan dress sedangkan Reyna hanya karyawan biasa di sini, sungguh tidak pantas jika dibayangkan.

"Jangan berkhayal di dalam, sebaiknya keluar dan tunjukkan penampilanmu Reyna!" Lagi-lagi suara Ana memenuhi gendang telinganya, perempuan itu sungguh cerewet. Reyna masih ragu, dia harus keluar dengan dress ini atau mengganti lagi dengan baju yang dia pakai dari rumah?, tapi nanti Andi akan tersinggung dan kecewa karena Reyna tidak menghargai pemberiannya di sisi lain Reyna malu dan gak enak karena hanya dirinya yang mendapatkan baju sebagus ini. Reyna berfikir sambil menggigitu kuku jarinya.

"Terserah gimana pandangan orang, aku akan tetap pada pendirianku." Reyna melangkah keluar dan disambut oleh teriakan histeris dari Ana yang sangat berlebihan.

"Reyna!! Ini kamu? Wahhh aku gak percaya ini, kamu cantik sekali," Ana menutup mulutnya dengan eskpresi kagumnya yang lebay, Reyna tersenyum canggung dan mencoba menerka apa Ana gak iri jika hanya Reyna yang mendapat dress cantik?

"Aku pikir kamu kurang make up, lihat saja bibirmu pucat. Mari aku olesi dengan lip cream punyaku, dan sedikit bedak akan mempermulus wajahmu." Ana berlari ke arah lokernya dan mengambil tas miliknya, Ana meraba-raba isi tasnya, wajahnya tersenyum cerah ketika dia menemukan apa yang dicarinya. Sebuah lip cream dan bedak bermerek. Reyna menggeleng kuat, dia yang tidak pernah memakai apapun di wajahnya langsung menolak.

"Hey, menyambut sang pemlik Kafe tidak seperti ini, jadi kamu harus cantik yah kalo pucat begini nanti bukan sambutan namanya," Ana menahan dagu Reyna dan mengisyaratkan untuk Reyan supaya membuka mulutnya agar mudah bagi Ana mengolesi lip cream ke bibir Reyna. Reyna terpaksa menurut, jika menolak nanti bisa-bisa Ana mendiaminya sebulan.

"Nice. Sekarang sedikit bedak untuk mempermulus." Ana yang ahli dalam per-make up an sangat telaten merias wajah Reyna, seharusnya Ana jadi MUA aja gak sih gak perlu kerja di Kafe.

"Oke. Selesai. Lihatlah!!" Ana memberikan Reyna sebuah cermin.

"Gimana? Cantik kan?" Ana menaik turunkan alisnya bangga dengan hasil kerjanya. Reyna tersenyum menatap pantulan wajahnya setelah dirias Ana.

"Ini sangat bagus Ana. Besok saat aku menikah sepertinya aku tidak perlu menyewa MUA," goda Reyna dibalas tawa renyah oleh Ana.

"Jangan mengejekku, kemampuanku masih di bawah standar," jelas Ana.

Ana menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul 8:40.

"20 menit lagi, ayo kita ke depan pasti yang lain sudah menunggu," Ana menarik lengan Reyna.

"Tapi aku malu."

"Kenapa?"

"Dress ini membuatku tidak nyaman, aku malu jika harus jadi pusat perhatian dengan penampilanku," jawab Reyna.

"Kenapa dengan penampilanmu Reyna? Bukankah ini sudah perfect?, aku saja tidak bisa berkata-kata saat melihat perubahan kamu," Ana yang masih belum paham dengan arah pembicaraan Reyna.

"Aku merasa tidak pantas jika harus mengenakan dress ini, tidak sesuai dengan posisi aku yang hanya sebagai karyawan biasa di sini." Ana diam sejenak, perkataan Reyna ada benarnya juga.

"Tapi bukankah Pak Andi sendiri yang memberikannya padamu, jadi untuk apa harus malu? Ini juga kan bukan keinginan kamu. Ayo bangkitlah, kamu mengenakannya hanya beberapa jam ke depan setelah itu kamu bisa melepasnya." Reyna akhirnya mengiyakan ucapan Ana dan memilih berjalan di belakang perempuan itu.

"Kenapa kalian lama sekali? Meja-meja itu masih belum di-- Wow, Reyna!! This is you?" Dodi tak kalah kagetnya dengan Ana, suaranya sampai terdengar ke ruangan Andi. Baiklah, Reyna gugup sekarang. Tolong siapa pun sembunyikan Reyna dari seluruh pasang mata yang menatapnya. Dodi dan Rizky menghampiri Reyna yang masih dengan posisinya di dekat meja kasir bersama Ana di sampingnya yang senyam-senyum, masih bangga dengan hasil riasannya yang merubah Reyna menjadi secantik ini, bahkan Lisa Blackpink kalah dengan Reyna. (Fans BP jangan hujat aku, ini hanya cerita novel 😭).

"Jika kamu setiap hari seperti ini, bisa-bisa aku menyelingkuhi pacarku," kekeh Dodi.

"Dihh masih mending Rini mau jadi pacar kamu Dod, sok-sok an banget bilang mau nyelingkuhi," sahut Ana dengan sarkas.

"Nenek lampir diwajibkan diam karena gak ada naskah nya," ujar Dodi kesal lalu berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya mengatur meja dan kursi.

"Kamu sendiri ngapain masih berdiri di sini? Sana bantu Dodi!!" Rizky tak menghiraukan Ana yang ngomel gak jelas, ucapannya hanya dianggap angin lalu, matanya tetap fokus menatap Reyna yang sedikit menunduk.

"Awas, ntar naksir kan bahaya. Bisa-bisa Lia punya saingan, ups." Ana refleks menutup mulutnya yang gak bisa direm ini. Reyna sontak menatap Ana bingung sementara Rizky melotot tajam.

...----------------...

Maafkan jika ada kalimat yang kurang tepat dan kebanyakan typo

Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!