MWD 14 : Kecoa

"Eh-eh kok pada balik, ada yang ketinggalan?" Wati kelihatan bingung saat Azka membawa Reyna kembali, dia yang sedang santai menonton acara favoritnya yaitu rumpi no secret sempat teralihkan oleh kedatangan mereka.

Wati mengambil alih Farel yang tengah tidur nyenyak di pundak Azka, tidak mau banyak tanya dulu Wati lebih memilih membawa cucu kesayangan namun menyebalkan itu ke kamarnya.

Azka membungkuk hendak membantu Reyna membawa semua barangnya tapi segera tertahan.

"Biar saya saja Tuan." Ucapan Reyna membuat Azka mengerutkan dahinya. Larangan adalah perintah untuk Azka, tidak peduli seberapa keras Reyna menghalangi dia tetap keras kepala.

"Kamar kamu. Kebetulan kosong jadi bisa untuk kamu tempati," Reyna rasa, ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas Azka, Reyna pikir dia akan tinggal di kamarnya dulu tetapi tidak, ini lebih seperti kamar tuan Putri baginya, kamar dengan ranjang king size yang mewah, sebelahan pula dengan kamar Azka dan Farel, bisa dibilang posisi Reyna ada di tengah-tengah.

"Saya akan menemukan kos-an secepatnya Tuan, agar tidak merepotkan," ucap Reyna.

"Tinggallah sesukamu, saya rasa Farel lebih bahagia jika kamu tinggal di sini."

"Tap-tapi--"

"Istirahatlah!" Kalimat terakhir Azka sebelum meninggalkan Reyna beradaptasi dengan kamar barunya.

Reyna masih berdiam diri di belakang pintu, kakinya enggan melangkah, dia merasa tidak pantas jika harus tinggal seperti ini. Reyna menyeret koper yang dibawanya menuju lemari besar yang lebih mirip seperti ruangan itu, tak henti-hentinya dia berdecak kagum. Nasibnya cepat sekali berubah, tapi Reyna tidak marah akan hal itu hanya saja terasa menyusahkan orang rumah walaupun dia bekerja di sini, kamar seperti gudang itu sudah lebih dari cukup baginya untuk tinggal sementara.

Baru saja hendak memindahkan bajunya dari dalam koper, Reyna mendengar ada seseorang membuka pintu. Azka menyembulkan kepalanya mencari keberadaan Reyna.

"Kau sibuk?" tanya Azka. Reyna menggeleng, dapat Reyna lihat wajah Azka tampak pucat, apakah dia sakit?

Azka memanggil Reyna dengan menggerakkan tangannya. Mau tidak mau Reyna menurut saja.

"Kau takut kecoa?" Baiklah pertanyaan ini sangay aneh. Jelas saja Reyna tidak takut, masa hewan kecil ditakutin kecuali kalo hewan itu tiba-tiba terbang ke arahnya. Kelamaan menunggu jawaban Reyna yang harus melamun dulu, tanpa pikir panjang Azka menarik pergelangan tangan Reyna dan pergi ke kamarnya.

Azka berhenti di depan kamar mandi, pintunya tertutup rapat.

"Ada kecoa di dalam sana." Apa? Azka takut kecoa? Badan gentle begini takut sama hewan kecil itu, Reyna ingin tertawa terbahak-bahak tapi sadar situasinya lagi gak bagus. Azka benar-benar menunjukkan sisi lemahnya di sini, Reyna memandang Azka dengan senyum yang tertahan. Merasa paham akan tatapan Reyna yang seakan ingin mengejeknya, ekspresinya seketika berubah datar.

"Jangan salah paham, saya bukannya takut tapi jijik," ucapnya dingin. Reyna sontak mengatup bibirnya rapat-rapat.

Reyna berjalan dengan mengendap-endap memasuki kamar mandi, berbekal sapu yang diberikan Azka, Reyna sudah siap untuk membasmi hama. Hewan terbang tersebut berada tepat di atas wastafel, ternyata bukan hanya satu tapi lima dan tempatnya mencar, ada yang di shower, di bathtub, dan bahkan ada di WC. Reyna mengheka nafas, bagaimana bisa kamar mandi sebersih ini dihinggapi kecoa yang notabennya hewan kotor. Reyna menatap Azka yang berdiri di pintu dengan cengiran khas tanpa dosa seraya mempersilahkan Reyna menyelesaikan tugasnya sementara dia menunggu di luar sambil main laptop.

Azka menutup pintu kamar mandi dengan Reyna di dalamnya, sudah dibilang tidak perlu ditutup karena Reyna juga sedikit takut jika nanti kecoa itu hinggap di tubuhnya dia bisa lari keluar, tapi Azka membantah juga. Jika pintu ini tidak ditutup, tentu saja hewan menjijikkan itu akan pindah ke kamar saya.

Harap-harap cemas, Azka menggigit bibir bawahnya membayangkan bagaimana Reyna mengusir hewan itu.

5 menit sebelum kejadian....

Azka hendak buang air kecil, namun tiba-tiba dia dikagetkan oleh kehadiran sosok hewan tak diundang ini, Azka mejadi kesal lalu dia menyiram kecoa tersebut dengan air satu ember berharap agar segera pergi, memang benar-benar pergi tapi belum selesai sampai di situ, kecoa itu kembali lagi dengan membawa temannya. Curang, dia bawa komplotan. Azka berlari terbirit-birit keluar lalu menutup pintunya dengan rapat. Satu saja mungkin bisa Azka atasi, tapi ini lima mau lawan yanh mana dulu jika dia diserbu.

Azka menoleh kala pintu kamar mandi terbuka menampilkan Reyna dengan baju yang setengah basah dan rambut yang berantakan.

"Kamu sudah membunuh hewan itu?"

"Saya tidak mau membunuh mereka, jadi saya mengusirnya saja. Mereka juga mau hidup kayak kita," tutur Reyna.

"Ck, harusnya kamu bunuh saja tadi. Bagaimana jika hewan itu datang lagi dengan jumlah lebih banyak?" Azka bergidik ngeri jika membayangkan kecoa tadi datang lagi membawa serta keluarga dan sanak saudara bahkan bisa juga membawa warga satu kampung kecoa untuk menyerbu Azka.

"Jika datang lagi, Tuan bisa panggil saya," Reyna menyunggingkan senyum manisnya membuat Azka sedikit tenang.

Setelah mandi Reyna merebahkan tubuhnya sejenak, keinginan untuk beres-beres hilang. Malam mulai menyapa, belum puas rebahan Reyna malah memilih untuk turun ke dapur, apa salahnya jika dia menyiapkan makan malam untuk orang rumah, itung-itung sebagai balas budi kepada Azka yang sudah mempercayakannya untuk tinggal di sini. Reyna rasa, Azka belum mengatakan apapun kepada Wati, Reyna takut Wati akan menolak kehadirannya di sini. Reyna mencari hoodie nya di dalam koper lalu bergegas turun ke bawah.

Tidak ada siapapun di dapur, Reyna tersenyum simpul karena merasa inilah kesempatannya untuk memasak, tidak terlalu terbiasa dengan alat dapur mahal, Reyna tampak berhati-hati dalam menggunakannya.

Bau masakan Reyna mengundang para penghuni rumah untuk ke dapur.

"Wahhh baunya enak sekali," Wati langsung saja mendudukkan bokongnya, tangannya sudah siap untuk menyantap makanan yang Reyna masak, Wati sama sekali tidak bertanya kenapa bisa Reyna masih di sini. Reyna tidak masak banyak, hanya untuk malam ini karena takut gak habis kan mubazir. Azka turun belakangan dengan Farel di gendongannya, harusnya gak perlu di bangunin. Reyna menyiapkan kursi untuk Azka lalu mengajak Farel untuk makan dengannya saja agar tidak mengganggu. Huh, Reyna sudah seperti ibu rumah tangga dengan kegiatan barunya ini, lebih tepatnya baby sitter yang pindah jabatan jadi ART.

Tidak ada percakapan sama sekali setelah makan malam, benar-benar hening. Reyna sendiri jadi canggung.

"Biar saya saja yang bereskan semuanya," Reyna menahan tangan Azka yang hendak menaruh piring kotor ke wastafel, Reyna buru-buru sadar karena sudah lancang memegang punggung tangan Azka. Lagi-lagi Azka benar-benar menulikan telinganya, dia tidak menurut sama sekali.

.

.

Selesai menidurkan Farel, Reyna kembali ke kamarnya. Akhirnya dia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang remuk setelah sekian lama. Ngomong-ngomong, Reyna sudah lama sekali tidak berbicara dengan Ana lewat telpon begitu juga dengan Sapira, gadis itu tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi, kecuali Ana yang sudah berkali-kali menghubunginya namun Reyna saja yang belum sempat membalasnya. Semenjak Reyna pindah kerja, Sapira gak pernah menanyakan kabarnya bahkan lewat via SMS sekalipun.

Reyna meraih ponsel di atas nakas, berniat untuk menghubungi Sapira tapi sedikit ragu juga takut mengganggu.

"Sekedar tanya kabar, apa salahnya?" Reyna mengetikkan sebuah pesan singkat yang menanyakan kabarnya. 5-10 menit masih belum ada jawaban, sudah 30 menit Reyna menunggu tapi tak kunjunh dibalas, biasanya kalo dapat SMS dari Reyna, Sapira akan membalasnya dengan cepat. Sempat berpikir apakah Sapira juga sudah pindah rumah, bahkan dia sangat jarang mengunjungi Reyna ke kontrakan nya. Reyna sudah bosan dan gregeg karena tidak direspon sama sekali, jalan terakhir adalah menelponnya siapa tau diangkat.

'Nomor yang Anda tuju, tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi'

Reyna merenggut kesal, bagaimana bisa nomornya tidak bisa dihubungi.

"Apa Sapi ganti nomor ya?" Reyna menggeleng, memikirkannya membuat ia sakit kepala, sudah banyak tenaga yang ia kerahkan untuk hari ini jadi sebaiknya dia istirahat saja, tentang Sapira bisa dilanjutkan besok.

Saat akan memejamkan mata, notifikasi ponsel membuat ia terganggu karena pengirimnya mengirim banyak sekali pesan hingga membuat ponsel Reyna bergetar beberapa kali.

Terpampanb nama Lia di layar itu, pikiran Reyna sudah bergerak kemana-mana, cepat-cepat ia membuka isi pesan spam Lia dan membacanya. 'Tolong aku, Reyna'. Melihat isi pesannya tentu saja Reyna tidak akan berdiam diri, jari lentiknya menekan logo telpon untuk menghubungi Lia, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, apa yang dilakukan Lia sehingga mengiriminya pesan sebanyak itu, apa dia mendapat masalah lagi di tempat kerjanya? Sudah Reyna duga tidak seharusnya dia pindah kesini tapi, tetap saja akan dipecat.

Sama hal nya dengan Sapira, nomor Lia mendadak tidak aktif setelah pesan spam nya ia kirim pada Reyna, bagaimana bisa?

Reyna menggigiti kuku jarinya. Resah, tentu saja.

"Apa aku berani pergi ke Kafetaria malam-malam begini?" Reyna menimang-nimang sebentar sebelum mengeluarkan keputusan. Reyna memang penakut, tapi untuk hal yang genting seperti ini dia akan maju paling depan. Apa Azka akan mengizinkannya pergi selarut ini?

"Memangnya aku siapanya tuan Azka sehingga membuatku plin plan begini." Reyna tiba-tiba mengingat sesuatu. "Ah benar, kenapa tidak kepikiran dari tadi, untung saja aku sempat bertukar nomor dengan Rizky." Reyna serasa mendapat keajaiban setelah mengingat lelaki jangkung itu, Ana sempat bercerita padanya bahwa Lia dan Rizky sudah lama saling suka tapi masih pada gengsi buat ngungkapin perasaan satu sama lain, memang aneh remaja jaman sekarang.

"Ini kenapa semua orang mendadak tidak bisa dihubungi." Hilang sudah harapan terakhir Reyna. Dia kembali meraih hoodie tebalnya dan pergi keluar kamar, berharap tidak akan ada yang melihatnya keluar malam saat ini. Reyna memastikan kamar Wati tertutup rapat terutama kamar Azka.

"Oke, aman. Semua sepertinya sudah pada tidur," Reyna mengangguk mantap sambil jalan pelan-pelan agar langkahnya tidak kedengeran.

Reyna berhasil melewati tangga dan sampai di depan pintu utama, baru saja menyentuh gagangnya, pundaknya ditepuk oleh seseorang membuat Reyna berjengkit kaget.

"Mau kemana kamu?"

"Mampus, ketahuan."

Episodes
1 MWD 01 : Salah Paham
2 MWD 02 : Kerjaan Baru
3 MWD 03 : Masalah
4 MWD 04 : Lelaki Aneh
5 MWD 05 : Dress?
6 MWD 06 : Meet Again
7 MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8 MWD 08 : Baby Sitter
9 MWD 09 : Perpisahan
10 MWD 10 : Es Krim
11 MWD 11 : Resiko
12 MWD 12 : Menikah Lagi?
13 MWD 13 : Di Usir
14 MWD 14 : Kecoa
15 MWD 15 : Belajar Masak
16 MWD 16 : Brownies Mematikan
17 MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18 MWD 18 : Musibah
19 MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20 MWD 20 : Kabur
21 MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22 MWD 22 : Berita Duka
23 MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24 MWD 24 : Resmi Menikah
25 MWD 25 : Hadiah
26 MWD 26 : Kunjungan
27 MWD 27 : Penyakit Hati
28 MWD 28 : Balas Dendam
29 MWD 29 : Mencari Tau
30 MWD 30 : Curiga
31 MWD 31 : Berusaha Jujur
32 MWD 32 : Terpesona
33 MWD 33 : Dia Tau
34 MWD 34 : Surat Perceraian
35 MWD 35 : Hamil?
36 MWD 36 : Mulai Berani
37 MWD 37 : Mencoba Kabur
38 MWD 38 : Menerima Kembali
39 MWD 39 : Weekend
40 MWD 40 : Pisah Ranjang
41 MWD 41 : Ngidam
42 MWD 42 : Musibah
43 MWD 43 : Membandingkan
44 MWD 44 : Saingan
45 MWD 45 : Tamu tak Diundang
46 MWD 46 : Posesif
47 MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48 MWD 48 : Cari Perhatian
49 MWD 49 : Rapuh
50 MWD 50 : Habis Kesabaran
51 MWD 51 : Hasutan
52 MWD 52 : Malam yang Panjang
53 MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54 MWD 54 : Bersuci
55 MWD 55 : Baikan
56 MWD 56 : Nonton Bioskop
57 MWD 57 : Senja
58 MWD 58 : Perkara Trauma
59 MWD 59 : Anggota Baru
60 MWD 60 : Bayi
61 MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62 MWD 62 : Dia Putriku
63 MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64 MWD 64 : Di mana Azarin?
65 MWD 65 : Farel Khilaf
66 MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67 MWD 67 : Kunjungan Kakek
68 MWD 68 : Fenomena Langka
69 MWD 69 : Terserah
70 MWD 70 : Mansion Kakek
71 MWD 71 : Apa Ajalah
72 MWD 72 : Cuddle
73 MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74 MWD 74 : Ngungsi
75 MWD 75 : Meet
76 MWD 76 : Tawaran
77 MWD 77 : Me-time
78 MWD 78 : Berkebun
79 MWD 79 : Membuat Kue
80 MWD 80 : Perang Dingin
81 MWD 81 : Gagal Deep Talk
82 MWD 82 : Horor
83 MWD 83 : Sandi, What Happend?
84 MWD 84 : Debat Unfaedah
85 MWD 85 : Berita Duka
86 MWD 86 : The Real Friend
87 MWD 87 : Tertolak
88 MWD 88 : Nice Try
89 MWD 89 : Dua Kali
90 MWD 90 : Kasmaran
91 MWD 91 : Hukuman
92 MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93 MWD 93 : Masalah Baru
94 MWD 94 : Masalah Baru (2)
95 MWD 95 : Manusia Aneh
96 MWD 96 : Uncrush
97 MWD 97 : Kurang Fokus
98 MWD 98 : Insiden Modus
99 MWD 99 : Berita Unfaedah
100 MWD 100 : Dunia Bisnis
101 MWD 101 : Memancing Emosi
102 MWD 102 : Masa Pelatihan
103 MWD 103 : Keseleo
104 MWD 104 : Mesin Fotocopy
105 MWD 105 : Kumpul Keluarga
Episodes

Updated 105 Episodes

1
MWD 01 : Salah Paham
2
MWD 02 : Kerjaan Baru
3
MWD 03 : Masalah
4
MWD 04 : Lelaki Aneh
5
MWD 05 : Dress?
6
MWD 06 : Meet Again
7
MWD 07 : Pertemuan Terakhir? Maybe...
8
MWD 08 : Baby Sitter
9
MWD 09 : Perpisahan
10
MWD 10 : Es Krim
11
MWD 11 : Resiko
12
MWD 12 : Menikah Lagi?
13
MWD 13 : Di Usir
14
MWD 14 : Kecoa
15
MWD 15 : Belajar Masak
16
MWD 16 : Brownies Mematikan
17
MWD 17 : Hadiah untuk Farel
18
MWD 18 : Musibah
19
MWD 19 : Suara Hati Zila, Hehe...
20
MWD 20 : Kabur
21
MWD 21 : Fakta Mengejutkan
22
MWD 22 : Berita Duka
23
MWD 23 : Apakah Salah Aku Berharap?
24
MWD 24 : Resmi Menikah
25
MWD 25 : Hadiah
26
MWD 26 : Kunjungan
27
MWD 27 : Penyakit Hati
28
MWD 28 : Balas Dendam
29
MWD 29 : Mencari Tau
30
MWD 30 : Curiga
31
MWD 31 : Berusaha Jujur
32
MWD 32 : Terpesona
33
MWD 33 : Dia Tau
34
MWD 34 : Surat Perceraian
35
MWD 35 : Hamil?
36
MWD 36 : Mulai Berani
37
MWD 37 : Mencoba Kabur
38
MWD 38 : Menerima Kembali
39
MWD 39 : Weekend
40
MWD 40 : Pisah Ranjang
41
MWD 41 : Ngidam
42
MWD 42 : Musibah
43
MWD 43 : Membandingkan
44
MWD 44 : Saingan
45
MWD 45 : Tamu tak Diundang
46
MWD 46 : Posesif
47
MWD 47 : Aku Baik-baik saja
48
MWD 48 : Cari Perhatian
49
MWD 49 : Rapuh
50
MWD 50 : Habis Kesabaran
51
MWD 51 : Hasutan
52
MWD 52 : Malam yang Panjang
53
MWD 53 : Jamuan Makan Siang
54
MWD 54 : Bersuci
55
MWD 55 : Baikan
56
MWD 56 : Nonton Bioskop
57
MWD 57 : Senja
58
MWD 58 : Perkara Trauma
59
MWD 59 : Anggota Baru
60
MWD 60 : Bayi
61
MWD 61 : Dodi si Raja Gombal
62
MWD 62 : Dia Putriku
63
MWD 63 : Apa ajalah Terserah
64
MWD 64 : Di mana Azarin?
65
MWD 65 : Farel Khilaf
66
MWD 66 : Barang Berharga Bunda
67
MWD 67 : Kunjungan Kakek
68
MWD 68 : Fenomena Langka
69
MWD 69 : Terserah
70
MWD 70 : Mansion Kakek
71
MWD 71 : Apa Ajalah
72
MWD 72 : Cuddle
73
MWD 73 : Kunjungan Sahabat Lama
74
MWD 74 : Ngungsi
75
MWD 75 : Meet
76
MWD 76 : Tawaran
77
MWD 77 : Me-time
78
MWD 78 : Berkebun
79
MWD 79 : Membuat Kue
80
MWD 80 : Perang Dingin
81
MWD 81 : Gagal Deep Talk
82
MWD 82 : Horor
83
MWD 83 : Sandi, What Happend?
84
MWD 84 : Debat Unfaedah
85
MWD 85 : Berita Duka
86
MWD 86 : The Real Friend
87
MWD 87 : Tertolak
88
MWD 88 : Nice Try
89
MWD 89 : Dua Kali
90
MWD 90 : Kasmaran
91
MWD 91 : Hukuman
92
MWD 92 : Tongkrongan Laknat
93
MWD 93 : Masalah Baru
94
MWD 94 : Masalah Baru (2)
95
MWD 95 : Manusia Aneh
96
MWD 96 : Uncrush
97
MWD 97 : Kurang Fokus
98
MWD 98 : Insiden Modus
99
MWD 99 : Berita Unfaedah
100
MWD 100 : Dunia Bisnis
101
MWD 101 : Memancing Emosi
102
MWD 102 : Masa Pelatihan
103
MWD 103 : Keseleo
104
MWD 104 : Mesin Fotocopy
105
MWD 105 : Kumpul Keluarga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!