Surabi Cafe ....
Saat ini Aleta dan Nisa berada di meja no 37. Mereka tengah menunggu pesanannya. Sambil menunggu pesanannya tiba, mereka pun memotret nomor meja itu dengan memakai filter aesthetic untuk mereka jadikan sebagai bahan untuk story media sosialnya. Tak lama kemudian, pesanan mereka sudah sampai.
Salah satu pelayan cafe itu menyimpan pesanannya serta menyimpan struk untuk mereka bayar saat mereka selesai makan. Sekali lagi sebelum mereka memakan pesanannya, mereka memotretnya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah mereka menikmati surabi hangat fla duriannya.
Mereka tidak hanya makan saja, ada penyanyi cafe yang menghibur. Setelah kurang lebih 45 menit berada di cafe, dia tidak sengaja bertemu dengan atasannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bobby Albern. Awalnya Aleta tidak menyadari hal itu, tapi Nisa yang mulai menyadari jika pria yang baru saja datang dan duduk di sebelah mejanya adalah atasannya, Presdir Bobby.
"Aleta, coba tebak ... siapa pria yang saat ini ada di sebelahmu, heum." Nisa menaik-turunkan alisnya.
"Siapa?" tanya Aleta tanpa menoleh. Dia hanya sibuk dengan makanan kesukaannya.
"Makanya lo liat dulu,"
Aleta langsung menoleh ke samping karena penasaran dengan ucapan temannya itu. Begitu dia menoleh, alangkah terkejutnya dia pada saat pria yang selalu dia bilang pria aneh berada di sebelahnya. Sontak, dia terperanjat sehingga lututnua terbentur meja.
Byur!
Minuman yang dia pesan pun akhirnya tumpah mengenai surabi durian itu. "Aawh." Aleta mengangkat kakinya karena merasa nyeri di bagian lututnya.
"Aleta, lo kenapa? Lo enggak apa-apa 'kan?" Nisa beranjak dari duduknya dan memeriksa lutut temannya.
Karena kejadian inilah, kini mereka menjadi pusat perhatian sampai kedua pelayan cafe datang menghampirinya. Bobby yang saat ini baru mau mencicipi surabi ayam mayonaise pun kembali menaruh garpu dan pisaunya. Dia menghampiri Aleta serta temannya.
Bobby memang sudah mengetahui jika yang duduk di sebelah mejanya adalah Aleta dengan temannya. Namun, dia tidak ingin membuat Aleta mersa canggung dengan keberadaannya. Dia sama herannya dengan Aleta, kenapa mereka selalu saja bertemu. Di mana pun itu mereka selalu saja dipertemukan. Entah ini hanya sebuah kebetulan atau bukan.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Bobby dengan menatap ke arah Aleta.
Aleta menoleh ke arah Bobby. "Aku tidak apa-apa, Pak. Ayo, Nisa kita pulang," ajak Aleta seraya berjalan dengan kakinya agak sedikit diseret karena masih merasa ngilu pada lututnya.
Bobby yang melihat kepergian karyawannya pun tidak mungkin membiarkannya pulang berduaan seperti itu, apalagi kaki Aleta sedang terluka. Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan cafe. Sebelum pergi tentunya dia telah menyimpan beberapa lembar uang ratusan di meja untuk membayar pesanan yang belum dia sentuh sedikit pun.
Setelah sampai di parkiran, Bobby menarik tangan Aleta. "Jangan berbohong! Saya tahu kakimu terluka, sebagai atasan yang baik ... saya ingin menawarkan tumpangan untuk kalian pulang. Tentunya sebelum pulang, saya akan membawa kau ke rumah sakit terlebih dahulu."
"Pak Bobby tidak perlu terlalu baik pada kami. Kami tahu Pak Bobby atasan kami, tapi Pak Bobby harus ingat jika saat ini kita tidak berada di kantor, melainkan di luar. Itu artinya, Pak Bobby bukan atasan kami. Kami minta maaf, kami tidak bisa menerima tawaran Pak Bobby. Kami permisi. Ayo, Nisa." Aleta menarik tangan Nisa dan membawanya pergi sebelum Nisa mengatakan sesuatu pada atasannya itu.
Bobby yang mendengar itu hanya diam tak berkutik. Dia belum pernah melihat wanita jutek seperti Aleta. Selama ini dia selalu menghindari seorang wanita tapi entah kenapa ada apa yang terjadi padanya, sehingga dia selalu tertarik dengan masalah Aleta.
Sangat tidak mungkin jika dia jatuh cinta pada gadis berusia 20 tahun yang sembilan tahun lebih muda darinya. Bobby tak memikirkan masalah itu, dia pun memutuskan untuk pulang. Dia harus beristirahat karena mulai besok dia akan disibukkan dengan pekerjaannya.
****
Albern Food ....
Tidak terasa waktu berlalu begitu gelas, sore berganti malam dan malam berganti pagi. Kini semua orang disibukkan dengan pekerjaannya termasuk juga dengan Aleta dan Nisa. Saat ini, mereka berangkat lebih awal karena mereka tidak ingin sampai terlambat di hari pertama mereka bekerja.
Sesampainya di kantor, Aleta dan Nisa memasuki ruangan packing yang di mana mereka akan bekerja untuk packing makanan cepat saji itu. Untuk pertama kalinya, khusus karyasawan baru, mereka semua diajarkan cara packing dengan baik oleh salah satu staf yang bertugas di ruangan packing.
Sementara Presdir Bobby, dia masih tetap di ruangannya. Karena pekerjaannya tidak terlalu banyak, dia pun memutuskan untuk berkeliling melihat pada karyawannya dalam bekerja. Tempat pertama yang dia datangi adalah ruangan packing yang di mana ada Aleta di ruangan itu.
Bobby melihat para karyawannya dari pintu kaca. Matanya tertuju pada salah satu gadis yang rambutnya di sanggul ala pramugari. Gadis itu tidak lain adalah Aleta.
Dia memperhatikan dari atas sampai bawah. Kemudian dia melihat tepat ke arah kakinya Aleta. Dia ingin memastikan jika luka Aleta sudah sembuh.
Setelah puas melihat para karyawannya, dia pun kembali berkeliling untuk melihat ruang produksi bahan makanan. Selain tenaga kerja manusia, merak juga dibantu oleh mesin yang akan mempermudan dan mempersingkat waktu proses. Terlihat jelas semua karyawannya bekerja dengan giat dan fokus, Bobby senang melihat ini.
****
Tak lama kemudian, sekitar jam 12 siang, semua karyawan berhenti bekerja. Mereka semua pergi ke kantin untuk beristirahat. Semua karyawan mendapatkan jatah makan siang yang sudah disediakan Albern Food.
Aleta dah Nisa pun mengantri untuk mengambil jatah makan siang mereka. Setelah mendapatkan jatahakanannya, mereka pun berjalan mencari meja makan yang kosong. Setelah melihat ada meja yang kosong, mereka pun segera menempatinya.
Keduanya makan begitu lahap, hari ini di hari pertama kerja, pekerjaan mereka cukup banyak sehingga mereka merasa sangat lelah. Namun, meski begitu mereka sangat bersyukur karena bisa diterima bekerja di Albern Food. Selain gajinya yang besar, perusahaan ini juga telah menyediakan kebutuhan para karyawannya. Dan yang uniknya itu, perusahaan ini tidak pernah membandingkan lulusan pendidikannya.
Setelah beberapa menit, Aleta dan Nisa pun selesai makan. Mereka mengambil kotak makan itu dan membawanya ke ibu kantin yang bekerja. Kemudian mereka pun pergi meninggalkan kantin.
Mereka masuk lift untuk ke ruangan packing yang berada di lantai atas. Namun, begitu mereka menekan tombol dan pintunya akan tertutup tiba-tiba pria tampan masuk. Kini saat ini di dalam lift itu berisi tiga orang. Siapa saja?
Ketiga orang itu tidak lain adalah, Aleta, Nisa dah atasannya, yaitu Presdir Bobby. Lagi-lagi Aleta kembali dipertemukan dengan atasannya. Rasanya ini bukan kebetulan, karena ini sudah kesekian kalinya mereka bertemu.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments