Aku ingin Robin!

Bel pulang sekolah bahkan belum berbunyi tapi Robin sudah mengintip di jendela kelasku lalu duduk di kursi yang ada di depan kelas, gadis-gadis di kelasku yang melihatnya menahan teriakan mereka. Rasanya ingin sekali aku berteriak ke mereka 'Hei! Dia ke sini ingin menjemputku!' Atau mungkin bisa yang lebih barbar lagi 'Jangan menatap calon pacarku wahai para jomblo!'

Tidak, tidak mungkin aku melakukan itu. Bisa-bisa dikeroyok satu kelas aku! Meskipun memang aku sedikit, SEDIKIT, menyukai Robin, tetap saja aku tidak berani terlalu lama berdekatan dengannya. Segala hal negatif masuk ke kepalaku setiap kali aku memikirkan alur novel dimana Robin menculik aku.

Tapi, kalau dipikir-pikir tidak apa-apa deh aku diculik, toh selagi aku tidak kabur dan tidak tertabrak mobil aku tidak akan end kan. Diculik oleh pria tampan, kaya raya dan SEKSI, ide yang bagus.

Oke, berhenti mengatakan omong kosong.

Sepertinya aku sangat tidak berdaya dengan ketampanan dan tubuh seksi Robin, kalau di komik mungkin akan ada darah yang mengalir dari hidungku setiap kali melihat Robin. Memang sih banyak pria tampan di sini, tapi entah kenapa Robin berbeda, bagaimana ya menjelaskannya? Ehm, Robin itu seperti tokoh utama vampir yang memiliki paras rupawan dan tubuh yang seksi, tapi sikapnya sama sekali tidak mencerminkan penampilannya.

Setiap kali kami bertemu Robin pasti bersikap penurut dan lembut, dia bukan tipe yang senang memaksakan kehendak seperti Theodor. Pokoknya Theodor lebih buruk daripada Robin deh, LEBIH BURUK! Robin juga sangat menghargai pendapatku setiap kali dia ingin melakukan sesuatu. Seperti tadi, dia menunggu jawabanku terlebih dahulu saat dia menyatakan ingin menjemputku ke kelas.

Dia juga selalu mengalihkan pandangannya dariku setiap kali aku mengatakan bahwa aku tidak nyaman. Robin yang terbaik dalam hal memperlakukan seseorang.

Bel sekolah sudah berbunyi, aku langsung membereskan barang-barang ku dengan cepat agar si pria tampan yang sedang duduk di kursi depan kelas tidak menunggu terlalu lama, saat sudah keluar banyak gadis yang saling mendorong pergi ke arah Robin.

"Robin, apa kamu mencari seseorang?"

"Oh my God bagaimana ada pria setampan Robin"

TIDAK! Dasar para gadis jomblo, jangan menyentuh Robinku! Aku bergegas pergi ke arahnya sambil melambaikan tangan ke arah Robin, mendorong semua gadis yang mengerumuninya lalu memeluk lengannya menandakan 'Pergi kalian, ini calon pacarku!"

Robin tersenyum lebar ketika aku melakukan hal ini, para gadis yang tadi mengerumuninya bergerak menjauh dan mulai berbisik. Tidak perduli apa yang sedang mereka bicarakan, yang penting menjauh saja dari Robin dasar SIALAN!

"Ayo Cel"

Aku mengangguk mengiyakan ajakannya, lebih cepat kami pergi dari sini semakin baik. Tatapan ingin memangsa dari para gadis kelasku membuatku memelototi mereka satu persatu, kalau ingin saling Jambak AYO! Akan aku ladeni.

Untung saja Robin dengan cepat menarikku pergi dari sana dan membukakan pintu mobil untukku. Sangat tidak adil, kenapa Robin bertambah seksi ketika dia sedang menyetir sih?!

"Apa yang kamu lihat Cel?" Robin bertanya sambil terkekeh ketika melihat wajahku yang melongo melihat ketampanan dirinya. Sialan. Bagaimana mungkin ada manusia seperti Robin di dunia ini.

Aku malu! Sangat malu karena ketahuan sedang menatap orang tanpa izin, meskipun mungkin Robin tidak akan keberatan jika aku menatapnya, tetap saja itu tidak sopan!

"Maaf, hehe, kamu terlalu tampan" aku menutup mulutku sendiri ketika selesai mengatakan hal itu, ini bukan hal yang direncanakan. Dasar mulut bodoh! Asal bicara saja, rasanya aku ingin menenggelamkan diriku di sungai Amazon supaya Robin tidak bisa melihat wajahku yang sudah memerah karena malu.

"Benarkah? Kalau begitu pandangi terus Cel" Robin benar-benar membuat jantungku berdisko dug dag Dig dug dan membuatku semakin ingin tenggelam di sungai Amazon karena terlalu malu.

"Maaf kalau aku terlalu lancang, tapi, kenapa kamu tiba-tiba ingin membatalkan pertunanganmu dengan Theodor?"

Peralihan topik membuatku sedikit tenang dan rasa Maluku sedikit hilang, aku merasa sangat terkejut ketika mendengar pertanyaan Robin. Sangat tiba-tiba, entah dia melakukannya karena tidak ingin aku semakin malu atau bisa jadi karena dia penasaran.

"Aku dulu bodoh, termakan bujuk rayu yang terus dilontarkan oleh Theodor. Tentu saja sekarang aku sadar bahwa menyukai laki-laki seperti Theodor merupakan sebuah kebodohan yang diakibatkan oleh hormon remajaku sedang meluap-luap"

"Kalau begitu, kamu benar-benar tidak menyukai Theodor lagi sekarang?"

Aku mengangguk, tentu saja aku tidak menyukai Theodor, tidak pernah. Selama ini bukan aku yang menjadi budak cinta dari seorang Theodoric Milles, tapi Celesta yang aslilah orang bodoh yang menyukainya. Di lihat dari awal pertemuanku dengan Theodore saja, aku sudah tau bahwa Theodor adalah laki-laki kasar dan pemaksa.

"Tidak, mungkin bisa jadi aku tidak pernah benar-benar menyukai Theodor. Mungkin saja itu hormon remaja yang sedang gencar-gencarnya ingin merasakan yang namanya cinta"

Sebuah senyum muncul di wajah Robin, aku hanya melihatnya sekilas, tidak tahan jika berlama-lama menatap wajah Theodor yang sedang tersenyum. Sial, Robin sangat tampan.

"Ingin pergi jalan-jalan dulu? Aku tau tempat makanan penutup yang enak"

"Mau!"

Tidak ada yang bisa kulakukan jika makanan manis yang menjadi sogokan, apalagi yang menawariku adalah pria tampan dan seksi seperti Robin. Apa aku bisa menolaknya? Tentu saja bisa, tapi aku tidak mau menolak! Kesempatan seperti ini tidak boleh di lewatkan.

Kami akhirnya pergi ke tempat yang disebutkan oleh Robin, tempatnya sangat bagus, nuansa bak istana putri yang membuatnya terlihat sangat menarik. Meski tidak terlalu besar, tapi sangat terlihat mewah membuat kantongku tidak sanggup untuk terbuka.

"Ayo masuk Cel"

Robin menarik tanganku membuatku ingin berteriak kesenangan, maksudku, siapa yang tidak akan senang jika ditarik oleh Robin? Hanya orang yang tidak menghargai ketampanan dan keseksian yang tidak akan senang.

Setelah sampai di sana, berbagai makanan manis aku pesan dengan tidak tau dirinya. Mungkin ini cukup untuk memeras dompet Robin yang tebal itu.

Aku memakan semua hal yang dihidangkan tanpa memperdulikan pandangan Robin mengenai cara makan ku yang sangat berantakan, aku tidak bisa menahan diri jika dihadapkan dengan banyaknya kue dan berbagai macam makanan dan minuman yang mengandung cokelat.

Jika saja Kai tau bahwa Robin telah membawaku ke sini dan memberiku banyak cokelat, mungkin saja aku tidak akan diperbolehkan lagi untuk pulang bersama Robin.

"Pelan-pelan, Cel. Cokelatmu tidak akan lari kemana-mana"

Robin mengambil tisu dan mengelap cokelat yang menempel di sudut bibirku, dia tersenyum dengan lebar seolah-olah menatapku saat makan merupakan sebuah kesenangan yang bisa membuatnya tersenyum, dan sialnya dia sangat tampan.

Sialan, aku ingin Robin!

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Sama. Mama juga pengen 😳☺☺☺☺

2023-04-17

0

Ayano

Ayano

JUJUR BANGET ITU MULUTMU NAK ☺😳😳😳😳😳

Kamu kalo mo ma dia boleh lah. Mama kasih lampu ijo yang gede

2023-04-17

1

Ayano

Ayano

Wah... kalo emang sebaik dan sekeren deskripsi mah bisa kali jadi calon mantu online 😏😏😏

2023-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!