Kamu suka Av?

Untung saja Theodor tidak melaporkan Kai ke polisi karena telah membuatnya babak belur, padahal Kai yang memukul Theodor tapi aku yang panik karena takut mendapat masalah. Bagaimana tidak coba, wajah Theodor memar semua dan kalau aku jadi dia pasti aku sudah lapor ke polisi sambil bawa hasil visum.

Apalagi banyak saksi mata yang melihat jadi tidak ada alasan bagi Kai untuk mengelak, yah walaupun paling banyak Kai hanya akan dimintai denda karena telah memukuli Theodor, tapi tetap saja sayang uangnya kalau hanya untuk diberikan pada Theodor. Dia kan banyak uang.

Mungkin itu juga alasan kenapa Theodor tidak melaporkan Kai ke polisi, hanya saja saat pulang kemarin Papa dapat telepon dari papanya Theodor yang menyalahkan Kai karena telah memukuli anaknya. Saat Kai menjawab bahwa dia memukuli Theodor karena sikap Theodor waktu itu padaku, papa Theodor malah meminta maaf dan merasa malu.

Theodor memang membuat malu keluarga.

Buat apa coba dia menggangguku seperti itu? Tidak akan ada yang berubah, pertunangan kita memang sudah batal, kalau dia ingin aku memuaskan rasa inferior dalam dirinya maaf saja, aku tidak akan mau!

Keesokan harinya Theodor benar-benar menjadi orang miskin, tidak ada mobil yang mengantar jemputnya, tidak ada yang jajan ataupun aksesoris mahal ditubuhnya. Hanya ada tas sandang dan buku didalamnya, sepertinya orang tua Theodor kali ini benar-benar memberinya pelajaran yang cukup menyulitkan bagi Theodor, terlihat dari wajahnya yang suram sejak memasuki pagar sekolah.

Theodor yang melihatku baru saja turun dari mobil memelototi ku seolah-olah ingin menerkam. Ih, mengerikan. Aku dengan cepat berlindung di belakang Kai yang juga baru turun dari mobil, Theodor langsung pergi tanpa menggangguku. Syukur deh, aku kira akan ada adegan saling tonjok lagi ternyata tidak.

"Acuhkan saja Cel, dia tidak akan berani macam-macam lagi padamu. Aku jamin seratus persen" baik Kai, aku akan mempercayaimu! Hidup Kai! Hahahaha. Enak ya kalau punya orang yang melindungi kita, aku bisa jadi tenang.

Aku lebih sering berjalan-jalan sendirian sekarang karena Av dan Kai masih mempersiapkan pentas seni yang akan mereka tampilkan, Celesta ini tidak punya teman dekat, jadi aku sedikit sulit jika harus berkomunikasi dengan teman-teman yang lain.

huft, aku jadi bosan beberapa hari ini karena sendirian.

"Aku bosan Kai sendirian terus, kalian sibuk sih"

Kai mengusap kepalaku, sepertinya ini sudah menjadi kebiasaannya sejak lama. Aku tidak protes karena Kai mengusapnya dengan pelan dan lembut sehingga sama sekali tidak membuat rambutku berantakan.

"Kalau begitu ikut kami latihan saja Cel, banyak anak kelas 1 dan 2 biasanya juga melihat kami" benar juga ya, kenapa aku tidak menonton mereka latihan saja pada saat jam istirahat? Bodoh sekali.

"Baik! Kalau begitu aku juga akan membelikan minuman untuk kalian nanti"

Av dan Kai tersenyum, mereka mengangguk seadanya. Beruntung sekali Celesta bisa mempunyai kedua kakak yang sangat baik dan perhatian padanya. Coba saja aku, anak tunggal yang kesepian.

"Terima kasih Cel, aku akan memberikanmu cokelat yang banyak nanti"

Av mencium pipiku dan mengacak rambutku, kali ini aku cemberut. Av mengacak rambutku. Mengacak loh ini bukan mengelus! Rambutku jadi berantakan tau.

Kai dan Av yang melihat wajahku cemberut terkekeh, memangnya ada yang lucu ya? Menyebalkan. Apa seperti ini rasanya dijahili oleh kakak?

"Menggemaskan"

Kai mencolet hidungku sambil terkekeh, aduh, aku kan jadi malu kalau Kai seperti ini. Ya ampun, sadar! Kai itu kakakku. Lagian kenapa sih harus jadi kakak, kenapa tidak jadi pacar saja? Eh, hehehe bercanda.

"Bye Cel, kami ke kelas dulu. Belajar yang baik ya" tanpa aku sadari ternyata kami sudah sampai di kelasku, Av dan Kai sudah pergi ke kelas mereka masing-masing.

...****************...

Panas! Cuaca saat ini sangat panas dan membuat kulitku memerah, aku baru ingat kalau Celesta memiliki kulit yang sensitif. Aku sudah berdiri cukup lama di tempat terbuka dan matahari sudah menyinari kulitku cukup lama, padahal aku belum sempat melihat Av dan Kai berlatih.

Seharusnya aku bawa payung saja ya tadi.

"Cel?"

Saat aku ingin pergi dari sini dan mencari tempat berteduh ada suara yang memanggilku. Robin, entah darimana pria itu datang tiba-tiba dia sudah berada di belakangku sambil membawa payung.

"Pakai ini, pergilah ke tempat yang teduh"

Aku tentu saja menerimanya, yang gratis tidak boleh ditolak. Aku mengikuti perkataan Robin dan mencari tempat yang teduh, awalnya sih ingin menyemangati Av dan Kai dari dekat, tapi sepertinya tidak bisa karena kulit sensitif ini. Sialan.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Av terlihat cat dan kanvas yang ada di tangannya. Av memang pandai melukis, di dalam novel juga diceritakan bahwa dia akan menjadi seniman hebat di masa depan. Aku sudah pernah melihat lukisan-lukisan indah Av yang tergantung di kamarnya, aku juga pernah memintanya melukis diriku.

Baik, sebut saja aku narsis. Tapi lukisan Av memang sangat indah sampai-sampai orang yang melihatnya seolah-olah tenggelam ke dalam lukisannya. Mungkin saja bisa sih, orang aku saja bisa masuk ke dalam buku, mungkin saja juga bisa masuk ke dalam lukisan.

Pentas seni sebenarnya tidak akan lama lagi sebelum akhirnya dilaksanakan, itu artinya Av dan Kai akan lulus dari sini dan aku akan sendirian lagi. Huhuu, sangat menyedihkan. Saat sedang menonton tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku.

Zurie, benar, dia sepupu Theodor. Dia menyapaku dengan riang lalu berceloteh panjang lebar mengenai penampilan-penampilan bagus yang ditunjukkan oleh anak kelas 3. Benar-benar cerewet.

Aku bahkan belum sempat membalas sapaannya tadi, tapi dia sudah berbicara tidak berhenti. Aku baru tau bahwa ada manusia seperti ini. Dia mengatakan bahwa Av sangat cantik dan manis, Av juga baik dan lukisannya sangat indah, dan berbagai pujian lain yang dia sampaikan untuk Av.

Aku jadi curiga kalau sebenarnya dia menyukai Av, mungkin saja kan, tidak ada yang tidak mungkin. Bagaimana aku tidak curiga coba? Dia hanya diam saja saat Kai yang seksi dan tampan itu menampilkan pertunjukkan silatnya, sama sekali tidak ada pujian yang keluar dari mulut gadis cerewet itu.

"Kamu suka Av ya?"

Dia dengan cepat menggeleng lalu mengangguk, aku tidak mengerti apa maksudnya, itu iya atau tidak sih. Tinggal jawab saja apa susahnya.

"Aku menyukai kak Av karena dia cantik, manis, baik, lalu juga sangat berbakat. Tapi aku gadis normal tau! Aku bukannya suka kak Av secara seksual"

"Terus kenapa kamu nggak memuji Kai?"

Dia hanya diam, aku kira mungkin dia memiliki dendam kesumat atau semacamnya pada Kai jadi dia tidak ingin memujinya. Tapi saat aku melihat telinganya yang memerah, aku paham. Baik, aku sangat paham.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!