Keanehan Tuan Antagonis, Ingin cokelat?

Sekarang aku berharap bisa menghilang. Benar-benar tidak nyaman! Orang di depanku terus memandangiku. Walau dia tidak menatapku dengan tatapan tajam, tapi tatapannya saat ini tetap membuatku merasa tidak nyaman.

Kenapa tuan antagonis ini terus memandangku? Seharusnya dia memandangi Av dengan pandangan kagum. Jangan padaku.

Bahkan bakso yang sedang disantapnya tidak bisa mengalihkan tatapannya dariku, aku doakan kamu tersedak. Hei! Apa ada upil di hidungku? Atau mungkin ada belek yang menempel di mataku?

Hei, tuan Antagonis, apakah aku punya hutang denganmu!

Menyebalkan!

Aku bergerak gelisah, mana bisa aku tenang saat malaikat maut sedang memandangku seolah-olah aku punya hutang padanya.

Sampai akhirnya sebuah suara menegur Tuan antagonis yang sedari tadi memandangku, tentu saja orang itu adalah Av.

"Berhenti memandangi adikku Tuan Eirlys. Dia. Tidak. Nyaman." Bagus Av! Beritahu dia, hajar dia, omeli dia!

Jangan biarkan dia terus memandangku. Teguran Av berhasil membuat Tuan Antagonis ini memalingkan wajahnya, menatap Av.

Robin Eirlys, Antagonis yang mengganggu hubungan Avery dan pemeran utama pria. Ya, sebenarnya dia hanya ingin mengganggu pemeran utama pria.

Aku yakin bahwa Robin pasti tidak menyukai Av pada awalnya. Dia hanya ingin mengganggu protagonis pria dengan memanfaatkan Av.

Kenapa aku bicara begitu?

Karena tidak ada alasan yang jelas kenapa Robin menyukai Avery, di dalam novel hanya dijelaskan bahwa dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Meehh! Omong kosong. Aku benar-benar tidak percaya dengan cinta pandangan pertama, itu pasti karna rupa kakakku yang luar biasa rupawan.

Robin hanya terjebak dengan permainannya sendiri, dia jatuh cinta pada Av semenjak dia sering membantunya. Melihat Av yang senang memberontak, namun sangat lembut dan perhatian terhadap orang di sekitarnya, membuat Robin merasa kagum padanya.

Di dalam novel juga dijelaskan bahwa Celesta mati karna Robin. Benar, aku yang menjadi Celesta sekarang bisa saja mati di tangan Robin. Robin yang cintanya terus ditolak oleh Avery pun melakukan tindakan tercela yang menentang hukum. Penculikan, walaupun tidak disertai kekerasan tetap saja itu tindakan tercela!

Robin mengetahui bahwa Avery sangat menyayangi adiknya, karna itu Celesta jadi kena imbasnya. Akhirnya Celesta kabur, namun nahas, saat melarikan diri dia malah tertabrak mobil.

Lagian kenapa nggak liat kanan kiri dulu sih? Kenapa nggak kabur naik taksi? Kan kalau lari pasti capek.

Oke, bercanda.

Mungkin Tuan antagonis sedang tidak bisa berpikir jernih pada saat itu, karena sudah putus asa dengan Av yang tidak juga mau melihat cinta dan perjuangannya.

Aku tidak akan protes jika Celesta menjadi korban untuk menyatukan pemeran utama, paling banyak aku hanya akan merasa sedih dan berbelasungkawa atas kematiannya. Namun, sekarang aku adalah Celesta!

Mana mungkin berbelasungkawa untuk kematianku sendiri.

Karena itu, aku harus menjauh sejauh-jauhnya dari orang-orang gila yang ada di novel ini! Harus!

"Tidak nyaman? Benar, begitu?"

Terkejut.

Aku terkejut.

Oh tidak, jangan bicara kepadaku. Lagipula kenapa bertanya kepadaku! Ughh buluku merinding.

Bicara saja pada Av, kamu menyukainya, jangan bicara padaku. Aku semakin takut bahwa ini adalah tanda-tanda dimana aku akan cepat mati.

"Iya, sangat tidak nyaman."

Dasar tidak peka! Cepat pergi sana, rasanya kepalaku akan terpisah dari badanku kapan saja jika kamu tetap berada disini.

Tentu saja tidak nyaman dasar Robin bodoh, siapa yang akan nyaman jika dia sedang di tatap oleh orang yang akan membunuhnya di masa depan, malaikat mautnya.

Namun, sepertinya Robin tetap tidak ingin menarik pandangannya dariku.

Dia masih memandangku, namun berbeda dengan yang tadi. Hei! Apa-apaan wajah sedih itu. Benar, dia memandangku seolah-olah aku mahluk jahat yang sedang menganiaya nya.

"Kenapa?"

SIALAN! Berhenti memasang muka melas begitu.

Lalu ada apa dengan pertanyaan itu?! Kenapa?! Apa Tuan Antagonis kita ini tidak punya otak? Oke seharusnya aku tidak memikirkan hal ini, bagaimana jika ternyata Robin bisa membaca pikiranku? Baiklah, aku tau bahwa ini tidak mungkin.

"Begini" aku berhenti sebentar pura-pura tidak tau namanya "tuan Eirlys benar?"

Dia menggeleng, "Robin Eirlys" "Robin"

"Baik, Tuan Eirlys. Jadi kenapa kamu menatapku?"

"Robin"

Aku menghela nafas, benar-benar berusaha untuk sabar dan jangan sampai kehilangan kendali yang mana bisa membuat ajalku semakin dekat.

Menjengkelkan. Aku ingin marah tapi tidak berani! Aku Pelototi dia, rasanya ingin ku angkat tanganku dan memberinya jari tengah sambil berteriak '**** YOU'

Itu hanya angan-angan saja, mana berani aku mengumpat di depan Robin.

"Kakak, jangan lupakan cokelat. Temani aku beli cokelat saat pulang nanti"

Aku mengabaikannya. Hahaha MAMPUS! Malas meladeninya. Biarkan saja dia bicara sendiri, yang penting jangan bicara lagi padaku.

Belum sempat Kai menjawab, namun, sudah ada yang menyela "Berapa, mau berapa?" Robin.

Aku memandangnya dengan mata menyipit, apa rencananya? Oh atau dia ingin menculik ku seperti penculik yang menculik anak kecil? Dia pikir aku ini anak kecil yang akan ikut dengannya jika disodori permen?

Konyol.

"Kamu kenapa sih? Kenapa merecoki ku terus? Kamu suka kak Av ya? Kalau iya jangan merecoki ku, dekati saja kak Av. Jangan menggangguku!"

Oke, aku kaget dengan keberanian ku. Aduh, aku mohon tuan Antagonis jangan di ambil hati.

"Nggak. Aku nggak suka Avery"

Aku menatapnya dengan pandangan aneh, apa dia sedang bermain denganku? Dia mengatakan itu karena ingin mendapatkan perhatian dari Av bukan?

"Mau cokelat berapa?"

Demi tuhan! Robin kenapa deh. Aneh. Tapi tidak baik menolak rezeki, "Beli sepuluh"

Jangan mengomeli aku, baik, mungkin keberanianku semakin meningkat karena berani menerima pemberian Robin, namun cokelat bukan sesuatu yang bisa aku tolak.

Perkataan ku berhasil membuat Av melototi ku, "Cel! Jangan asal terima pemberian orang asing"

Benar, jangan terima barang dari orang yang tidak kita kenal apalagi dari orang yang mungkin akan membunuhmu di masa depan. Aku juga tidak mau, tapi ini COKELAT. Godaan cokelat bahkan lebih dari pria tampan.

Berbeda dengan reaksi Av. Robin justru tersenyum sumringah mendengar perkataan ku, seolah baru saja memenangkan hadiah utama mobil yang sangat mahal.

Robin semakin aneh saja deh, apa permintaanku ini membuatnya senang? Atau mungkin dia senang karena berhasil menjahili Av dan mendapatkan perhatian darinya.

Ya, itu mungkin saja terjadi.

"Baik"

Robin berucap sambil tersenyum senang, wah, tampan juga ya Tuan antagonis kita. Dia jauh lebih tampan saat tersenyum, tidak melempem seperti biasanya. Senyumnya sangat manis, bisa-bisa aku diabetes. Oke, berhenti berpikir konyol.

"Cel!"

Maaf Av, kali ini aku tidak bisa menahan godaan dari cokelat. Lain kali mungkin akan ku tolak, jika dia bukan memberikan cokelat tentu saja.

Terpopuler

Comments

Mayang

Mayang

aduh.....Celesta GK peka itu Robin pingin ngasih coklat🥰

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!