"Eh-eh kok pada balik, ada yang ketinggalan?" Wati kelihatan bingung saat Azka membawa Reyna kembali, dia yang sedang santai menonton acara favoritnya yaitu rumpi no secret sempat teralihkan oleh kedatangan mereka.
Wati mengambil alih Farel yang tengah tidur nyenyak di pundak Azka, tidak mau banyak tanya dulu Wati lebih memilih membawa cucu kesayangan namun menyebalkan itu ke kamarnya.
Azka membungkuk hendak membantu Reyna membawa semua barangnya tapi segera tertahan.
"Biar saya saja Tuan." Ucapan Reyna membuat Azka mengerutkan dahinya. Larangan adalah perintah untuk Azka, tidak peduli seberapa keras Reyna menghalangi dia tetap keras kepala.
"Kamar kamu. Kebetulan kosong jadi bisa untuk kamu tempati," Reyna rasa, ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas Azka, Reyna pikir dia akan tinggal di kamarnya dulu tetapi tidak, ini lebih seperti kamar tuan Putri baginya, kamar dengan ranjang king size yang mewah, sebelahan pula dengan kamar Azka dan Farel, bisa dibilang posisi Reyna ada di tengah-tengah.
"Saya akan menemukan kos-an secepatnya Tuan, agar tidak merepotkan," ucap Reyna.
"Tinggallah sesukamu, saya rasa Farel lebih bahagia jika kamu tinggal di sini."
"Tap-tapi--"
"Istirahatlah!" Kalimat terakhir Azka sebelum meninggalkan Reyna beradaptasi dengan kamar barunya.
Reyna masih berdiam diri di belakang pintu, kakinya enggan melangkah, dia merasa tidak pantas jika harus tinggal seperti ini. Reyna menyeret koper yang dibawanya menuju lemari besar yang lebih mirip seperti ruangan itu, tak henti-hentinya dia berdecak kagum. Nasibnya cepat sekali berubah, tapi Reyna tidak marah akan hal itu hanya saja terasa menyusahkan orang rumah walaupun dia bekerja di sini, kamar seperti gudang itu sudah lebih dari cukup baginya untuk tinggal sementara.
Baru saja hendak memindahkan bajunya dari dalam koper, Reyna mendengar ada seseorang membuka pintu. Azka menyembulkan kepalanya mencari keberadaan Reyna.
"Kau sibuk?" tanya Azka. Reyna menggeleng, dapat Reyna lihat wajah Azka tampak pucat, apakah dia sakit?
Azka memanggil Reyna dengan menggerakkan tangannya. Mau tidak mau Reyna menurut saja.
"Kau takut kecoa?" Baiklah pertanyaan ini sangay aneh. Jelas saja Reyna tidak takut, masa hewan kecil ditakutin kecuali kalo hewan itu tiba-tiba terbang ke arahnya. Kelamaan menunggu jawaban Reyna yang harus melamun dulu, tanpa pikir panjang Azka menarik pergelangan tangan Reyna dan pergi ke kamarnya.
Azka berhenti di depan kamar mandi, pintunya tertutup rapat.
"Ada kecoa di dalam sana." Apa? Azka takut kecoa? Badan gentle begini takut sama hewan kecil itu, Reyna ingin tertawa terbahak-bahak tapi sadar situasinya lagi gak bagus. Azka benar-benar menunjukkan sisi lemahnya di sini, Reyna memandang Azka dengan senyum yang tertahan. Merasa paham akan tatapan Reyna yang seakan ingin mengejeknya, ekspresinya seketika berubah datar.
"Jangan salah paham, saya bukannya takut tapi jijik," ucapnya dingin. Reyna sontak mengatup bibirnya rapat-rapat.
Reyna berjalan dengan mengendap-endap memasuki kamar mandi, berbekal sapu yang diberikan Azka, Reyna sudah siap untuk membasmi hama. Hewan terbang tersebut berada tepat di atas wastafel, ternyata bukan hanya satu tapi lima dan tempatnya mencar, ada yang di shower, di bathtub, dan bahkan ada di WC. Reyna mengheka nafas, bagaimana bisa kamar mandi sebersih ini dihinggapi kecoa yang notabennya hewan kotor. Reyna menatap Azka yang berdiri di pintu dengan cengiran khas tanpa dosa seraya mempersilahkan Reyna menyelesaikan tugasnya sementara dia menunggu di luar sambil main laptop.
