Albern Home ....
Bobby baru saja sampai di rumahnya. Dia duduk bersandar di sofa panjangnya. Tak lama kemudian pelayannya yang bernama Nurmeida datang menghampiri tuannya.
"Tuan mau dibuatkan kopi?" tanya Bi Nur.
"Tidak, Bi. Tadi di kantor saya sudah minum kopi. Ambilkan air putih saja," ujar Bobby seraya membenarkan posisi duduknya.
"Baik, Tuan." Bi Nur pun pergi untuk mengambil air.
Sementara itu, Bobby hanya duduk. Tiba-tiba terlintas di benaknya kejadian saat di pantry kantornya. Dia mengingat dengan sangat jelas jika Aleta begitu ramah pada Calvin, sang BA perusahaannya. Entah kenapa dia tiba-tiba memikirkan Aleta.
Selain itu, Bobby juga mulai mencerna kembali perkataan Hadwin, sang CEO perusahaannya. Dia berpikir, tidak ada salahnya juga jika dia mencari seorang sekretaris yang akan membantu pekerjaannya. Toh, selama ini dia selalu kelelahan dalam pekerjaannya.
"Haruskah aku mencari sekretaris untuk membantu pekerjaanku? Bagaimana jika aku jadikan Aleta sebagai sekretarisku saja? Dia 'kan mudah bergaul, lagipula dia juga gadis yang ramah. Tidak ada salahnya jika dia menjadi sekretarisku," gumam Bobby sembari mempertimbangkan keputusannya.
Tak lama kemudian, Bi Nur datang dengan segelas air putih. "Tuan, ini minumnya." Bi Nur meletakkan gelas yang berisi air itu di meja.
"Terima kasih, Bi." Bobby mengambil air itu dan meneguknya.
"Kalau begitu Bibi permisi ya, Tuan. Masih ada pekerjaan yang harus Bibi kerjakan."
"Ya, silakan." Bobby mengangguk.
Kemudian Bi Nur pergi dari pandangan tuannya. Setelah pelayannya pergi, Bobby merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Dia segera menghubungi Manager Andrian, yang tak lama kemudian teleponnya diangkat.
Telepon terhubung!
"Hallo, Andrian," sapa Bobby setelah telepon tersambung.
"Hallo, Pak Bobby," jawab Andrian dari seberang telepon.
"Andrian, apa kau masih di kantor?" tanya Bobby.
"Iya, Pak. Saya masih di kantor. Ada apa ya, Pak?"
"Tolong cari tahu nomor telepon karyawan yang bekerja di bagian packing namanya Aleta."
"Baik, Pak. Saya akan periksa sekarang, sebentar."
"Okay, saya tunggu."
Sambil menunggu managernya mencari tahu nomor telepon Aleta, Bobby beranjak dari duduknya. Dia menunggu Andrian sambil mondar mandir. Tak lama kemudian, setelah beberapa menit Andrian berhasil menemukan nomor telepon Aleta.
"Pak, saya sudah mendapatkan nomor teleponnya. Mau saya sebutkan di telepon apa saya kirim pesan ke Pak Bobby saja?"
"Kirim lewat pesan saja sekarang,"
"Baik, Pak. Saya akan mengirimnya sekarang."
"Okay, cepatlah! Tutt!" Bobby memutuskan sambungan teleponnya.
Telepon terputus!
Tak menunggu waktu lama, sebuah pesan masuk yang tidak lain dari Andrian. Bobby segera membuka pesan itu dan menyimpan nomor telepon Aleta. Setelah itu, Bobby langsung menghubungi Aleta.
****
Albern Food ....
Saat ini semua karyawan Albern Food sudah bubar dari kantor karena ini sudah waktunya pulang. Aleta dan Nisa baru keluar dari kantor. Aleta hendak memesan grab car untuk pulang. Namun, sebelum dia memesannya ada sebuah pesan masuk yang nomornya tidak dia kenal.
"Nis, lihat ini! Ada yang meneleponku." Aleta menunjukkan ponselnya kepada temannya.
"Siapa yang nelepon?" tanya Nisa.
"Mana gue tahu, nomornya aja enggak kenal," jawab Aleta seraya menggidikkan bahunya.
"Kalau begitu coba lo angkat saja, siapa tahu penting," saran Nisa.
"Ya udah, gue angkat deh." Aleta langsung mengangkat teleponnya. Dia menempelkan ponsel di telinga kanannya.
Telepon terhubung!
"Hallo," ucap Aleta setelah telepon tersambung.
"Hallo, apa kau Aleta?" tanya seorang pria dari seberang telepon.
"Iya, saya sendiri. Maaf, anda siapa? Tahu nomor saja dari siapa?" tanya Aleta.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments