Tok! Tok! Tok!
Aleta mengetuk pintu kontrakannya yang tak lama kemudian dibukakan oleh temannya, Zainisa. Begitu pintunya dibuka, Aleta langsung nyelonong masuk dengan membawa semua barang belanjaannya yang dibelikan oleh Presdir Bobby.
Nisa segera menutup pintunya, dia menyusul Aleta yang sudah masuk lebih dulu. Dengan wajahnya yang heran, Nisa duduk di sebelah temannya. Matanya tertuju pada semua barang belanjaan Aleta.
"Aleta, lo habis belanja?" tanya Nisa dengan tatapan yang serius.
Aleta mengangguk. "Ya," jawab Aleta dengan singkat.
"Sebanyak ini? Lo dapat uang dari mana?" tanya Nisa.
"Iya. Aku dibelanjain sama Pak Bobby," jawab Aleta.
"Apa? Pak Bobby?" Nisa membelalakkan matanya.
"Hmm," jawab Aleta singkat.
"Tunggu, tunggu! Kenapa dia mau belanjain lo sebanyak ini? Jangan-jangan lo jadi sugar babby-nya dia?" tuduh Nisa dengan menatap tajam temannya.
"Sembarangan!" Aleta mengusap wajah Nisa.
"Gue itu dibelanjain banyak kek gini karena mulai besok gue enggak bakalan kerja satu ruangan lagi bareng lo. Besok gue jadi sekretarisnya Pak Bobby," jelas Aleta.
"Apa? Haha, yang bener lo? Masa iya lo jadi sekretarisnya Pak Bobby." Nisa langsung tertawa terbahak-bahak. Dia tidak percaya dengan penjelasan temannya.
"Kalau enggak percaya ya sudah. Gue mau ke kamar. Gue harus berlatih jalan cepat dengan heels-heels ini, bye!" Aleta beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar.
Nisa yang masih belum puas dengan kekepoannya, dia menyusul Aleta ke kamarnya. "Aleta, jadi lo serius jadi sekretarisnya Pak Bobby? Gue enggak bisa bayangin akan seperti apa keadaan kalian jika terus bersama sepanjang hari. Bisa-bisa kalian bergulat dan terus bertengkar yang ada." Nisa memegang lengan Aleta yang berada di depan pintunya.
Aleta tidak langsung menjawabnya, dia membuka kamar dan masuk dengan barang belanjaannya. Diikuti oleh Nisa yang ikut masuk. Aleta menaruh semua belanjaannya di ranjang. Kemudian dia membuka salah satu paper bag dan mengeluarkan kotak yang berisi heels.
Tanpa berlama-lama dia langsung mencobanya. Dia berjalan perlahan di depan cermin yang besar. Dia sangat hati-hati memakai heels itu. Diah tidak yakin apakah dia bisa memakainya besok pagi.
"Aleta, jawab dulu pertanyaan gue!"
"Gue tadi udah jawab, Zainisa! Gue mendapat tawaran dari Pak Bobby untuk menjadi sekretarisnya. Kenapa lo enggak percaya sih? Lo bisa lihat besok," ucap Aleta.
****
Pagi hari ....
Aleta bangun lebih pagi dari temannya. Dia telah siap untuk berangkat ke rumah Presdir Bobby. Pagi ini dia memakai pakaian yang baru dibelikan oleh Presdir Bobby kemarin. Aleta pergi ke rumah atasannya menggunakan ojek.
Dia tidak sempat memesan ojek online karena waktunya tidak akan cukup. Setelah beberapa menit kemudian, Aleta sampai di depan Albern Home. Dia turun dari motor dan membayar tukang ojeknya.
Aleta berjalan memasuki rumah atasannya. Kali ini dia tidak dihadang security lagi karena atasannya sudah memberi tahu untuk selalu membukakan pintu untuk Aleta, sang sekretarisnya. "Selamat pagi, Neng Aleta," sapa security.
"Pagi, Pak." Aleta tersenyum ramah.
Aleta berjalan memasuki rumah Presdir Bobby melalui pintu utama. Begitu berada dalam, Aleta berpapasan dengan pelayan Albern Home yang bernama Nurmeida atau biasa dipanggil dengan Bi Nur. "Permisi, Non yang bernama Aleta ya," ujar Bi Nur.
"Iya, Bi."
"Tuan Bobby sudah menunggu di kamarnya, Non disuruh untuk menemuinya," jelas Bi Nur.
"Baik, Bi. Oh iya, kamar Pak Bobby sebelah mana ya?" tanya Aleta yang tidak tahu letak kamar atasannya.
"Akan Bibi antar, mari," ajak Bi Nur seraya memandu Aleta ke kamar tuannya.
Sesampainya di sana, Bi Nur menekan sebuah tombol dan berbicara. "Permisi, Tuan. Non Aleta sudah datang,"
"Suruh dia masuk!" perintah Bobby.
Alat ini adalah alat komunikasi semacam panggilan telepon antara tamu dengan pemilik kamar tersebut. "Silakan masuk, Non. Pintunya telah dibuka oleh Tuan Bobby," ujar Bi Nur.
"Iya, Bi. Terima kasih telah mengantarku."
Setelah mengatakan ucapan terima kasih kada Bi Nur, Aleta masuk ke kamar atasannya. Dia berjalan sedikit canggung dan ragu. Ini pertama kalinya dia memasuki kamar seorang pria apalagi pria itu adalah bosnya sendiri. Aleta kembali menutup pintunya setelah berada di dalam kamar.
"Permisi, Pak Bobby. Aleta masuk," ucap Aleta seraya berjalan mencari keberadaan bosnya.
"Kemarilah!" panggil Bobby pada Aleta.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments