Happy reading....
Bobby tidak langsung keluar dari mobilnya, dia menunggu Aleta keluar dari Express. Setelah beberapa menit kemudian, Aleta keluar dengan menutup kepalanya dengan topi Hoddie. "Gadis itu selalu saja menutupi kepalanya dengan topi, padahal rambutnya sangat indah," puji Bobby secara tidak langsung.
Begitu Aleta berjalan melewati mobil Bobby yang terparkir di depan express itu, tiba-tiba Bobby membunyikan klakson cukup keras membuat Aleta terlonjak kaget seraya memegangi dadanya. Refleks Aleta menoleh ke arah mobilnya. Di saat itulah kedua mata mereka saling bertemu dan memandang satu sama lain.
Namun, beberapa saat kemudian, Aleta menyadari jika pria yang ada di dalam mobil itu atasannya, dia pun langsung berjalan cepat. Melihat itu, Bobby keluar dari mobil dan memperhatikan gerak-gerik Aleta. Dia menggelengkan kepala melihat tingkah aneh Aleta yang seperti melihat hantu saja.
Bobby sudah tidak melihat Aleta lagi, dia pun memasuki Express, tempat dia bekerja dulunya. Pada saat dia memasuki express tersebut, alangkah terkejutnya semua orang yang bekerja di express sampai membelalakkan matanya. Dia tidak percaya jika pria yang datang adalah mantan pekerjanya dulu. Kali ini yang berbeda adalah penampilan Bobby yang sangat berkharisma dan fashionable.
"Bobby, kau?" salah satu pria yang sedang memasukkan paket ke dalam plastik besar pun mendekati Bobby.
Dia belum tahu jika Bobby telah sukses. Dia menganggap Bobby masih seperti Bobby yang dia kenal dan sederhana. Entah reaksi apa yang akan dia tunjukkan pada Bobby jika Bobby memberi tahu tentang kesuksesannya itu.
"Hai, apa kabarmu?" tanya Bobby disertai senyumannya.
"Baik, bagaimana denganmu?" rekan Bobby balik bertanya.
"Aku baik,"
"Ke mana saja kau selama ini, Bob? Kau seperti ditelan bumi. Tidak pernah ada yang tahu keberadaan bahkan kabarmu, apa terjadi padamu malam itu?" tanya rekannya.
"Ceritanya panjang, lain kali akan kuceritakan padamu. Oh iya, di mana Pak Frengki?" tanya Bobby.
"Pak Frengki sedang ke luar,"
"Baiklah, kalau begitu aku kembali setelah Pak Frengki sudah pulang. Kabari aku jika Pak Frengki sudah kembali." Bobby mengeluarkan kartu namanya dari sakunya.
Kemudian dia memberikan kartu nama itu pada rekannya. Rekannya pun mengambil kartu nama itu. Setelah itu Bobby keluar dari express dan pergi meninggalkan tempat dia bekerja dulu.
Sementara itu, rekannya justru terkejut saat melihat kartu namanya. Tentu saja terkejut, karena ternyata Bobby sudah sukses. Dia tidak menyangka jika rekannya dulu yang tidak begitu berkecukupan bisa sesukses ini. Ternyata artikel yang menyatakan jika pemilik Albern Food adalah rekannya sendiri.
Kemudian salah satu rekannya menghampiri dia. "Ada apa? Siapa yang barusan datang?" tanya pria itu yang tidak mengenali penampilan Bobby.
"Kau tidak mengenali pria yang barusan mengobrol denganku?"
Pria itu menggeleng cepat. "Tidak, memangnya dia siapa?" tanyanya kepo.
"Dia Bobby, mantan kurir di express ini."
"Ah, yang benar? Bagaimana mungkin, setahuku Bobby yang bekerja di sini adalah orang yang sederhana. Sedangkan pria yang barusan terlihat pria pria kaya. Dari penampilannya saja sudah sangat fashionable."
"Kalau kau tidak percaya, lihat ini! Dia memberikan kartu namanya padaku." rekan Bobby menunjukkan kartu nama itu.
Pria itu melihat kartu namanya, sama seperti reaksi rekannya dia pun sama terkejutnya. Dia melongo dengan mulut yang mengannga, dia tidak percaya jika Bobby rekannya sudah sukses. Ternyata artikel yang menyebar itu adalah Bobby rekannya sendiri.
"Jadi, dia Bobby--"
"Yup, dia Bobby rekan kita."
****
Brakk!
Aleta menutup keras pintu kontrakannya. Dia membuka hoddie dan melemparnya ke sofa. "Gila! Kenapa aku selalu bertemu dengan pria aneh itu? Apakah dunia ini begitu sempitnya sampai aku harus selalu dipertemukan dengannya," gerutu Aleta dengan kesal.
"Lo kenapa lagi sih? Datang-datang udah menggerutu kek gitu? Ada apa?" Nisa tiba-tiba datang dengan membawa segelas minuman segar di tangannya.
Kemudian dia duduk di sebelah temannya. Aleta yang saat ini sedang kesal langsung mengambil minuman segar temannya. Tanpa Nisa duga, Aleta meneguk minuman itu sampai habis tak tersisa satu tetes pun.
"Hei! Itu minumanku, kenapa lo habisin?" pekik Nisa.
"Sorry, sorry. Gue kesal banget, nanti gue ganti minuman lo." Aleta menaruh gelas bekas minuman itu di meja.
"Kesal kenapa sih? Ada apa lagi? Kenapa akhir" ini kau selalu kesal?" Nisa menatap serius temannya.
"Lo tahu, siapa yang gue temui di jalan?"
"Mana gue tahu, gue 'kan kagak ikut," timpal Nisa.
"Gue ketemu pria aneh itu lagi." Aleta menghembuskan napasnya kasar.
"Presdir Bobby maksud lo?" tebak Nisa.
Dibalas anggukan oleh Aleta. Dia pun menyandarkan kepala di sofa dengan menengadahkan menatap langit-langit kontrakannya. "Lo ini kenapa sih? Seharusnya lo itu senang karena sering ketemu Pak Bobby bukan ngeluh kek gini. Lo tau, Presdir Bobby itu sekarang menjadi incaran banyak wanita di luaran sana. Lo itu beruntung bisa berpapasan sama dia," ucap Nisa.
"Tahu dari mana lo, kalau dia diincar banyak wanita?" tanya Aleta dengan menoleh ke arah temanya.
"Bentar, gue tunjukkin buktinya biar lo percaya." Nisa beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.
Sementara itu, Aleta menunggu di sofa. Tak lama kemudian, Nisa datang dengan membawa ponselnya. Dia duduk dan menunjukkan sebuah artikel yang sedang trending.
"Apa ini?"
"Baca aja, kau akan tahu apa isi artikel ini,"
Aleta yang merasa penasaran pun langsung membaca artikel itu. Pada saat dia membaca artikel itu, dia tidak menyangka jika ucapan temannya benar jika atasannya telah menjadi pria idaman banyak wanita. Namun, dia tidak mengerti dengan julukan Presdir Bobby.
"Duren sawit? Julukan apa itu?" Aleta mengernyit alisnya.
"Lo enggak tahu, apa itu duren sawit?" Nisa tercengang mmengetahui jika temanya tahu begitu mengetahuinya.
Aleta menggeleng. "Tidak, memangnya julukan itu apa? Apa dia pengusaha kelapa sawit?" tebak Aleta.
"Haha bukan, bestie. Duren sawit itu bukan pengusaha sawit." Nisa tertawa gemas menertawakan ketidaktahuan temannya.
"Lalu? Apa arti julukan itu?"
"Duda keren sarang duit," timpal Nisa.
"Apa? Jadi, dia duda?" Aleta membulatkan matanya dengan sempurna.
"Dengernya sih begitu, dia duda. Tapi, entah apa penyebab dia menjadi duda. Tidak ada yang tahu,"
Setelah mendengar itu, Aleta terdiam beberapa saat. Dia pun berlari menuju kamarnya. Nisa yang melihat temannya tiba-tiba lari langsung menyusulnya.
Begitu sampai di kamar temannya, dia melihat Aleta sedang memilih pakaiannya. "Aleta, lo ngapain?" tanya Nisa, heran.
"Gue mau pergi ke luar, lo mau ikut enggak?" ajak Aleta seraya memilih pakaiannya.
"Ke mana?"
"Ke cafe, udah lama sekali gue enggak makan surabi durian. Kangen gue," timpal Aleta.
"Astaga, gue kira kau mau ke mana? Taunya cuma mau ke cafe. Gue kira ada apaan, pake lari segala bikin gue parno aja," celetuk Nisa.
"Udah buruan siap-siapa, lo mau ikut enggak?"
"Iya, iya. Gue siap-siap sekarang."
Mereka berdua pun bersiap-siap di kamarnya masing-masing. Setelah kurang lebih satu jam, mereka pun berangkat menuju cafe itu dengan grab car.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments