Tok! Tok! Tok!
Begitu sampai di depan ruangan Presdir Bobby, Aleta dengan tangan yang sedikit gemetar mulai mengetuk pintunya sebanyak tiga kali. "Masuklah," ucap Bobby dari dalam ruangannya.
Mendengar itu, Aleta pun mulai membuka pintu dan masuk dengan hati-hati. Aleta melihat Presdir Bobby tengah membaca beberapa dokumen mengenakan kaca mata bacanya. Sejenak, Aleta yang melihat itu sedikit terpesona melihat ketampanan sangat Presdir ini.
'Apa ini? Aku tersenyum melihatnya?'
"Kenapa berdiri di situ, duduklah," ucap Presdir Bobby seraya melepas kacamata bacanya.
"Euh ... iya, Pak." Aleta pun tersadar dari lamunannya.
Dia berjalan menghampiri Presdir Bobby. Kemudian di duduk di kursi yang berhadapan dengan Presdir Bobby. Aleta saat ini hanya menundukkan kepalanya sembari meremas jemarinya.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa saya memanggilmu ke ruanganku?" Presdir Bobby menatap ke arah Aleta.
Aleta yang mendengar itu langsung mengangkat wajahnya dan menatap atasannya. Kemudian Aleta menganggukkan kepalanya. "Iya, Pak. Kalau boleh saya tahu, kenapa Pak Bobby memanggil saya ke ruangan Bapak?" tanya Aleta sedikit gugup.
"Saya hanya ingin bertanya, kenapa kau menyebut saya pria aneh? Awalnya saya tidak mempedulikan itu tapi, kata-kata itu selalu muncul dipikiran saya. Jadi, saya ingin tahu kenapa kau menyebut saya pria aneh? Apakah penampilan saya aneh?" tanya Presdir Bobby.
"Eh? Saya pikir Pak Bobby memanggil saya untuk masalah pekerjaan tapi, ternyata Pak Bobby hanya ingin bertanya mengenai tragedi tadi?" Aleta mengerutkan keningnya. Dia merasa kebingungan.
"Iya, karena kata-katamu cukup mengganggu pkiranku. Jadi, katakan ... apa saya terlihat aneh?" Presdir Bobby beranjak dari kursi kerjanya.
Bobby berjalan menghampiri Aleta. Sementara itu, Aleta semakin kebingungan dengan tingkah atasannya itu. "Lihat saya baik-baik, perhatikan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Apakah penampilan saya ada yang aneh?" Bobby menunjukkan penampilan dengan karismatiknya.
Alih-alih menjawabnya, Aleta malah semakin dibuat terpana melihat betapa tampan dan karismatiknya Presdir Bobby ini. Aleta menuruti perintah atasannya untuk memperhatikan penampilan Presdir Bobby. Namun, sesekali dia tertegun melihat rahang tegas Presdir Bobby.
"Bagaimana? Apakah ada yang aneh?" tanya Presdir Bobby seraya mendekatkan wajahnya pada Aleta.
Reflek Aleta mendorong dada bidang Presdir Bobby karena dia ketakutan pada saat atasannya mendekatinya. "Penampilan Pak Bobby tidak ada yang aneh. Aku mengatakan itu karena sikap Pak Bobby yang aneh. Saya permisi." Aleta ketar-ketir dan langsung pergi meninggalkan ruangan Presdir Bobby.
Melihat tingkah Aleta tentu saja membuat Bobby tertawa. Menurutnya Aleta ini sangat lucu, tingkahnya lah yang aneh bukan malah sebaliknya. "Gadis itu kenapa?" tawa Presdir Bobby seraya menggelengkan kepala dengan mata yang tertuju pada pintu.
****
"Aleta, Tunggu!" teriak Nisa yang menunggu di lobi.
Nisa melihat Aleta tengah berlari cepat seperti habis melihat hantu saja. Wajah Aleta pucat dan berkeringat. Entah apa yang terjadi pada temannya di ruangan Presdir Bobby itu. Dia pun berlari mengejar temannya.
"Woiiy, lo kenapa?" Nisa menepuk bahu Aleta setelah berhasil menyusul temannya.
"Gila, gila. Gue belum pernah melihat pria aneh seperti itu," ucap Aleta.
"Apa yang terjadi di ruangan Presdir Bobby? Apa lo membuat onar lagi?' tuduh Nisa.
"Tidak, Nis! Gue enggak buat onar, justru gue merinding liat sikap Presdir Bobby yang aneh, ih." Aleta bergidik.
"Aneh gimana sih? Menurut gue, sikapnya normal normal saja, tidak ada yang aneh. Justru sikap lo ini yang aneh. Lo kek habis ngelihat hantu," timpal Nisa.
"Udah, ah. Percuma juga gue jelasin sama lo, lo enggak paham maksud gue!" Aleta mempercepat langkahnya.
****
Albern Mansion ....
Bobby saat ini baru sampai di Mansionnya. Dia pun duduk sebentar di ruang utama untuk menghilangkan penatnya. Setelah beberapa menit, karena merasa gerah, dia pun memutuskan untuk berenang di belakang ruang utama.
"Bi, tolong ambilkan handuk dan minuman segar! Antarkan ke kolam renang!" teriak Bobby pada salah satu pelayannya.
Sambil menunggu minuman dan handuk itu dibawa oleh pelayannya, Bobby pun melucuti pakainya. Bobby hanya memakai CD. Tanpa berlama-lama lagi, Bobby melompat ke kolam renang.
Dia asyik menghilangkan gerahnya dengan berenang. Tak lama kemudian, pelayannya pun datang dengan membawa handuk dan minuman segar permintaan tuannya. "Tuan, saya taruh di sini ya handuk sama minumannya," ucap pelayan itu seraya menaruh handuk di lengan kursi dan minumannya ditaruh di meja.
"Iya, Bi. Terima kasih. Bibi boleh pergi," ucap Bobby.
"Baik, Tuan. Saya permisi," ucap pelayan itu seraya pergi dari kolam.
Bobby keluar dari kolam dan menikmati minumannya terlebih dahulu. Setelah menghilangkan rasa haus di tenggorokannya, dia pun berenang lagi. Begitu puas berenang, Bobby keluar dari kolam dan memakai handuk yang sudah disiapkan pelayannya tadi. Bobby berjalan menuju lift yang berada di sebelah kolam renang untuk pergi ke kamarnya.
Ting!
Pintu lift terbuka, Bobby keluar dari lift dan berjalan menuju kamarnya. Begitu sampai di depan pintunya, Bobby menempelkan jarinya di sensor pintunya. Kemudian pintu terbuka. Inilah uniknya kamar Bobby, kamarnya sudah seperti apartemen dan hotel-hotel bintang lima.
Bobby memang sengaja memasang beberapa sistem perangkat di kamarnya karena dia tidak ingin privasinya diketahui banyak orang. Bobby masuk ke kamar dan menepuk tangannya sekali guna menyalakan lampu kamarnya. Setelah itu, dia pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
pada saat Bobby membuka pintu dan menginjakkan kakinya, sekali lagi lampu kamar mandi langsung menyala bersamaan dengan penghangat ruangan dan pengharum ruangan yang menyala ketika ada orang yang menginjakkan kaki di kamar mandi. Tak berlama-lama, Bobby langsung masuk ke ruangan yang berlapis kaca untuk mandi di bawah guyuran air shower.
Setelah beberapa saat, Bobby selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi dengan otomatis lampu kamar mandi pun mandi setelah Bobby keluar. Bobby berjalan ke ruangan khusus fashion.
Dia mengambil pakaian santai untuk berjalan-jalan santai di sore hari. Bobby bertepuk tangan dua kali untuk menutup gordynnya. Setelah itu, barulah dia memakai pakaiannya. Kamar Bobby benar-benar kamar yang canggih dan idaman sekali.
Setelah kurang lebih 37 menit, Bobby pun keluar dari kamarnya. Kali ini dia turun tidak menggunakan lift. Dia turun dengan menuruni anak tangga.
Dia berjalan menuju basement untuk mengambil mobilnya. Kali ini Bobby akan memakai mobil Mercedes-Benz berwarna putih. Dia segera memasuki mobilnya dan melakukannya.
Seperti biasa, sambil menyetir Bobby selalu memutar musik agar pikirannya merasa rileks. Sambil menentukan arah tujuannya, Bobby berniat untuk melipir ke sebuah express yang tidak lain dan tidak bukan tempat dia bekerja dulu. Dia ingin menemui mantan bosnya yang selalu menolongnya.
Begitu sampai di express itu, tidak sengaja dia melihat seorang gadis yang tidak asing. Yup, gadis itu tidak lain adalah Aleta.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mawar Bodas
Bobby udh sukses gimna kbar mantan istrinya
2023-10-18
1