"Jangan kau jadikan itu sebagai alasan. Kau bisa bertanya pada Bi Nur. Cepatlah, saya akan turun sebentar lagi. Ketika saya turun waffle harus sudah siap!" tegas Bobby.
"Baik, Pak. Saya permisi." Aleta dengan wajahnya yang merah padam keluar dari kamar bosnya.
Saat ini dia sangat kesal karena dia tidak menduga jika bosnya ini telah semena-mena padanya. Ya, memang benar dia sendiri yang telah menyetujui dan menandatangani persyaratan yang telah dibuat bosnya. Aleta hanya bisa mengontrol rasa kesalnya dalam hati.
Dia berjalan menuruni anak tangga. Dia hendak pergi ke dapur. Setelah sampai di dapur, dia langsung menghampiri Bi Nur yang tengah mencuci piring.
"Bi Nur, Aleta mau minta tolong," ucap Aleta setelah berada di belakang Bi Nur.
"Minta tolong apa, Non. Apa yang harus Bi Nur bantu?" Bi Nur mencuci tangan dan mengeringkannya.
"Pak Bobby meminta saya untuk membuat waffle. Tapi, saya tidak tahu cara membuatnya. Sebab saya belum pernah membuatnya," jelas Aleta.
"Oh, Non Aleta ingin membuat waffle. Akan Bi Nur ajarkan, kemarilah."
Aleta mendekati Bi Nur. "Bibi akan persiapkan bahan-bahannya dulu." Bi Nur mengambil bahan-bahan untuk membuat waffle.
Sementara itu, Aleta menunggunya di meja pantry. Setelah beberapa menit, Bi Nur sudah mempersiapkan bahan-bahannya. Sekarang mereka mulai membuat adonan waffle.
"Perhatikan Bi Nur ya, Non." Bi Nur mulai menunjukkan cara membuat waffle.
Untuk langkah yang pertama. Bi Nur mencampur tepung terigu, tapioka, custard powder, baking powder. Kemudian dia mengaduknya sampai rata.
Kedua. Bi Nur mengocok gula dan telur sampai kental, lalu masukkan campuran terigu, air, susu, vanilla, dan aduk hingga rata. Kemudian, masukkan minyak, dan campur sampai rata.
Ketiga. Bi Nur meminta Aleta untuk memanaskan cetakan waffle menggunakan api kecil. Kemudian, olesi dengan sedikit mentega atau minyak. Setelah itu barulah tuangkan adonan serta ratakan. Bi Nur juga bilang pada Aleta untuk menutup dan segera balik.
Untuk langkah terakhir, hidangkan waffle dengan topping es krim dan sirup sesuai selera. Setelah siap, Aleta segera membawa waffle itu ke meja makan. Aleta kembali ke wastafel untuk mencuci tangan.
Setelah itu Aleta berdiri menunggu bosnya turun. Tak lama kemudian Bobby turun dan berjalan menuju meja makan. Bobby menarik kursi dan duduk.
"Bi Nur, siapa yang membuat waffle ini?" tanya Bobby seraya menatap ke arah Aleta.
"Non Aleta, Tuan. Bibi hanya membantunya sedikit," jawab Bi Nur.
"Baiklah, kalian berdua duduklah dan ayo kita sarapan bersama," ajak Bobby pada Bi Nur dan Aleta.
"Bibi mau ke supermarket dulu, Tuan. Tuan sarapan saja bersama Non Aleta."
"Ya sudah, pergilah."
"Hei, Gadis cabai! Kenapa berdiri saja? Ayo temani saya sarapan!" perintah Bobby.
"Saya sudah sarapan, Pak," jawab Aleta.
"Jangan berbohong! Cepat duduk! Jangan membuang-buang waktu saya!" desak Bobby.
Mau tidak mau Aleta pun menuruti permintaan bosnya. Dia pun duduk di kursi yang berhadapan dengan bosnya. Tanpa Aleta duga, Bobby memberikan waffle untuk Aleta.
"Cicipi dan makanlah!" perintah Bobby.
Bobby segera mencicipi waffle buatan sekretarisnya. Dia memakannya dengan lahap. Berbeda dengan Aleta. Dia makan dengan rasa canggung. Apalagi bosnya sedang memandangnya, itu membuatnya merasa malu.
"Bagaimana latihanmu semalam, apa kau sudah pandai menggunakan heels?" tanya Bobby, memecahkan kecanggungan.
"Sulit, Pak. Saya belajar soal jam 3 pagi."
"Bagaimana dengan sekarang, apa mau sudah lancar? Apa kau bisa mengimbangi cara jalanku?" tanya Bobby.
"Sekarang sudah mulai terbiasa. Saya akan berusaha mengimbangi kecepatan jalannya Pak Bobby."
"Bagus, pertahankan semangatmu ini! Cepat habiskan waffle-nya. Kita akan berangkat sebentar lagi!"
"Baik, Pak."
Aleta segera menghabiskan wafflenya. Setelah itu, mereka pun segera berangkat ke kantor. Kali ini yang akan membawa mobil adalah Aleta guna melancarkan latihannya.
"Ambil ini! Hari ini kau yang akan menyetir!" Bobby memberikan kunci mobilnya pada Aleta.
"Tapi, Pak. Saya belum lancar menyetir. Bagaimana jika saya melakukan kesalahan? Mobil Pak Bobby ini sangat mahal, saya takut membuat mobil Pak Bobby lecet," keluh Aleta.
"No problem! Itu bukan hal yang besar. Yang aku mau kau harus bisa menyetir secepatnya. Sebab mobilmu akan datang 1 minggu lagi. Cepat masuk!" tegas Bobby.
Aleta menbelalakkan matanya begitu mendengar itu. Dia tidak menyangka jika dia akan punya mobil. Ingin rasanya dia melompat kegirangan saat ini juga tapi dia malu pada bosnya.
Tin! Tin!
Suara klakson yang Bobby tekan membuat Aleta terlonjak kaget. "Iya, Pak. Aku masuk sekarang." Aleta mengitari mobilnya dan masuk melalui pintu kemudi.
"Ayo jalan!" perintah Bobby.
"Baik, Pak." Aleta dengan tangannya yang gemeteran mulai menghidupkan mesin mobilnya.
"Tenanglah, kau hanya perlu konsentrasi. Saya yakin kau bisa menyetir!" ucap Bobby dengan matanya yang tertuju pada Ipadnya.
"Iya, Pak." Aleta menghela napas panjang setelah dia melajukan mobilnya.
****
Albern Food ....
Saat ini Aleta dan Presdir Bobby telah sampai di kantor. Aleta berjalan mengimbangi kecepatan bosnya yang berjalan cukup cepat. Begitu mereka memasuki kantor dan berjalan menuju ruangan Presdir Bobby, semua mata tertuju pada Aleta yang berpakaian sangat rapi dan formal.
Apalagi melihat kedekatan Aleta dengan Presdir Bobby. Tentu saja hal itu membuat mulut julid para wanita yang bekerja di Albern Food mrasa iri dan tidak suka jika gadis muda seperti Aleta bisa berdekatan dengan pemilik perusahaan. Ini adalah awal dari Aleta untuk menguji mentalnya. Tidak mudah untuk mencapai kesuksesan.
Namun, Aleta tidak peduli dengan ucapan atau gosip yang akan teraebar di kantor mengenai dirinya dengan Presdir Bobby. Yang dia pikirkan adalah fokus bekerja untuk menyenangkan keluarganya. Aleta berjalan tegak tanpa memperhatikan sekitarnya.
Setelah sampai di ruangan Presdir Bobby, mereka pun masuk. Aleta menutup pintunya dan berjalan ke arah bosnya. "Pak, apa yang harus saya kerjakan hari ini?" tanya Aleta.
Bobby mengambil 2 buku tebal dan meletakkan di meja kerjanya. "Selama meja kerjamu belum datang, kau hafalkan 2 buku ini! Ini adalah buku yang akan mempermudahmu dalam berbicara bahasa asing. Hafalkan ini, saya akan beri waktu 2 bulan!"
Glek!
Mendengar itu Aleta tertegun disertai matanya yang membola dengan sempurna.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments