Pada jam istirahat Bastian, Iqbal dan juga Albizar sedang menikmati makanan mereka. Terlihat beberapa murid masih membicarakan kejadian waktu Albizar menolak Vania. Tiba-tiba Vania dan teman-temannya yang ingin makan dikantin berhenti. Saat melihat Albizar dan sahabatnya sedang ada disana. Terlebih saat dia mendengar beberapa murid masih membicarakannya.
"Kalian makan duluan aja ya. Tiba-tiba perut gua nggak laper" kata Vania langsung pergi dari sana.
"Ehh.. Van. kok malah balik lagi sih. Gimana dong?" kata salah satu temannya.
"Udah biarin aja dulu. Kita makan dulu. Laper banget gue. Abis itu baru kita susul dia." kata teman yang lainnya.
Kedua teman Vania itu pun memutuskan untuk tetap stay dikantin.
Bastian dan Iqbal yang melihat Vania tiba-tiba pergi setelah melihat Albizar ada dikantin merasa tidak enak hati.
"Al, Kayaknya Vania ngehindarin loe deh. Tuh buktinya dia balik lagi pas liat Loe disini." kata Iqbal
"Yaudah biarin. Apa urusannya sama Gue?" kata Albizar cuek.
"Loe ya. bener-bener nggak ada empatinya banget sih. Loe nggak denger apa anak-anak Pelita Insani masih gosipin masalah Loe yang nolak dia seminggu lalu loh. Dia pasti malu dan tertekan banget lah. Secara cewek populer di SMA Pelita Insani ini ditolak didepan umum." kata Bastian.
"Iya. setidaknya dimana nurani loe. Dia jadi pendiam tau nggak. Gua juga sering perhatiin Dia suka nyendiri di taman atau perpustakaan. Kalau menurut Gua sih sikap loe ke Dia waktu itu bener-bener keterlaluan sih" kata Iqbal.
"Gue udah minta Dia buat berhenti kejar-kejar Gue. Tapi Dia yang ngeyel. Ya terpaksa Gue pake cara kasar biar Dia ngejauh. Gue cuma nggak mau hidup Gue jadi ribet gara-gara cewek. Apa salah?" kata Albizar.
"Iya. Tapi apa perlu sampe nolak dia didepan umum segala?" tanya Bastian.
"Gue ke perpus dulu." kata Albizar.
Albizar tidak ingin ribut sama sahabatnya gara-gara masalah ini. Itu sebabnya Dia menghindar dan memilih pergi. Diperjalanan ke perpustakaan Albizar tidak sengaja melihat Vania duduk di bawah pohon ditaman sekolah. Dia terlihat melamun. Entah kenapa dia jadi memikirkan perkataan Iqbal.
Albizar memutuskan untuk menghampiri Vania. Setelah dekat dengan Vania. Ternyata benar Vania sedang melamun namun terlihat matanya yang mengembun. Albizar mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Dan menyodorkannya pada Vania. Vania melihat kearahnya.
"Sapu tangannya bersih kok. Ambil dan hapus air mata Loe." kata Albizar sambil menyodorkan sapu tangannya.
Dengan sedikit ragu Vania mengambilnya. Albizar pun duduk disampingnya.
"Gue tau. Gue keterlaluan. Nggak seharusnya Gue permaluin Loe didepan banyak orang waktu itu." kata Albizar.
"Gue yang salah. Loe udah berkali-kali bilang nggak pernah suka sama Gue. Tapi Gue aja yang nggak pernah ngerti dan terus ngejar-ngejar Loe. Bikin Loe ngerasa keganggu." kata Vania.
"Gua yatim piatu. Dan satu-satunya tulang punggung keluarga Gue. Gue harus biayain hidup Gue dan juga adek-adek Gue. Nggak ada waktu buat mikirin soal cinta. Itu alesannya Gue nggak pernah mau Deket sama cewek siapapun." kata Albizar.
Vania menengok kearah Albizar.
"Buat Gue lebih baik nyakitin cewek dengan nolak dia. Dari pada ngasih harapan palsu apa lagi terima dia cuma buat gue manfaatin. Yang pasti rasanya bakal jauh lebih nyakitin." kata Albizar.
"Maaf udah bikin Loe nggak nyaman selama ini" kata Vania.
Albizar tersenyum. Dan membuat Vania terpesona dengan senyuman itu. Senyuman yang sangat jarang Dia liat diwajah laki-laki yang sampai saat ini masih Dia suka.
"Gue yang minta maaf. Karena Gue. Loe jadi malu dan jadi bahan gosip anak-anak se SMA Pelita Insani. Maaf udah nyakitin perasaan Loe. Gue harap Loe bisa dapet cowok yang ribuan kali lebih pantes dan baik buat loe." kata Albizar.
"Loe tau. Gue udah suka sama Loe dari pertama kali Loe nolongin Gue waktu itu. Ya walaupun sikap Loe waktu itu juga dingin ke Gue. Dan sampe sekarang perasaan Gue nggak pernah berubah meskipun loe udah tolak gua berkali-kali dan mempermalukan gue didepan banyak orang. Rasanya bisa ngomong Berdua kayak gini sama Loe udah buat Gue seneng. ngedenger Loe yang ngomong lembut dan nggak dingin ke gua." kata Vania.
"Sorry Gue nggak bisa bales perasaan Loe. Gue nggak mau lebih nyakitin perasaan loe dengan pura-pura nerima Loe dan ngasih harapan palsu." kata Albizar.
"Gue ngerti kok. Lagian Cinta nggak bisa dipaksain kan?" kata Vania.
"Loe mau jadi temen Gue?" tanya Albizar.
"Apa?" tanya Vania seketika.
"Iya jadi temen gue? kayak Bastian sama Iqbal. Tapi kalau mau berteman sama Gue. Loe perlu tau. Gue nggak suka orang ribet. Dan bikin Gue ribet. Nggak suka kalian terlalu ikut campur urusan Gue. dan terpenting jangan bawel dan sok ngatur hidup Gue. temenan biasa aja. Jangan ngintilin kemana pun Gue pergi. Dan bersikap sewajarnya." kata Albizar.
"Iya Gue mau. Gue nggak bakal ngeribetin Loe. Dan Gue bakal belajar jadi temen yang baik buat Loe." kata Vania senang.
"Oke" kata Albizar.
"Makasih ya udah mau jadiin Gue temen Loe." kata Vania
"Oke. jadi temen yang baik yang nggak nyeselin. Gue duluan ya. oh ya mending Loe balik lagi ke kantin. kasian teman-teman Loe nunggu Loe disana. Mereka khawatir liat Loe yang terus murung." kata Albizar.
Albizar pun pergi. Vania terus melihat kearah Albizar. Vania seneng meskipun perasaan nya tidak terbalas. setidaknya dia bisa berteman. dan sikap Albizar jauh lebih melunak tidak sekaku dan sedingin dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments