"Jangan terlalu dipikirkan. Ini sudah menjadi konsekuensi nya karena kita memilih menyembunyikan ini dari teman-teman kamu" Sandy menghibur Key yang terus menangis.
Key membenamkan wajah di antara kedua kakinya. Tidak jelas raut wajahnya, hanya terdengar sesenggukan yang mulai mereda.
"Aku bakal cari orang yang menjadi dalang di balik semua ini." Ucap Sandy geram. Tangannya sudah mengepal sangat kuat. Entah, hatinya merasa hancur melihat Key begitu rapuh dan tak berdaya.
"Jangan kak" Key menolak. Dipegangnya lengan Sandy yang hendak pergi.
"kamu ngga bisa selama nya kaya gini Key." jawab sandy peduli.
"iya, aku ngerti. Tapi percuma kakak mau nemuin orang itu juga. Berita nya sudah nyebar luas kak" Key menghapus air matanya. Seolah sudah menerima dan mulai bangkit dari mimpi buruknya. Kemudian dia berdiri dan mengatur nafasnya.
"makasih ya Kak. kamu sudah peduli sama aku di saat semua ngejauh dari aku. Tapi kakak malah deket dan suport aku kaya gini" Key meraih tangan Sandy. Membuat lelaki itu diam terpana. Key yang tidak pernah berkata semanis dan selembut ini.
"Key, kamu sehat kan?" Sandy menyentuh kening Keysha.
"ihh, apa sih Kak! Orang lagi serius juga!" Key menepis tangan itu dan beranjak pergi.
Tidak ada yang perlu disesali lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Aku memang sudah menikah. Walaupun sakit atas apa yang mereka tuduhkan itu, tapi aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka karena mereka tidak tahu apa yang terjadi.
--
Sandy POV
"iya. Kalian awasi saja dulu, tidak usah diapa-apakan. Seberapa berani dia masuk ke kehidupan aku." ucapan Sandy di akhir telpon. Di masukannya ponsel itu ke dalam kantong celana. Tangannya ikut menyelinap masuk dan lama didiamkan di sana. Sandy membuang jauh pandangannya keluar jendela. Ada anak-anak kecil yang asyik bermain, berlarian, bersepeda. Ya, karena tempat mereka tinggal terletak di samping taman yang didekasikan untuk anak-anak di komplek itu. Bibirnya tak sengaja tersenyum, pikirannya melayang, mengandai-andai jika dirinya dan Key dikaruniai seorang anak.
Hah ! Bodoh! Apa yang aku pikirkan.
Sandy keluar dari ruang kerjanya. Dia menyusuri anak tangga mencari-cari keberadaan Key di setiap sudut ruangan. Tidak ada gadis itu diseluruh rumah. Ia juga tidak meninggalkan pesan bahkan sama sekali tak bersuara.
"Key ?" Sandy mulai panik.
Dia merasa takut jika Key depresi dan melakukan tindakan di luar nalar mereka. Sandy bergegas mengambil kunci mobil dan berlari kearah pintu.
Brakkkkk
Laki-laki itu kini tersungkur jatuh. Badannya terpental karena pintu terbuka dengan kencang. Dielus-elusnya dahinya yang memerah karena benturan keras pintu itu.
"Sorry om, kita tidak sengaja." salah satu dari beberapa anak itu membuka suara. Meminta maaf atas kesalahan yang mereka dan teman-teman nya perbuat. Kelancangan mereka karena tanpa permisi langsung mendorong keras pintu yang awalnya tertutup itu.
Beberapa anak-anak itu tertunduk, tidak ada satupun yang berani menatap Sandy.
"kalian siapa? Terus mau apa dek? " Sandy mengerti tingkah mereka yang merasa takut. Dia mencoba berbicara dengan gaya selembut mungkin.
"Kita...Kita ini om.." salah satu anak itu gugup.
"Tidak perlu takut. Om tidak marah kok." Sandy berjongkok. Memyetarakan wajah nya dengan anak-anak itu agar dia lebih bisa bertatap mata untuk membuat mereka tidak lagi ketakutan. Dirangkulnya pundak-pundak kecil itu untuk membuat mereka nyaman.
bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Fatih Rafasya
smpek sni blom jga ngrti
2020-07-15
0
Amina Ade Djuma
aku sukaa,ceritanya bgs♥️♥️
2020-03-15
0
Leza Suhariany
love u sandy
2019-12-25
2