Theodor baik?

"Jangan ikut campur urusan keluargaku, Cel"

Theodor memandangiku ganas, dia pikir aku takut?! TIDAK MUNGKIN! Tatapannya itu sama sekali tidak menakutiku, kalian tau kan bagaimana seorang anak kecil memandang marah seseorang? Iya! persis seperti Theodor sekarang.

"Kalau membawa namaku berarti urusanku juga"

Aku balik memandangnya garang, meskipun tau bahwa dia mungkin tidak akan takut dengan tatapanku, tetap saja, aku harus menunjukkan rasa tidak sukaku padanya. Keluarga Milles sangat kekanak-kanakan, aku bermasalah dengan Theodor lalu kenapa semua orang yang kena imbasnya?

"Zurie, ke sini" Theodor menyuruh Zurie untuk pergi ke sisinya, dia memandang Zurie dengan tajam dan mengancam. Zurie semakin merapatkan tubuhnya di belakangku, bersembunyi dari Theodor.

"Kamu mau kita bertengkar di sini lagi ya? Ayo, akan aku ladeni!"

Rahang Theodor mengeras, tangannya mengepal, dia menatapku seolah-olah ingin menerkam ku dan mencabik-cabik tubuhku saat ini juga. Saat kami sedang berdebat, Kai datang dan menghampiri kami, dia menatap tajam Theodor sambil mengangkat dagunya sombong.

"Ada masalah apa lagi tuan muda Milles?"

Theodor terlihat ciut saat berhadapan dengan Kai, HAHAHA! Dasar pengecut, beraninya sama perempuan saja. Lihat wajahnya itu, sangat jelek sampai-sampai mengalahkan kejelekan dari anjing laut. Theodor pergi tanpa mengatakan apapun, dia menatapku dan Zurie dengan tatapan setajam silet.

"Apa lagi maunya sih? Menyebalkan"

Kai mengusap rambutku halus, dia memandang Zurie yang berada di belakangku dengan tersenyum. Telinga Zurie mulai memerah lagi tapi wajahnya tetap biasa, Kai sepertinya menyadari hal itu, dia terkekeh pelan lalu kembali menatapku yang sedang memperhatikan mereka berdua.

"Jangan dipikirkan, Cel. Theodor tidak pantas mengambil perhatianmu"

Benar, seharusnya aku tidak meladeninya tadi. Dia sama sekali tidak pantas bahkan hanya untuk kulihat dengan mataku, ew! Tidak Sudi.

Zurie hanya diam saja, padahal biasanya dia selalu cerewet dan banyak bicara, namun ketika ada Kai dia malah menjadi pendiam dan penurut. Dia mengikutiku dan Kai seperti anak bebek yang mengikuti induknya, biasanya memang begitu sih, tapi bedanya kali ini dia lebih banyak diam.

"Tumben sekali kamu diam, biasanya juga tidak bisa berhenti bicara"

Zurie memandangku datar, telinganya memerah. Dia mendekatiku lalu mencubit sedikit pinggangku, Sialan, itu sakit! Aku memelototinya yang dibalas dengan pelototan juga olehnya. Kai hanya diam saja memperhatikan tingkah kami yang mungkin terlihat seperti anak kecil di matanya.

Tidak lama kemudian Av dan pacarnya juga bergabung dengan kami, dia melihat Zurie dengan pandangan bertanya. Aku hanya diam saja dan malas memberitahunya, biarkan Kai saja yang melakukannya.

"Cel, tidak mau memperkenalkan temanmu ini?"

Av bertanya padaku yang hanya kubalas dengan gelengan, Zurie memandang Av dengan mata berbinar seolah sedang bertemu dengan artis idola. Aku memandangnya jijik, responnya saat bertemu Av dan saat bertemu Kai sangat berbeda.

"Hai kak Av, aku Zurie"

Av tersenyum ramah padanya dan mengangguk, mereka mengobrol sebentar dan Zurie menceritakan semua yang tadi terjadi, Av dan Zurie sepertinya sangat cocok dalam menjelek-jelekkan Theodor, keduanya terlihat sama-sama bersemangat. Zurie kembali menjadi cerewet dan banyak bicara sekarang.

***

Oke, mungkin hari ini adalah hari tersialku. Tidak pernah aku menyangka kalau aku akan dicopet seperti ini, handphoneku hilang, semua uang yang diberikan Kai padaku tadi juga hilang, dan sekarang aku tidak memiliki apapun untuk pulang ke rumah.

Masa iya aku jalan kaki?!

Rumahku dan sekolah sangat jauh, jangan tanya kenapa Kai dan Av tidak bersamaku. Mereka sedang sibuk mengurusi ujian akhir sekarang, mereka sudah kelas 3. Banyak hal yang harus mereka lakukan sebelum akhirnya mereka lulus, supir yang biasanya mengantarku juga tidak bisa menjemput karena ban mobilnya pecah, jadilah aku di sini menunggu taksi datang. Tapi aku sangat sial! Bagaimana bisa naik taksi kalau tidak ada uang?

Papa juga pasti di kantor dan aku tidak bisa membayarnya di rumah, tidak mungkin juga aku hutang sama supir taksi yang pastinya dia tidak akan mau.

"Kenapa aku sial sekali sih?"

Aku menghela nafasku, sekolah sudah sepi dan tidak banyak siswa yang berada di sekolah. Aku akhirnya memutuskan untuk jalan kaki daripada menunggu di sini sampai malam, meskipun pasti nantinya kakiku akan sangat sakit dan kesulitan untuk berjalan, aku tidak mau menunggu di sini terlalu lama!

Ah! Kenapa rumahku sangat jauh sih? Aku sudah berjalan sangat lama namun rumahku masih sangat jauh, kakiku sangat sakit dan kepalaku pusing, aku haus tapi tidak punya uang untuk dibelanjakan. Saat aku sedang kesal dan marah-marah di pinggir jalan, sebuah mobil berhenti di dekatku.

Theodor.

Sudah di copet, pulang jalan kaki, uang tidak ada, lalu bertemu dengan Theodor pria menyebalkan. Apa mungkin karena aku terlalu terlena dengan semua yang ada di novel ini ya? Jadi tuhan memberikan cobaan berturut-turut untuk menyadarkan ku tentang alur yang seharusnya terjadi.

Theodor memandangku dengan bingung, aku hanya diam saja dan tidak mau memandangnya. Sebenarnya aku malu sih karena Theodor yang notabenenya musuhku melihatku dalam keadaan sengsara seperti ini. Dia pasti merasa senang karena aku kesusahan.

"Kenapa di sini? Kamu bodoh ya? Hari panas"

idih, dia kenapa sih? Sok perhatian! Aku menatapnya kesal dan memandangnya seolah berkata 'Diam saja deh' Aku tidak butuh omong kosong mu sekarang Theodor. Yang aku butuhkan adalah minum!

"Masuk"

Lagi, dia kembali menyuruhku masuk ke mobilnya seperti waktu itu. Kali ini tidak memaksa, dia hanya duduk di mobil dan menyuruhku masuk tanpa adanya paksaan sedikitpun. Aku berpikir sejenak, daripada aku jalan kaki dan besoknya tidak bisa berjalan lagi karena kakiku sakit lebih baik aku mengikuti ucapan Theodor saja.

Tapi aku gengsi!

Aku bersikeras duduk di trotoar tanpa mendengarkannya, ingin dibujuk lebih giat lagi oleh Theodor. Tentu saja aku harus jual mahal dong, malu kalau asal terima saja. Theodor berdecih melihat tingkahku, dia menghela nafas lalu mengambil handphonenya dan mengabaikan ku.

"Sudah aku pesankan taksi online, tunggu saja di sini"

Ha?! Tumben sekali! Apa ini benar-benar Theodor Milles? Aku sangat terkejut ketika dia mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin Theodor bisa berbaik hati dan tidak memaksaku?

"Terima kasih"

Ini pertama kalinya aku mengucapkan terima kasih padanya, biasanya kami akan bertengkar dan yang keluar dari mulutku tentu saja umpatan-umpatan untuk Theodor. Dia hanya mengangguk lalu pergi begitu saja, tidak ada paksaan, tidak ada kekerasan, dan tidak ada tatapan tajam darinya.

Apa mungkin dunia ini bukan lagi dunia novel?!

Sangat tidak mungkin seorang Theodor memperlakukan Celesta dengan baik. TIDAK MUNGKIN.

Tidak lama kemudian taksi online yang dipesan Theodor sampai, aku langsung masuk dan pulang ke rumah. Rasanya sangat melelahkan hari ini.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Di sini keliatan chemistry Theorode sama Cele dapet sih 🤗🤗

2023-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!