"Ah, tidak, maksudku kakak sepupu Tira adalah seorang rektor... eh, maksudku memiliki banyak koneksi dan mengenal rektor kampus-kampus terkenal, sehingga membuatnya memiliki pendangan yang maju ke depan dan mendorong Tira untuk melakukan apa yang dia suka secara bertanggung jawab, bukan orang lain inginkan." Dengan buru-buru Anna langsung memperbaiki kata-katanya.
"O ya? Beruntung sekali Tira memiliki kakak sepupu yang begitu mendukungnya seperti itu." Kata-kata Robin yang diucapkannya dengan santai, membuat Anna menarik nafas lega karena berpikir dengan sikap yang ditunjukkannya, Robin percaya dengan kata-katanya barusan.
Selanjutnya, Anna lebih memilih berkutat dengan hanpdhonenya daripada dia mengucapkan sesuatu yang tidak seharusnya pada Robin.
Robin sendiri terliaht serius dengan kemudinya, karena jalanan yang tampak ramai dan sedikit macet.
“Eh, rumahku di sebelah kanan jalan, dengan cat berwarna krem.” Anna, langsung berkata kepada Robin sambil tangannya menunjuk ke depan, begitu mereka sudah memasuki kawasan rumah Anna.
“Oke….” Robin menjawab dengan mata menatap lurus ke depan, melihat rumah yang dimaksudkan oleh Anna dan segera menghentikan mobilnya begitu sampai di depan rumah yang dimaksudkan.
“Sudah sampai. Terimakasih banyak untuk tumpangannya Robin. Lain kali aku akan mentraktirmu.” Anna berkata sambil melompat keluar dari mobil, dengan Robin yang langsung tersenyum mendengar ucapan Anna.
“Tidak perlu terlalu sungkan. Tapi aku akan dengan senang hari menerima ajakan makan siang atau malam bersamamu.” Robin berkata sambil menggerakkan tangannya.
“Kalau begitu, lain kali kita akan aturkan waktu untuk bisa makan bersama.” Anna yang sudah berada di luar mobil berkata sambil membungkukkan tubuhnya ke arah jendela mobil yang dibuka sepenuhnya oleh Robin.
“Jangan lupa untuk mengajak Tira bersamamu.” Kata-kata Robin membuat Anna langsung tersenyum geli, karena dari kata-kata dan sikapnya, Robin tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya terhadap Tira.
“Akan aku sampaikan padanya. Sekali lagi terimakasih, bye….” Anna langsung menjawab sambil melambaikan tangan ke Robin yang membalasnya dengan satu tangan, sedang tangannya yang lain bersiap menarik tuas presneling mobilnya.
Seperti dugaanku, Robin sepertinya menyukai Tira. Apa Robin memang tipe pria yang diinginkan Tira ya? Jika iya, berarti jodoh Tira sudah dekat dong. Hanya tinggal menyakan perasaan Tira pada Robin.
Anna berkata dalam hati sambil membuka pagar rumahnya.
# # # # # # #
“Ernest! Bagaimana dengan laporan tentang orang yang mengunjungi Eliana waktu itu?” Alvero yang sedang duduk di meja kerjanya di gedung perkantoran Adalvino, bertanya kepada Ernest yang beberapa waktu lalu memang mendapatkan tugas dari Alvero untuk melakukan penyelidikan tentang seorang laki-laki muda tidak dikenal, yang diketahui beberapa kali mengunjungi Eliana di rumah sakit jiwa khusus kerajaan tempat dimana dia dirawat sekaligus ditahan.
“Dari info yang saya dengar, dia seorang warga negara Amerika, dan sampai sekarang tidak banyak data yang bisa kita hubungkan dengan Nyonya Eliana, karena kalau berdasarkan data yang ada orang itu terlihat tidak memiliki hubungan apapun dengan nyonya Eliana, baik hubungan bisnis, keluarga, maupun pertemanan.” Ernest memberikan penjelasan kepada Alvero ayng tampak mengernyitkan dahinya karena penjelasan Ernest, jelas membuatnya merasa kurang puas.
“Laki-laki itu tiba-tiba saja muncul begitu saja setelah nyonya Eliana masuk ke rumah sakit jiwa. Jadi sebelumnya, mereka berdua belum pernah behubungan satu dengan yang lain. Bahkan mungkin belum pernah saling bertemu. Dari penjelasan di buku tamu rumah sakit, laki-laki itu mengaku sebagai anak dari teman nyonya Eliana. Hanya itu informasi yang diberikan pria itu setiap berkunjung ke sana.” Ernest menambahkan kata-katanya.
“Sangat aneh. Aku tahu untuk menanyakan kepada Eliana apa hubungan dia dengan laki-laki muda itu tidak akan mudah dengan kondisi kejiwaan Eliana yang sudah tidak bisa diajak bicara dengan normal, tapi tolong kamu pastikan untuk setiap pembicaraan mereka direkam, dan juga sikap dan tindakan Eliana maupun pria itu saat bertemu diamati dengan baik. Aku akan minta penjagaan ekstra pada duke Evan di rumah sakit jiwa itu, terutama ruangan Eliana.” Alvero berkata sambil menghela nafasnya, menyadari kalau hingga detik ini keberadaan Eliana masih saja membuatnya merasa tidak tenang dan terganggu.
“Beritahukan kepada duke Evan agar mengikuti acara afternoon tea sore ini di istana, karena aku ingin segera membahas hal ini dengannya….”
“Baik Yang Mulia.” Ernest segera menjawab perintah Alvero dengan sikap sigap.
“Dan satu lagi, cek ulang data tentang keberadaan para pemberontak di kota Takota yang beberapa waktu lalu sempat tercium tindakan kriminal yang dilakukan mereka terhadap warga sekitar.” Alvero kembali memberikan perintah kepada Ernest.
“Besok lusa saya akan berangkat ke sana untuk melakukan pengecekan bersama dengan tuan Alexis dan juga Rock….”
“Ah ya, untuk beberapa waktu ini sepertinya memang kamu jadi harus mengambil alih banyak tugas yang aku berikan karena Erich sedang sibuk menyiapkan pernikahannya.” Perkataan Alvero membuat Ernest tersenyum.
“Tidak masalah Yang Mulia. Memang kondisinya seperti itu. Saya juga ingin Erich fokus pada pernikahannya, agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Ini akan menjadi hari paling penting dalam hidup Erich maupun saya, karena Erich akhirnya bisa merasakan kehidupan bahagia bersama gadis yang dicintainya…”
“Hah! Dengan wajah datar dan sikap dinginnya, aku bahkan sempat berpikir dia akan sulit menemukan jodohnya sampai usia tuanya. Tidak disangka ada gadis yang berhasil meruntuhkan hati Erich yang kaku seperti itu. Entah darimana Erich belajar menjadi pria bermuka datar dan sikap dingin seperti itu.” Perkataan Alvero membuat Ernest sedikit menelan ludahnya dan menoleh ke samping karena hampir saja dia melakukan tindakan tidak sopan dengan menertawakan kata-kata Alvero.
Yang pasti sebagian besar sikap Erich, didapatkan karena kedekatannya dengan yang mulia Alvero. Apa yang mulia Alvero tidak sadar kalau sikap Erich terhadap wanita mirip sekali dengan yang mulia? Tidak ramah dan dingin, kecuali kepada permaisuri Deanda.
Ernest berkata dalam hati tanpa berani menatap langsung ke arah Alvero yang untung saja tidak menyadari perubahan sikap Ernest yang sedang menahan senyumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 363 Episodes
Comments
hani chaq
siapa juga orang amrik.awas jaga2 ada orsng jahat
2023-05-20
2
Una_awa
lanjut
2023-04-08
2
Syifanya
lanjut aja lh..
makin penasaran ama cerita nya..
2023-04-08
3