Kedatangan Cherry

"untuk apa?

Ah.. Tidak!

Berapa kali gue harus katakan sama lo tentang hal ini?

Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi !"

Sandy menutup telpon dan memasukkan nya kedalam saku. Raut wajahnya kini masam.

Key sedikit memperhatikan itu walau tangannya terus membenarkan ikatan sepatu yang ia kenakan. Ditahannya rasa penasaran dan gejolak rasa yang ingin mengetahui.

"hari ini, kamu ngga usah sekolah! Ganti pakaian kamu dan ikut aku !"

Tidak biasa, sandy berkata dengan sangat cuek. Dia sama sekali tidak menggoda atau meminta dengan baik.

"untuk apa? Tidak ya!" Key membantah. Dia sangat kesal dengan keputusan Sandy yang tanpa memperdulikannya.

"ganti baju sekarang! Atau kakak yang bakal gantiin baju kamu secara paksa?" Sandy menyeringai. Ia mengangkat alisnya dan menatap Key dengan ancaman.

"Aku istri kamu apa bodyguard kamu sih? Heran!" Key menghentak langkah nya. Ada rasa kesal disetiap injakan kakinya.

Dasar lelaki nyebelin, sesuka hati! Ngga mau mikirin orang lain. Masalah dia yang buat, aku juga kena.

Key hanya berani memaki dalam hati. Batinnya memekik ingin berteriak . Namun yang keluar hanya anggukan tanpa suara.

Rintihan hujan menjadi irama. Tetesan mengalir merdu di luar kaca. Tiada kata yang bersaut, tiada nada yang tertinggal. Andai waktu bisa berhenti sejenak, mengistirahatkan hati yang kian lara. Terlebih andai waktu bisa berputar kembali. Kan terpilih menit terindah dalam anugrah hidupnya. Duka yang menyiksa membawa petaka yang masih bertanda tanya. Entahlah, entah akan kemana waktu membawa luka dan cintanya. Berlabuh pada hati yang belum bisa dia tebaknya. Pada diri yang tak mengatakan rasanya namun hati terus menggenggam untuk tidak melukai. Atau justru pada diri yang mengumbar rasa dan dengan mudah mematahkan asa.

"itu? Kakasihmu?" Key membuka obrolan.

"dia Cherry. Cukup iya kan apa yang kukatakan. Kamu tidak perlu banyak bicara" Sandy menggenggam jemari Key.

Sentuhan mesra yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Memberi kehangatan yang sulit dia singkirkan. Matanya menyimpan permohonan agar kenyamanan ini tak lekas pergi. Dia ingin selamanya, menyandarkan semua keluh dan kesahnya pada hati, pada diri, pada seseorang yang dengan tulus membingkai rasanya.

"apa-apaan sih!" Key tersadar. Dia memprotes dan mencoba menarik tangannya.

Apalah daya jika seorang Sandy sudah bersikeras. Dia tidak akan semudah itu melepaskan.

"hei!

Sorry, telat! Kamu sudah lama nunggu di sini?"

Perempuan ini, yang sandy katakan adalah Cherry. Seseorang yang beberapa waktu lalu memberikan kabar. Menanyakan dan mengirim suara penahan rindu. Wajahnya bersinar cantik. Mata bulat nya bahkan indah dengan bulu mata yang lentik. Senyumnya? Uhh! Sungguh menghipnotis.

"Hei, Sandy?

Ngga kok. Aku juga baru sampai.

Duduk sini" wanita itu mempersilahkan.

Sandy memperlakukan Key bak seorang ratu. Ditarik nya kursi untuk wanitanya duduk. Bahkan dia sempat membelai wanita berjilbab itu sebelum memutuskan untuk duduk.

Ihh, awas aja ya kamu kalau di rumah! Benar-benar cari kesempatan dalam hal seburuk ini.

Apa sengaja kamu bikin aku malu.

Gila!! Sandy lo gila!!!

Cewek kamu itu baik. Kenapa kamu milih aku buat nemuin diaaa

Hati yang kian gemuruh. Seakan meraung, meronta dan berteriak. Tiada kepercayaan yang mengiba membuatnya berani dan takluk. Hanya seorang Sandy yang tak ingin gadis itu diinjak yang menguatkan.

"oh ya Cher, kenalin ini Keysha

Dan Sayang, kenalin ini Cherry. Temen kuliahku dulu" Sandy memperkenalkan. Tidak ada raut yang mencurigakan yang tersinar dari matanya. Ia benar-benar sudah tidak mempedulikan perasaan Cherry. Wanita yang telah membuatnya patah sekian lama, sekian tahun.