Azka menutup pintu kamar mandi dengan Reyna di dalamnya, sudah dibilang tidak perlu ditutup karena Reyna juga sedikit takut jika nanti kecoa itu hinggap di tubuhnya dia bisa lari keluar, tapi Azka membantah juga. Jika pintu ini tidak ditutup, tentu saja hewan menjijikkan itu akan pindah ke kamar saya.
Harap-harap cemas, Azka menggigit bibir bawahnya membayangkan bagaimana Reyna mengusir hewan itu.
5 menit sebelum kejadian....
Azka hendak buang air kecil, namun tiba-tiba dia dikagetkan oleh kehadiran sosok hewan tak diundang ini, Azka mejadi kesal lalu dia menyiram kecoa tersebut dengan air satu ember berharap agar segera pergi, memang benar-benar pergi tapi belum selesai sampai di situ, kecoa itu kembali lagi dengan membawa temannya. Curang, dia bawa komplotan. Azka berlari terbirit-birit keluar lalu menutup pintunya dengan rapat. Satu saja mungkin bisa Azka atasi, tapi ini lima mau lawan yanh mana dulu jika dia diserbu.
Azka menoleh kala pintu kamar mandi terbuka menampilkan Reyna dengan baju yang setengah basah dan rambut yang berantakan.
"Kamu sudah membunuh hewan itu?"
"Saya tidak mau membunuh mereka, jadi saya mengusirnya saja. Mereka juga mau hidup kayak kita," tutur Reyna.
"Ck, harusnya kamu bunuh saja tadi. Bagaimana jika hewan itu datang lagi dengan jumlah lebih banyak?" Azka bergidik ngeri jika membayangkan kecoa tadi datang lagi membawa serta keluarga dan sanak saudara bahkan bisa juga membawa warga satu kampung kecoa untuk menyerbu Azka.
"Jika datang lagi, Tuan bisa panggil saya," Reyna menyunggingkan senyum manisnya membuat Azka sedikit tenang.
Setelah mandi Reyna merebahkan tubuhnya sejenak, keinginan untuk beres-beres hilang. Malam mulai menyapa, belum puas rebahan Reyna malah memilih untuk turun ke dapur, apa salahnya jika dia menyiapkan makan malam untuk orang rumah, itung-itung sebagai balas budi kepada Azka yang sudah mempercayakannya untuk tinggal di sini. Reyna rasa, Azka belum mengatakan apapun kepada Wati, Reyna takut Wati akan menolak kehadirannya di sini. Reyna mencari hoodie nya di dalam koper lalu bergegas turun ke bawah.
Tidak ada siapapun di dapur, Reyna tersenyum simpul karena merasa inilah kesempatannya untuk memasak, tidak terlalu terbiasa dengan alat dapur mahal, Reyna tampak berhati-hati dalam menggunakannya.
Bau masakan Reyna mengundang para penghuni rumah untuk ke dapur.
"Wahhh baunya enak sekali," Wati langsung saja mendudukkan bokongnya, tangannya sudah siap untuk menyantap makanan yang Reyna masak, Wati sama sekali tidak bertanya kenapa bisa Reyna masih di sini. Reyna tidak masak banyak, hanya untuk malam ini karena takut gak habis kan mubazir. Azka turun belakangan dengan Farel di gendongannya, harusnya gak perlu di bangunin. Reyna menyiapkan kursi untuk Azka lalu mengajak Farel untuk makan dengannya saja agar tidak mengganggu. Huh, Reyna sudah seperti ibu rumah tangga dengan kegiatan barunya ini, lebih tepatnya baby sitter yang pindah jabatan jadi ART.
Tidak ada percakapan sama sekali setelah makan malam, benar-benar hening. Reyna sendiri jadi canggung.
"Biar saya saja yang bereskan semuanya," Reyna menahan tangan Azka yang hendak menaruh piring kotor ke wastafel, Reyna buru-buru sadar karena sudah lancang memegang punggung tangan Azka. Lagi-lagi Azka benar-benar menulikan telinganya, dia tidak menurut sama sekali.
.
.
Selesai menidurkan Farel, Reyna kembali ke kamarnya. Akhirnya dia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang remuk setelah sekian lama. Ngomong-ngomong, Reyna sudah lama sekali tidak berbicara dengan Ana lewat telpon begitu juga dengan Sapira, gadis itu tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi, kecuali Ana yang sudah berkali-kali menghubunginya namun Reyna saja yang belum sempat membalasnya. Semenjak Reyna pindah kerja, Sapira gak pernah menanyakan kabarnya bahkan lewat via SMS sekalipun.
Reyna meraih ponsel di atas nakas, berniat untuk menghubungi Sapira tapi sedikit ragu juga takut mengganggu.
"Sekedar tanya kabar, apa salahnya?" Reyna mengetikkan sebuah pesan singkat yang menanyakan kabarnya. 5-10 menit masih belum ada jawaban, sudah 30 menit Reyna menunggu tapi tak kunjunh dibalas, biasanya kalo dapat SMS dari Reyna, Sapira akan membalasnya dengan cepat. Sempat berpikir apakah Sapira juga sudah pindah rumah, bahkan dia sangat jarang mengunjungi Reyna ke kontrakan nya. Reyna sudah bosan dan gregeg karena tidak direspon sama sekali, jalan terakhir adalah menelponnya siapa tau diangkat.
'Nomor yang Anda tuju, tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi'
Reyna merenggut kesal, bagaimana bisa nomornya tidak bisa dihubungi.
"Apa Sapi ganti nomor ya?" Reyna menggeleng, memikirkannya membuat ia sakit kepala, sudah banyak tenaga yang ia kerahkan untuk hari ini jadi sebaiknya dia istirahat saja, tentang Sapira bisa dilanjutkan besok.
Saat akan memejamkan mata, notifikasi ponsel membuat ia terganggu karena pengirimnya mengirim banyak sekali pesan hingga membuat ponsel Reyna bergetar beberapa kali.
Terpampanb nama Lia di layar itu, pikiran Reyna sudah bergerak kemana-mana, cepat-cepat ia membuka isi pesan spam Lia dan membacanya. 'Tolong aku, Reyna'. Melihat isi pesannya tentu saja Reyna tidak akan berdiam diri, jari lentiknya menekan logo telpon untuk menghubungi Lia, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, apa yang dilakukan Lia sehingga mengiriminya pesan sebanyak itu, apa dia mendapat masalah lagi di tempat kerjanya? Sudah Reyna duga tidak seharusnya dia pindah kesini tapi, tetap saja akan dipecat.
Sama hal nya dengan Sapira, nomor Lia mendadak tidak aktif setelah pesan spam nya ia kirim pada Reyna, bagaimana bisa?
Reyna menggigiti kuku jarinya. Resah, tentu saja.
"Apa aku berani pergi ke Kafetaria malam-malam begini?" Reyna menimang-nimang sebentar sebelum mengeluarkan keputusan. Reyna memang penakut, tapi untuk hal yang genting seperti ini dia akan maju paling depan. Apa Azka akan mengizinkannya pergi selarut ini?
"Memangnya aku siapanya tuan Azka sehingga membuatku plin plan begini." Reyna tiba-tiba mengingat sesuatu. "Ah benar, kenapa tidak kepikiran dari tadi, untung saja aku sempat bertukar nomor dengan Rizky." Reyna serasa mendapat keajaiban setelah mengingat lelaki jangkung itu, Ana sempat bercerita padanya bahwa Lia dan Rizky sudah lama saling suka tapi masih pada gengsi buat ngungkapin perasaan satu sama lain, memang aneh remaja jaman sekarang.
"Ini kenapa semua orang mendadak tidak bisa dihubungi." Hilang sudah harapan terakhir Reyna. Dia kembali meraih hoodie tebalnya dan pergi keluar kamar, berharap tidak akan ada yang melihatnya keluar malam saat ini. Reyna memastikan kamar Wati tertutup rapat terutama kamar Azka.
"Oke, aman. Semua sepertinya sudah pada tidur," Reyna mengangguk mantap sambil jalan pelan-pelan agar langkahnya tidak kedengeran.
Reyna berhasil melewati tangga dan sampai di depan pintu utama, baru saja menyentuh gagangnya, pundaknya ditepuk oleh seseorang membuat Reyna berjengkit kaget.
"Mau kemana kamu?"
"Mampus, ketahuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments