Theodor, Aku Tidak Suka Dipaksa!

"Cel, jangan mau! Siapa tau dia ada niatan jahat, mungkin ada racun di cokelat yang diberikannya nanti" Av melototi Robin, dan membujukku seperti bujukan orang tua saat anaknya menginginkan sesuatu namun tidak punya uang.

'ih jangan, itu ada ulatnya'

'itu nggak enak, ada racunnya'

Tentu saja aku berani menerimanya, Robin pasti cukup waras dan pastinya tidak akan meracuniku dengan saksi mata dimana-mana. Jika dia ingin membunuhku, pasti dia akan memintaku datang ke tempat sepi tanpa saksi dan bukti lalu melancarkan aksinya.

Lagipula, di novel pun dia tidak berniat membunuh Celesta, hanya ingin mengancam Av menggunakan Celesta. Yah, walaupun karna itu Celesta END. Alias meninggal karena ketidak hati-hatiannya sendiri.

Lain dengan Av yang posesif, Kai justru lebih santai. Asalkan tidak ada yang membuat saudarinya terganggu atau tidak nyaman, dia kan bersikap biasa.

"Jangan banyak-banyak Cel, nanti diabetes" perkataan Kai justru mengundang pelototan dari Av, sedangkan yang di pelototi hanya diam saja mengabaikan amukan singa betina, Avery.

"Kai!"

"Jangan cerewet, Av"

Hahaha bagus Kai, kamu memang kakak terbaik. Av terlalu banyak larangan, aku tidak suka di larang.

"Sepuluh. Aku akan berikan besok Cel, ingin yang lain?" Sekarang sudah terlalu aneh. Robin, apa uangmu terlalu banyak sampai bingung ingin menghabiskannya kemana?

Benar, Mungkin karena dia terlalu banyak uang. Dasar orang kaya.

"Apa uangmu terlalu banyak Robin?"

Dia mengangguk, dan entah kenapa itu membuatku kesal! "Hei! Jangan sombong. Kakakku dan papaku juga sangat kaya, belikan saja aku cokelat tidak usah yang lain"

Dia diam saja, tidak merespon. Lalu berdiri dan pergi.

Apa sih, aneh.

**

Kalian tau? Aku sedang sangat, sangat, sangat kesal sekarang. Kenapa?

Oke, ku jelaskan. Aku baru saja ingin keluar gerbang untuk mencari taksi karna Kai dan Av sedang ada urusan, namun tiba-tiba muncul bajingan brengsek dengan mobilnya yang berhenti di hadapanku, menghalangi semua orang yang ingin keluar.

Tentu saja kalian pasti tau siapa itu. Yap, THEODOR.

Kaca mobil terbuka dan muncul lah wajahnya yang menyebalkan itu, di bukanya pintu mobil lalu dia turun dari mobil dan berjalan ke arahku.

Sialan, Jalankan mobilmu dasar gila! Semua orang dibelakang membunyikan klakson, Itu sangat berisik.

"Masuk mobil"

"Jalankan mobilmu, kamu menghalangi jalan"

No! Tidak mau! Tidak akan mau aku naik ke mobilmu.

"Jangan seperti anak kecil Cel, cepat masuk mobil"

Wajahnya mulai busuk. Hahaha atau memang sudah busuk? Dia mencengkeram tanganku dan memaksaku masuk ke mobilnya.

"Hei! Ini namanya penculikan. Akan ku tuntut kamu!"

Aku sangat tidak suka dipaksa! Memangnya siapa dia? Haa! Ku Gigit tangannya sampai dia berteriak keras, namun tangannya tetap tidak lepas dari tanganku. Oke, pakai jurus jitu saja.

Ku tendang masa depannya, akhirnya terlepas! Wle sampai kapanpun aku tidak akan mau naik mobilmu. Kendaraan di belakang mulai membunyikan klakson lagi, aku cepat-cepat berlari dari sana, menghentikan taksi dan pulang.

"Mampus! Jadi laki-laki jangan kasar dong"

Teriakanku tentu saja di dengar oleh Theodor dan orang-orang yang menunggu Theodor untuk cepat menyingkirkan mobilnya, Rasain. Di dalam taksi aku tertawa seperti orang gila. PUAS, sangat puas. Seharusnya Celesta melakukan hal itu dari lama, tapi tidak apa-apa, sudah aku gantikan.

"Itu tadi kenapa mbak?" Pak sopir yang melihatku tertawa seperti orang gila pun bertanya. Barangkali dia berpikir aku adalah salah satu dari pasien rumah sakit jiwa yang kabur dari tempatnya.

"Dia kasar pak, masa dia paksa saya naik ke mobilnya. Itu termasuk tindakan kejahatan kan pak, penculikan!"

Benar kan, aku memang tidak salah. Yang dilakukan Theodor memang tindakan jahat, melakukan kekerasan dan pemaksaan. Lihat, tanganku merah, bahkan ada bekas goresan kukunya.

Theodor sangat keterlaluan!

Jika saja aku kejam, mungkin sudah aku laporkan dia ke polisi dengan kasus penganiayaan. Andai saja aku berada di dunia sihir Harry Potter dan bukannya terjebak di dunia novel penuh drama ini.

"Lapor ke polisi aja mbak, nanti kalau dibiarkan semakin menjadi" Aku mengangguk, memang seharusnya seperti itu. Tapi untuk menuntut seseorang dari keluarga Milles yang notabenenya adalah orang yang memiliki kekuasaan di dunia ini akan sulit.

"Keluarganya kaya pak, biasa, anak orang kaya yang mengandalkan pengaruh orang tuanya. Jadi begitu deh sikapnya, seenaknya"

Bapak itu mengangguk setuju, dunia sekarang memang sedang kacau-kacaunya. Pendidikan moral yang seharusnya ditanamkan sejak kecil oleh orang tua tidak lagi berlaku di beberapa tempat.

Contohnya, ada beberapa anak orang kaya yang berani menganiaya teman sebayanya karena merasa bahwa dirinya lebih kuat daripada lawannya, dia berpikir bahwa dia adalah predator yang siap melahap mangsanya.

Sangat lucu jika dipikirkan, mereka hanya mengandalkan kekuasaan dan kekayaan orang tuanya, padahal sebenarnya mereka merasa inferior karena merasa bahwa diri mereka tidak lebih baik daripada yang dibully.

"Betul mbak, sekarang banyak anak muda yang sikap moralnya kurang, empati dan simpati juga sudah hampir lenyap. Kalau zaman saya dulu, saat ada teman yang kesusahan pasti banyak yang akan membantu, sedangkan tadi saat mbak diperlakukan dengan kasar, tidak ada satupun yang datang membantu"

Benar, ucapan Bapak supir tidak salah. Tapi sebenarnya orang-orang di sana hanya mengikuti insting bertahan hidup, Theodor adalah salah satu orang berpengaruh yang pastinya akan berdampak buruk pada keluarga mereka jika saja mereka terlibat masalah dengannya.

Sama seperti aku, saat dihina dan disindir oleh tanteku. Demi wajah Ibu dan Bapak, aku tidak pernah melawan perkataan kejam tanteku, ini insting setiap manusia. Aku juga tidak berharap ada yang membantuku pada saat Theodor memperlakukan aku secara kasar tadi, dan pastinya aku tidak akan merasa sedih jika tidak ada yang membantuku.

Harapan yang diletakkan kepada manusia tidak akan pernah membuat kita bahagia, karena itu, aku harus menghadapi semua yang terjadi tanpa berharap adanya orang yang akan membantu.

Setelah sekian lama perjalanan pulang yang aku habiskan dengan lamunan, akhirnya mobil taksi yang aku tumpangi sampai ke depan gerbang rumah mewah yang sekarang adalah rumahku, Celesta.

Aku membayar taksi segera dan masuk ke pekarangan rumah yang masih sepi ini, sepertinya Papa, Kai, dan Avery belum juga pulang. Terlihat dari kosongnya mobil di area parkiran. Aku melangkahkan kaki memasuki rumah mewah itu, semuanya benar-benar terasa tidak nyata, kehidupan miskin yang aku jalani tiba-tiba berubah menjadi kehidupan bak putri kerajaan.

Oke, selamat menyambut kehidupan baru. Selamat hidup dengan kemewahan selamanya. Dan semoga saja Kematianku tidak berlangsung seperti yang terjadi di dalam novel, semoga saja tidak.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Kek percintaan kucing ama tikus 🤣🤣🤣

Mereka awalnya banyak drama gak suka nya eh nanti lama-lama malah saling bucin satu sama lain 😍😍

2023-04-08

0

Mayang

Mayang

betul...saya waktu itu pernah motor saya mogok di tengah jalan GK ada yg mau nolong

2023-04-05

0

Mayang

Mayang

jingin sipirti inik kicik cil, Yo mbok org GK mau jgn dipaksa......

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!